Home · Parenting · Konseling · Blogging · Tips · Daftar Isi

Masih Adakah Surga Untukku Part 6

#Masih Adakah Surga Untukku
#Laila
#Episode 6

Tidak berapa lama Tama turun seraya menenteng tas laptopnya. Memakai kemeja berwarna navy, membuat penampilan Tama terlihat begitu segar pagi ini. Ia meletakkan laptopnya di kursi meja makan, lalu segera mengambil tempat di kursi ia biasa duduk.
Laila mengambilkan bihun, ayam yang telah disuir, daun bawang, lalu menyiramkan kuah soto ke mangkok tersebut. Setelah menaburinya dengan bawang goreng, Laila meletakkan soto yang mengepulkan asap panas itu di depan Tama. Lalu Laila mendekatkan cabe, saos dan kecap ke dekat mangkok tersebut. Tama hanya diam dengan semua aktivitas yang dilakukan Laila.
"Silakan, Da," Laila mempersilakan Tama untuk sarapan.
"Terima kasih," jawab Tama singkat. Lalu laki-laki itu pun mulai makan dengan lahapnya. Soto padang adalah kesukaan Tama, sehingga hampir setiap minggu mak Eti membuatkan sarapan soto padang.
Laila kembali menyibukkan diri di dapur. Anita dan mak Eti pun masih terlihat membereskan dapur setelah selesai membuatkan sarapan untuk Tama dan untuk semua penghuni rumah.
"Nita, tolong ambilkan Uda air hangat, ya." suara Tama memecahkan keheningan mereka. Anita menoleh ke arah mak Eti. Mak Eti bersegera mengambil gelas dan menuangkan air hangat untuk Tama. Kebiasaan Tama di pagi hari memang sarapan dengan minum air hangat. Lalu mak Eti menyerahkannya pada Laila tanpa bersuara. Laila mengerti. Diambilnya gelas tersebut dari tangan mak Eti, lalu diantarnya pada Tama.
"Ini, Da," ujar Laila.
"Ya, terima kasih," Laila kembali mengangguk.
Sebenarnya Laila ingin duduk di samping laki-laki itu, ikut sarapan dengannya, seperti yang dilihatnya setiap hari pada ayah dan bundonya. Tapi sepertinya laki-laki itu masih enggan berdekatan dengannya. Sabar Laila. Semua butuh waktu dan butuh proses, Laila berbisik dalam hati. Laila mencoba tersenyum pada dirinya sendiri. Akhirnya Laila  beranjak menuju kamarnya.
Sesampai di kamar, Laila meraih ponselnya. Tiba-tiba ia rindu ingin menelphon ayah dan bundonya. Tapi begitu menekan nomor ayahnya, jawaban operator membuat Laila termangu. "Pulsa anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini."
Laila kembali ke ruang makan. Dilihatnya Tama telah selesai sarapan. Sebelum Tama bangkit dari duduknya, Laila telah berada di samping laki-laki itu.
"Uda, Laila bisa pinjam ponsel Uda untuk nelphon Ayah dan Bundo?" Laila memberanikan diri meminjam ponsel Tama.
"Ponsel kamu kenapa?" tanya Tama dengan tatapan heran.
"Pulsanya ga ada, Da." pipi Laila memerah ketika mengatakannya.
Tama merogoh kantong celananya dan menyerahkan ponsel bergambar apel itu pada Laila. Laila menerimanya dengan senang hati. Tak menyangka laki-laki dingin ini mau berbaik hati meminjamkan ponselnya pada Laila.
"Terkunci, Da," Laila kembali mengangsurkan ponsel itu kepada Tama. Tama menerimanya dengan tergesa, sehingga tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan. Dada Laila berdetak tak beraturan, begitu juga dengan Tama. Laila lagi-lagi kembali menunduk tak berani memandang laki-laki di hadapannya ini. Sesaat kemudian, Tama kembali menyerahkan ponsel itu pada Laila.
Laila menerimanya dengan dada makin berdetak kencang. Dilihatnya wallpaper Tama adalah foto pernikahan mereka yang memakai suntiang di pelaminan. Ada yang menghangat di hati Laila. Tapi secepatnya Laila menetralisir perasaannya. Tergesa Laila menekan nomor telphon ayahnya. Tak berapa lama, terdengarlah suara khas sang ayah yang amat dirindukannya. Ayah menanyakan kabar Laila. Laila mengatakan kalau ia baik-baik saja. Ayah lalu bercerita tentang kondisi bundo yang telah menunjukkan perkembangan mengembirakan. Bundo sudah mulai berlatih berjalan. Dan sudah bisa bicara satu dua kata.
Laila sangat bahagia mendengarnya. Setelah merasa cukup saling bertukar kabar, Laila pun pamit dan mengucapkan salam pada ayahnya. Tama ternyata telah menunggu di ruang tamu. Laila sungguh merasa tidak enak.
"Maaf, Da. Kelamaan, ya?" Laila menyerahkan ponsel itu kembali pada Tama.
"Ponselmu mana?" Tama menerima ponsel miliknya seraya meminta ponsel Laila. Laila merogoh kantong gamisnya dan memperlihatkan ponselnya pada Tama. Tanpa disangka Tama mengambil ponsel itu dan mengotak atik ponsel Laila sejenak. Laila memangg tidak pernah mengunci ponselnya.
Lalu Tama menyerahkan ponsel Laila kembali. Tama beralih menekan ponsel miliknya.
"Itu pulsanya sudah saya masukkan," ucap Tama. Laila terkesima.
"Oh, iya. Makasih ya, Da," ucap Laila dengan gembira.
"Saya berangkat,"  pamit Tama tanpa menjawab ucapan terima kasih dari Laila. Laila mengangguk.
"Hati-hati, Da," ucap Laila sebelum menutup pintu. Tapi tak terdengar lagi jawaban dari laki-laki itu. Laila hanya mengangkat bahu lalu beranjak ke dalam.
Ternyata mba Susi dan pak Udin telah berada di dapur. Mereka terlihat sarapan bersama. Sementara Anita ke luar dari kamar mak Eti, bersiap untuk berangkat kuliah.
"Eh, Uni Laila, ayo sarapan, Ni," ucap mba Susi begitu melihat kehadiran Laila.
"Iya, Mba. Ayo duduk sini, Mba, Pak Udin," ajak Laila.
"Silakan, Uni. Kami di sini aja," tolak mba Susi halus. Laila lalu mulai menyendok sotonya yang telah diambilkan oleh mak Eti. Rasanya ternyata enak sekali.
"Uni, Anita berangkat kuliah, ya," pamit Anita lalu menyalami Laila. Laila menerima uluran tangan Anita.
"Hati-hati di jalan, ya," pesan Laila.
"Ya, Uni." Anita pun berlalu dan Laila lembali melanjutkan sarapannya.
****
Sabtu, pukul  09.00. Tama terlihat duduk santai di ruang keluarga sambil menonton televisi. Hari Sabtu biasanya Tama memang agak siang berangkat kerja. Karena hari sabtu, kantornya libur.  Tama biasanya hanya mengecek ke toko-toko dan butiqnya.
Tama dan tiga orang  kakaknya memiliki konveksi sweater rajutan yang produksinya telah dikirim sampai ke luar negeri. Selain itu, Tama dan ketiga kakaknya memiliki usaha sendiri-sendiri berupa toko pakaian dan butiq pakaian muslim. Tama memiliki beberapa toko di tanah abang dan mangga dua. Serta satu buah butiq pakaian muslim di Senayan Citty.
Tama masih asyik dengan tontonan di depannya. Ia berpaling begitu mendengar langkah kaki mendekat. Laila yang telah selesai mengeringkan rambutnya sehabis keramas, ke luar dari dalam kamar menuju dapur. Rambut panjangnya tergerai indah. Wajah putihnya terlihat begitu cantik dengan rambut tergerai alami seperti itu. Tapi sesampai di samping ruang sholat yang langsung menyambung dengan ruang keluarga, langkah Laila terhenti. Wajahnya bersemu merah.
Tama sedang menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Baru kali ini Tama melihat istrinya dalam keadaan polos tanpa jilbab. Ternyata perempuan yang telah menjadi istrinya itu begitu cantik dan mempesona. Tama meneguk ludahnya. Laila yang menyadari tatapan Tama langsung berbalik menuju kamar. Degup jantung Laila menjadi tak beraturan. Biasanya pukul 09.00 seperti ini Tama telah berangkat kerja. Laila lupa kalau hari ini adalah hari Sabtu.
Laila menenangkan dirinya beberapa saat di dalam kamar, lalu mengambil jilbab instannya. Setelah itu, Laila kembali ke luar kamar. Kata mak Eti hari ini mereka akan belanja karena besok ada tamu yang mau datang dari Padang. Kebetulan Laila belum sarapan dari pagi. Ia tadi bermaksud untuk sarapan dulu sebelum pergi.
Sementara Tama tak bisa menenangkan diri. Bayangan Laila dengan rambut tergerai setengah basah masih menari-nari di matanya. Selama ini Tama memang tidak pernah dekat dengan perempuan, karena Tama begitu sibuk mengurus bisnisnya. Tama tidak pernah mengizinkan hatinya untuk jatuh cinta. Ia bertekad untuk sukses terlebih dahulu baru mencari cinta sejatinya. Tapi sebelum ia menemukan cinta sejatinya, ia telah dijodohkan dengan gadis di kampungnya.
"Sarapan lagi, Da?" Laila menegur Tama sebelum mulai memakan sarapan paginya di meja makan.
"Udah, makasih," jawab Tama. Tama merasa sedikit heran, kenapa perempuan itu mengambil dan memakai jilbabnya kembali? Apa ia tak boleh menyaksikan perhiasan istrinya sendiri? Ck ... Tama berdecak kesal. Eh, tapi mengapa ia harus merasa kesal juga? Apa pedulinya? Tama menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri. Merasa bingung dengan pikirannya.
"Sarapan Mak, Mba," panggil Laila begitu melihat mak Eti dan mba Susi datang dari arah taman belakang. Pasti mba Susi habis menjemur pakaian.
"Udah tadi, Uni," jawab mba Susi.
"Nak Laila, bentar lagi kita belanja ya, ke pasar dulu setelah itu ke swalayan, belanja bulanan," ujar Mak Eti.
"Iya,  Mak," Laila mengangguk.
Laila pun menyelesaikan sarapannya dengan cepat. Setelah itu Laila mencuci piring dan gelas sarapannya.
"Taruh aja di sana, Uni," ucap mba Susi.
"Ga pa pa, Mba. Nanggung cuma kotor satu ini," Laila tetap melanjutkan pekerjaannya. Mba Susi geleng-geleng kepala lihat majikannya yang baik hati ini.
Setelah selesai, Laila pun bergegas ke kamar untuk mengambil tas selempangnya. Sehabis mandi tadi ia memang telah mengganti pakaian dengan pakain untuk pergi. Jadi ia tinggal berangkat.
"Ayo, Mak," ajak Laila begitu sampai kembali ke dapur.
"Mak panggil Pak Udin dulu untuk ngantar kita," Mak Eti menuju ke taman belakang, tempat biasanya pak Udin duduk sambil minum kopi. Pak Udin supir untuk keperluan di rumah ini, tapi terkadang jika sedang lelah, Tama juga sering mengajak pak Udin untuk menyupirinya ke kantor atau keliling ke toko-tokonya.
Melewati ruang keluarga, Laila masih melihat Tama sedang santai dengan celana pendek dan baju kaos warna putih. Tama terlihat asyik menonton acara sport di salah satu stasiun televisi.
"Uda, Laila dan Mak Eti ke pergi belanja dulu, ya," pamit Laila pada Tama. Tama bangkit dan mengeluarkan dompernya.
"Pakai ini nanti kalau belanja di swalayan," Tama menyerahkan sebuah kartu debit pada Laila. Laila merasa ragu menerimanya. Tapi mak Eti menyenggol lengan Laila. Akhirnya Laila pun menerima kartu tersebut dengan wajah merona.
"Pinnya tanggal pesta kemarin," tambah Tama lagi. Laila menoleh dengan kaget mendengar ucapan Tama. Ya Tuhan, banyak kejutan yang diberikan laki-laki ini. Laila merasa kerongkongannya mendadak kering.
"Kalau ke pasar tradisonal, pake ini," Tama kembali mengangsurkan lipatan lembaran-lembaran merah pada Laila. Laila mencoba menatap wajah laki-laki di depannya itu. Terlihat ada sedikit lekukan di bibirnya seperti sebuah senyuman.
"Ya, Da. Makasih." akhirnya Laila kembali menerimanya.
"Beli aja kalau ada yang kamu butuhkan," pesan Tama sebelum kembali duduk di sofa ruang keluarga.
"Ya, Da," Laila mengangguk.
"Kami berangkat, Da," pamit Laila sekali lagi.
"Ya," jawab Tama singkat.
Sebelum ke luar rumah, Laila tersenyum sendiri. Ada yang menghangat di hatinya. Sikap dan perlakuan Tama, seperti benar-benar sikap seorang suami kepada istrinya. Memberi uang belanja. Dan ini untuk yang pertama kalinya. Ternyata menyenangkan juga jadi seorang istri, batin Laila dengan hati berbunga indah.
bersambung .....

Artikel keren lainnya:

Kultum: Menjaga Lidah Untuk Harmonisasi Kehidupan

Ceramah: Menjaga Lidah Untuk Harmonisasi Kehidupan
Assalamu ‘Alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Canda dalam kehidupan adalah penyedap. Hidup tanpa canda bagaikan masakan tanpa garam. Suatu kali Imam Al Ghazali melontarkan 6 pertanyaan kepada murid-muridnya yang hadir dalam majelis ta’limnya. Salah satunya adalah: Benda apa yang paling tajam di dunia ini?. Beragam jawaban muncul dari murid-murid beliau. Pisau, silet, sampai pedang. Imam Al Ghazali menanggapi jawaban murid-muridnya tersebut. “Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam. Tapi ada yang lebih tajam dari itu semua. Yaitu LIDAH”.
Meskipun lidah tidak bertulang, namun memang lidah bisa lebih tajam dari apapun, karena dia bisa ‘merobek’ hati. Bahkan kadang lidah bisa membuat lubang menganga di hati lawan bicara yang mungkin perlu waktu lama untuk mengembalikannya ke kondisi semula.
Canda yang berlebihan dapat mematikan hati, mengurangi wibawa, dan dapat menimbulkan rasa dengki. Rasulullah Saw. pun sesekali juga bercanda, tetapi Rasulullah Saw. tidak pernah berkata kecuali yang benar. Maka ada beberapa etika bercanda supaya tidak menimbulkan luka hati atau ketersinggungan orang lain, yakni:
1. Tidak menjadikan simbol-simbol Islam (tauhid, risalah, wahyu dan dien) sebagai bahan gurauan. Firman Allah: “Dan jika kamu tanyakan mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. at-Taubah:65)
2. Jangan menjadikan kebohongan dan mengada-ada sebagai alat untuk menjadikan orang lain tertawa, seperti sabda Rasulullah saw: “Celakalah bagi orang yang berkata dengan berdusta untuk menjadikan orang lain tertawa. Celaka dia, celaka dia.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Hakim)
3. Jangan mengandung penghinaan, meremehkan dan merendahkan orang lain, kecuali yang bersangkutan mengizinkannya. Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain"  (QS. al-Hujurat:11) “Cukuplah keburukan bagi seseorang yang menghina saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)
4. Tidak boleh menimbulkan kesedihan dan ketakutan terhadap orang muslim. Sabda Nabi saw: “Tidak halal bagi seseorang menakut-nakuti sesama muslim lainnya.” (HR. ath-thabrani) “Janganlah salah seorang di antara kamu mengambil barang saudaranya, baik dengan maksud bermain-main maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Tirmidzi)
5. Jangan bergurau untuk urusan yang serius dan jangan tertawa dalam urusan yang seharusnya menangis. Tiap-tiap sesuatu ada tempatnya, tiap-tiap kondisi ada (cara dan macam) perkataannya sendiri. Allah mencela orang-orang musyrik yang tertawa ketika mendengarkan al-Qur’an padahal seharusnya mereka menangis,  
6. Tidak berlebihan dan keterlaluan dalam segala hal, meskipun dalam urusan ibadah sekalipun. Dalam hal hiburan ini Rasulullah memberikan batasan dalam sabdanya; “Janganlah kamu banyak tertawa, karena banyak tertawa itu dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi). “Berilah humor dalam perkataan dengan ukuran seperti Anda memberi garam dalam makanan.” (Ali ra.). “Sederhanalah engkau dalam bergurau, karena berlebihan dalam bergurau itu dapat menghilangkan harga diri dan menyebabkan orang-orang bodoh berani kepadamu, tetapi meninggalkan bergurau akan menjadikan kakunya persahabatan dan sepinya pergaulan.” (Sa’id bin Ash).
Wassalamu ‘Alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Artikel keren lainnya:

Gambar, Stiker dan Meme Tentang Dakwah

Semua orang yang mengaku beragama Islam mempunnyai tugas untuk berdakwah. Jadi yang namanya dakwah itu bukan hanya tugas Pak Kiyai, Ustadz, Buya, Ajengan atau Guru Agama saja, melain tugas semua ummat muslim. Cara berdakwah juga bukan melulu berceramah dan berkhutbah saja, melainkan banyak cara untuk kita dalam berdakwah.
Penulis ingin berbagi gambar-gambar tentang dakwah yang mudah-mudahan menginspirasi kita.
#dakwah bukan hanya tugas pak kyai 
#sampaikan walau 1 ayat!
 #dakwah itu mengingatkan
 #dakwah itu tidak mudah
 #dakwah itu mengarahkan ke jalan yang benar
#ayo berdakwah!
 #dakwah itu cinta
 #dakwah bukanlah mengejek dan menyakiti
#tujuan dakwah
Semoga menambah semangat untuk berdakwah. Amin.

Artikel keren lainnya:

Kumpulan Pantun Agama (Nasihat Beragama Islam)

Kumpulan pantun agama | Pantun tentang Agama
Salah satu jenis pantun bila dilihat dari isinya adalah pantun agama. Sesuai namanya pantun agama banyak membahas tentang hubungan manusia dengan Tuhan, nasihat untuk menjadi pribadi yang lebih baik sesuai ajaran agama dan agar manusia menjalankan agama sebaik-baiknya.

Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

Saya pergi beli tembaga
Saya pakai untuk merekatkan parang
Apabila ingin masuk surga
Sering-sering mengaji dan sembahyang

Di meja ada buah tomat
Disana juga ada buah nanas
Hai sobat ayo kita sholat
Biar kita jadi orang cerdas

Sama-sama tetapkan iman
Supaya jangan jadi halangan
Ajal dan maut jodoh pertemuan
Semuanya itu di tangan Tuhan

Percuma punya liontin emas
Bila emasnya emas yang palsu
Percuma punya otak yang cerdas
Bila sembahyang saja tak mau

Hanyalah padi satu-satunya
Yang bisa jadi sepiring nasi
Hanyalah Dia satu-satunya
Yang harus selalu kita imani

Janganlah tunggu daun yang lebat
Untuk melihat sebuah dahan
Janganlah tunggu ajal mendekat
Untuk bertobat kepada Tuhan

Nangka muda digulai lemak
Buah keranji masak tersangkut
Harta dunia jangan di tamak
Bila mati tidak mengikut

Dari kecil menanam biji
Saat besar jadi pohonan
Sejak kecil rajin mengaji
Makin teguhlah dalam beriman

Pisau tak akan tajam selalu
Karena itu ia diasah
Tuhan tak akan meninggalkanmu
Disaat engkau kena masalah

Tak akan ada seekor ikan
Jika tak ada sungai di situ
Tak akan pernah ada cobaan
Yang melampaui batas dayamu

Bunga seroja di atas kolam
Bunga melati di tengah taman
Barang siapa mengaku Islam
Maka taatlah kepada Tuhan

Sungguh indah pintu dipahat
Burung puyuh di atas dahan
Kalau hidup hendak selamat
Taat selalu perintah Tuhan

Nyiur mudah luruh setandan
Diambil sebiji lalu dibelah
Sudah nasib permintaan badan
Kita di bawah kehendak Allah

Harimau belang turun sekawan
Mati ditikam si janda balu
Ilmu akhirat tuntutlah tuan
Barulah sempurna segala fardu

Anak ayam turun sepuluh
Mati seekor tinggal sembilan
Bangun pagi sembahyang subuh
Minta doa kepada Tuhan

Anak ayam turun sembilan
Mati seekor tinggal lapan
Duduk berdoa kepada Tuhan
Minta Allah jalan ketetapan

Anak ayam turun lapan
Mati seekor tinggal tujuh
Duduk berdoa kepada Tuhan
Supaya terang jalan bersuluh

Anak ayam turunnya lima
Mati seekor tinggal empat
Turut mengikut alim ulama
Supaya betul jalan makrifat

Anak ayam turunnya lima
Mati seekor tinggal empat
Kita hidup mesti beragama
Supaya hidup tidaklah sesat

Anak ayam turunlah satu
Matilah satu tinggallah habis
Matilah badan waktu itu
Sebab mengikuti setan iblis

Elok adat karena dikaji
Elok kaji karena sunnah
Elok ummat karena berbudi
Elok berbudi karena lillah

Elok budi karena ikhlas
Elok kerja karena niat
Elok kaji karena dibahas
Elok manusia karena syariat

Elok langkah karena pedoman
Elok laku karena beramal
Elok manusia karena beriman
Elok ilmu karena beramal

Elok kaki dapat melangkah
Elok tangan dapat memegang
Elok hati mengingat Allah
Elok iman tiada bergoyang







Jangan menanam di tengah ladang
Bila tak tahu menanam apa
Janganlah buka aibnya orang
Bila aibmu enggan dibuka

Kedua tangan saling menjabat
Jangan mengepal adu kelahi
Sesama umat saling menghormat
Jangan mengumpat atau memaki

Padi tak akan jadi kelapa
Yang tumbuh tinggi batang-batangnya
Tuhan tak akan memberi coba
Yang melampaui daya hamba-Nya

Janganlah suka makan kecebong
Karena itu bukan camilan
Janganlah suka berlaku sombong
Karena itu dilarang Tuhan

Jikalau nanti berjumpa jalak
Janganlah lupa diberi makan
Jikalah nati beruang banyak
Janganlah lupa disedekahkan

Siapa telah asah belati
Berarti dia pemilik pisau
Siapa jauh dari Ilahi
Hidupnya akan selalu kacau

Ibu ke pasar membeli lobak
Adik membeli jajanan pasar
Barang siapa berlaku tamak
Maka dirinya termasuk ingkar

Barang siapa menggelar tikar
Maka dirinya tengah liburan
Barang siapa selalu sabar
Maka dirinya disayang Tuhan

Pergi ke pasar bersama Tari
Tidak lupa untuk membeli sayur
Nikmatilah rezeki setiap hari
Tuhan sayang orang yang bersyukur

Sebuah daun ujungnya basah
Basah karena embun senoktah
Awali hari dengan Basmallah
Akhiri hari dengan Hamdallah

Artikel keren lainnya:

Sifat Shafir, Qalqalah, Lin, Inhiraf, Takrir, Tafasyi Dan Istithalah

Diantara sifat huruf hijaiyyah yang tidak berlawanan adalah shafir, qalqalah, lin, inhiraf, takrir, tafasysyi dan istithalah. Nah insyaallah semuanya akan dibahas secara singkat dan dicantumkan pula contohnya dalam kata.
Sifat tidak berlawanan
Sebelum saya menjelaskan tentang siaft-sifat tersebut, mari kita perhatikan penggalan bait Al-Jazariyah berikut:
صفِيْرُهَا صَادٌ وَزَايٌ سِيْنُ »« قَلْقَلَةٌ "قُطْبُ جَدٍّ"| وَاللِّينُ
وَاوٌ وَيَاءٌ سَكَنَا وَانْفَتَحَا »« قَبْلَهُمَا | وَالانْحِرَافُ صُحَّحَا
فِي اللاَّمِ |وَالرَّا وَبِتَكْرِيْرٍ جُعِلْ »« وَلِلتَّفَشِّي الشِّيْنُ |ضَادًا اسْتَطِلْ
Artinya:
Huruf shafir adalah shad, zay dan sin. Yang termauk qalqalah adalah kata:
قُطْبُ جَدٍّ (ق ط ب ج د)
Adapun lin
adalah wau dan ya’ sukun dan huruf sebelumnya berharakat fathah. Dan inhiraf...
diterapkan pada lam dan ra’. Dan ra’ juga tersifati takrir. Sin untuk tafasysyi dan huruf dhah diistithalahkan.
Sekarang kita bahas satu per satu:
1. Shafir (صَفِيْرٌ)
Pengertian shafir
صَوْتٌ زَائِدٌ لَذِيْذٌ يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الثَّنَايَا الْعُلْيَا وَالسُّفْلَى وَطَرْفِ اللِّسَانِ وَيُشَبِّهُ صَوْتَ الطَّائِرِ
Shafir adalah suara tambahan yang keluar dari antara gigi seri atas dan gigi seri bawah dan ujung lidah dan menyerupai suara burung.
Hurufnya adalah sin (س), shad (ص) dan zai (ز).
Berikut contoh penerapannya:
Sukun
Harakat
Huruf
أَصْحَابُ
صُحُفًا
ص
أَزْوَاجًا
زُلْزِلَتْ
ز
أَسْفَلَ
سَارِعُوْا
س
2. Qalqalah (قَلْقَلَةٌ)
Pengertian qalqalah
Qalqalah artinya gemetar atau bergoncang. Secara istilah, qalqalah adalah:
اِضْطِرَابُ صَوْتِ الْحَرْفِ السَّاكِنِ فِيْ مَخْرَجِهِ حَتَّى يُسْمَعُ لَهُ نَبْرَةً قَوِيَّةً
Qalqalah adalah memantulkan suara huruf yang sukun pada makhrajnya sampai terdengar tekanan yang kuat.
Harus diingat bahwa qalqalah berlaku ketika sukun, baik sukun asli mapun sukun karena waqaf. Huruf qalqalah ada lima, yaitu:
قُطْبُ جَدٍّ (ق ط ب ج د)
Tingkatan Qalqalah
Qalqalah dibagi menjadi 3 macam, yakni qalqalah shugra, qalqalah kubra dan qalqalah akbar.
a. Qalqalah Shugra
Qalqalah shugra artinya qalqalah kecil. Qalqalah shugra adalah apabila huruf qalqalah sukun di tengah kalimat. Hukum qalqalah di tengah kalimat atau di tengah bacaan dibaca shugra karena suara tidak teputus dan lidah mempersiapkan ke huruf berikutnya. Contoh:
ق : وَخَلَقْنَاكُمْ
ط : أَطْعَمَهُمْ
ب : أَبْصَارُهَا
ج : أَجْرًا
د : أَدْنَى
c. Qalqalah Kubra
Qalqalah kubra artinya qalqalah besar. Qalqalah kubra adalah apabila huruf qalqalah sukun di akhir kalimat atau ketika waqaf. Sukun dalam qalqalah kubra bisa sukun ‘aridh atau sukun asli. Cara membaca qalqalah kubra adalah dengan memantulkannya secara jelas karena suara terputus. Jadi qalqalah kubra bukan berarti dipantulkan secara berlebihan atau dbuat-buat.
Contoh qalqalah kubra:
ق : مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ۞
ط : وَاللَّهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُحِيطٌ۞
ب : حَمَّالَةَ الْحَطَبِ۞
ج : وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ۞
د : وَلَمْ يُوْلَدْ۞
c. Qalqalah Akbar
Qalqalah akbar artinya qalqalah yang paling besar. Qalqalah akbar adalah apabila huruf qalqalah bertasydid berada di akhir kata dan diwaqafkan. Cara bacanya adalah ditahan untuk menyempurnakan tasydid lalu dipantulkan.
Contoh qalqalah akbar:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ۞
قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ۞
وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ۞
3. Lin (لِيْنٌ)
Pengertian lin
Lin artinya lunak atau lembut. Dalam istilah tajwid lin adalah:
خُرُوْجِ الْحَرْفِ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ بِدُوْنِ كِلْفَةٍ عَلَى اللِّسَانِ
Lin adalah keluarnya huruf dari makhrajnya dengan mudah tanpa memberatkan lidah. Hurufnya adalah (ي) dan (و) yang sukun dan sebelumnya ada harakat fathah.
ي : أَيْمَانُ - بَيْنَ
و : أَوْحَى - قَوْمِ
4. Inhiraf (اِنْحِرَافٌ)
Pengertian inhiraf
Inhiraf artinya condong. Dalam ilmu tajwid adalah:
مَيْلُ صَوْتِ الْحَرْفِ عِنْدَ خُرُوْجِهِ مِنْ مَخْرَجِهِ حَتَّى يَصِلَ بِمَخْرِجِ غَيْرِهِ
Inhiraf adalah berpalingnya suara huruf ketika mengeluarkannya dari makhrajnya sampai ke makhraj yang lain.
Jadi inhiraf adalah menyondongkan atau melengkungkan lidah dari satu sisi ke sisi lain. Hurufnya ada 2 yaitu (ل) dan (ر).
Sukun
Harakat
Huruf
أَلْسِنَتهُمْ
لِسَانًا
ل
أَرْسَلَ
رَسُوْلٌ
ر
5. Takrir (تَكْرِيْر)
Pengertian takrir
Takrir adalah mengulangi atau menggetarkan sesuatu. Adapun yang dimaksud takrir dalam ilmu tajwid adalah:
اِرْتِعَادُ رَأْسِ اللِّسَانِ عِنْدَ النُّطْقِ بِالْحَرْفِ
Takrir adalah bergetarnya ujung lidah ketika mengucapkan huruf. Hurufnya adalah (ر).
Dalam menggetarkan lidah hanya boleh dua kali saja. Hal ini dijelaskan dalam Al-Jazariyyah:
....وَأَخْفِ تَكْرِيْرًا إِذَا تُشَدَّدُ
Dan berhati-hatilah dalam menggetarkan lidah ketika ra’ bertasydid.
ر : رَسُوْلٌ – أَرْسَلَ - اَلرَّحِيْمِ
6. Tafasysyi (تَفَشِّيْ)
Pengertian tafasysyi
Arti Tafasysyi adalah menyebarkan. Secara istilah didefinisikan:
اِنْتِشَارُ الرَّيْحِ وَالصَّوْتِ فِي الْفَمِّ عِنْدَ النُّطْقِ بِالْحَرْفِ الشِّيْنِ
Tafasysyi adalah tersebarnya nafas dan suara di dalam mulut ketika membunyikan huruf syin (ش).
ش : شُعُوْبًا – أَشْتَاتًا - وَالشَّمْسِ
7. Istithalah (اِسْتِطَالَةٌ)
Pengertian istithalah
Istithalah artinya memanjangkan, sedangkan dalam istilah tajwid istithalah adalah:
اِمْتِدَادُ اللِّسَانِ مِنْ أَقْصَى حَافَةِ اللِّسَانِ إِلَى أَدْنَى حَافَةِ اللِّسَانِ عِنْدَ النُّطْقِ بِالْحَرْفِ الضَّادِ حَتَّى يَتَّصِلَ بِمَخْرَجِ اللَّامِ
Istithalah adalah memanjangkan lidah dari tepi lidah bagian pangkal sampai ujung tepi lidah ketika membunyikan huruf dhad, sehingga sampai ke makhraj lam. Hurufnya adalah (ض).
ض : ضَرَبَ – أَضْطَرُّهُ – وَلَا الضَّالِّيْنَ
====*******====

Artikel keren lainnya:

Hukum Lam Ta'rif Qamariyyah Dan Syamsiyyah: Pengertian, Huruf Dan Contoh

Bacaan Lam Idzhar Qamariyyah | Hukum Lam Idgham Syamsiyyah
Pengertian Lam' Ta'rif
Hamzah washal dan lam tambahan yang ada di awal isim berfungsi untuk mengta’rifkan isim tersebut. Cara membaca hamzah washalnya adalah diharakati fathah ketika di awal kalimat atau di awal bacaan dan dibaca sukun ketika di tengah kalimat. Adapun cara lam sukun ada dua macam, yaitu dibaca idzhar dan idgham.
Skema Hukum Lam Ta'rif
Mari kita simak terlebih dahulu penjelasannya dalam kitab Tuhfah Al-Athfal pada pembahasan lam ta’rif dan lam fi’il:
لِلاَمِ أَلْ حَالاَنِ قَبْـلَ الأَحْـرُفِ • أُولاَهُمَـا إِظْهَـارُهَـا فَلْتَـعْـرِفِ

قَبْلَ ارْبَعٍ مَعْ عَشْـرَةٍ خُـذْ عِلْمَـهُ • مِنِ (ابْـغِ حَجَّـكَ وَخَـفْ عَقِيمَهُ)
ثَانِيهِمَـا إِدْغَامُهَـا فِــي أَرْبَــعِ • وَعَشْـرَةٍ أَيْضًـا وَرَمْزَهَـا فَــعِ
طِبْ ثُمَّ صِلْ رَحْمًا تَفُزْ ضِفْ ذَا نِعَمْ • دَعْ سُوءَ ظَـنٍّ زُرْ شَرِيفًـا لِلْكَـرَمْ
وَاللاَّمُ الاُولَـى سَمِّهَـا قَمْرِيَّـهْ • وَاللاَّمَ الاُخْـرَى سَمِّهَـا شَمْسِيَّـهْ

Artinya:
Bagi lam pada AL (hamzah washal dan lam sukun) sebelum huruf hijaiyah ada dua hukum. Pertama idzhar yang harus diketahui
Sebelum huruf yang 14, maka ambillah pelajaran dari
اِبْغِ حَجَّـكَ وَخَـفْ عَـقِيْمَـهُ
Kedua, dibaca idgham ketika bertemu 14 huruf yang dirumuskan pada bait:
طِبْ ثُمَّ صِلْ رَحْمًا تَفُزْ ضِفْ ذَا نِعَمْ • دَعْ سُوءَ ظَـنٍّ زُرْ شَرِيفًـا لِلْكَـرَمْ
Bila diambil huruf inisial dari bait di atas, maka didapati:
ط ث ص ر ت ض ذ ن د س ظ ز ش ل
Lam pertama dinamakan qamariyyah dan lam kedua dinamakan syamsiyyah.
Dan idzharkanlah lam pada fi’il secara muthlaq seperti pada:
قُلْ نَعَمْ - قُلْنَا - الْتَقَـى
Penjelasan:
Lam sukun pada AL tambahan di awal isim dibaca dengan dua cara:
1. Izhhar Qomariyyah
Lam ta’rif dibaca izhhar dibaca huruf izhhar apabila menghadapi 14 huruf hijaiyah, yaitu dikumpulkan pada syiir berikut:
اَبْغِ حَجَّكَ وَخَفْ عَـقِيْمَـهُ (أ ب غ ح ج ك و خ ف ع ق ي م هـ)
Apabila diurutkan sesuai urutan hijaiyah menjadi:
أ ب ج ح خ ع غ ف ك ق م و هـ ي
Apabila lam ta’rif menghadapi ke-14 huruf tadi maka harus dibaca jelas. Dalam penulisannya, di atas lam terdapat sukun. Dinamakan qamariyyah yang artinya bulan karena lamnya ada secara tulisan dan pelafalan seperti bulan yang jelas keberadaannya dan jelas pula bentuknya apabila kita melihatnya.
Contoh izhhar qamariyyah:
No
Huruf
Contoh
No
Huruf
Contoh
1
أ
وَالْأَرْضِ
8
ف
يَوْمَ الْفَصْلِ
2
ب
وَإِذَا الْبِحَارُ
9
ق
اَلْقَارِعَةُ
3
ج
وَالْجِبَالَ
10
ك
هُمُ الْكَفَرَةُ
4
ح
فِي الْحَافِرَةِ
11
م
وَالْمُرْسَلَاتِ
5
خ
بِالْخُنَّسِ
12
و
وَإِذَا الْوُحُوْشُ
6
ع
فَالْعَاصِفَاتِ
13
ه
عَنِ الْهَوَى
7
غ
بِالْغَيْبِ
14
ي
ذَلِكَ الْيَوْمُ

2. Idgham Syamsiyah
Lam sukun pada lam ta’rif dibaca idgham atau dileburkan ke huruf setelah lam apabila bertemu dengan 14 huruf idgham syamsiyah. Huruf idgham syamsiyah terkumpul pada bait berikut:
طِبْ ثُمَّ صِـلْ رَحْمًا تَـفُـزْ ضِفْ ذَا نِعَمْ * دَعْ سُوْءَ ظَنٍّ زُرْ شَرِيْفًا لِلْكَرَمْ
Apabila diambil huruf inisial dari bait di atas, maka didapati:
ط ث ص ر ت ض ذ ن د س ظ ز ش ل
dan apabila diurutkan sesuai urutan hijaiyah menjadi:
ت ث د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ل ن
Apabila lam ta’rif  bertemu dengan salah satu dari 14 huruf tersebut maka hukumnya dibaca idgham syamsiyah. Syamsiyah artinya matahari. Dinamakan syamsiyah karena wujudnya ada namun tak terlihat jelas bentuknya karena silau. Begitu pula lam ta’rif yang dibaca idgham tulisannya ada namun tidak ada dalam pengucapannya. Khusus jika alif lam menghadapi nun maka disertai dengan ghunnah/dengung.
Contoh hukum idgham syamsiyyah:
No
Huruf
Contoh
No
Huruf
Contoh
1
ت
وَالتِّينِ
8
ش
وَالشَّمْسِ
2
ث
مِنَ الثَّمَرَاتِ
9
ص
بِالصَّبْرِ
3
د
يَوْمِ الدِّينِ
10
ض
وَالضُّحَى
4
ذ
مِنَ الذَّهَبِ
11
ط
الطَّامَّةُ
5
ر
وَإِذَا الرُّسُلُ
12
ظ
مِنَ الظُّلُمَاتِ
6
ز
وَالزَّيْتُونِ
13
ل
وَالَّيْلِ
7
س
هُمُ السُّفَهَاءُ
14
ن
وَمِنَ النَّاسِ

Alasan mengapa lam ta’rif diidghamkan ketika bertemu huruf syamsiyah adalah karena sama dan dekat makhrajnya. Bila kita perhatikan bahwa semua huruf idgham syamsiyah keluar dari makhraj lisan. Makhraj lam adalah ujung tepi lidah dan huruf syamsiyah berada di sekitarnya. Sedangkan huruf izhhar qamariyah keluar dari halq, bibir, pangkal lidah dan tengah lidah. Dikecualikan huruf syin yang masuk ke syamsiyah.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa apabila hamzah dan lam yang bukan lam ta’rif maka tidak berlaku ketentuan di atas. Contoh:
أَلْسِنَتَهُمْ
Lam pada kata di atas bukan merupakan lam ta’rif.
Sekian penjelasan tentang hukum lam ta’rif. Semoga bermanfaat.

Artikel keren lainnya: