Home · Parenting · Konseling · Blogging · Tips · Daftar Isi

Ceramah Singkat: Faktor-faktor Pencipta Ketenangan Jiwa

Materi Kultum: Faktor-faktor Pencipta Ketenangan Jiwa
Assalamu ‘Alaykum  Warahmatullahi Wabarakatuh
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Paling tidak ada lima faktor yang mempengaruhi ketenangan jiwa seseorang yaitu: situasi dan kondisi sekitar, rasionalisme, kesehatan, unsur material, dan nilai kerja.
Situasi dan kondisi sekitar. Ketika kemampuan yang dimiliki seseorang tidak sebanding dengan beban yang dipikulnya, atau apabila lingkungan seseorang selalu bertentangan dengan hati nurani, maka akan  menimbulkan gangguan psikologis yang pada gilirannya menjurus kepada keterpaksaan. Kondisi ini apabila dibiarkan berlarut-larut akan dapat menimbulkan kelabilan jiwanya.
Rasionalisme. Bila rasio itu digunakan secara berlebihan akan dapat menimbulkan kegersangan jiwa, karena secara esensial rasio hanya merupakan penemu alternatif, bukan pemberi kepuasan. Keadaan ini pernah dialami umat Islam pada Perang Badar dan Perang Uhud yang secara rasional dalam segala hal umat Islam kalah dengan musuh sehingga menimbulkan isu keraguan akan ‘pertolongan Allah’ (Ali Imran,3:126 dan al-Anfal, 8:10). Demikian juga yang dialami Ibrahim yang ingin bukti nyata akan kemahakuasaan Allah berdasarkan rasio, yang akhirnya menyadari kelemahan akal (al-Baqarah, 2:260).
Kesehatan. Sudah barang tentu bahwa kesehatan sangat menentukan bagi adanya ketenangan jiwa seseorang. Oleh karenanya Islam menekankan bahwa akal yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat, meskipun tidak selamanya demikian.
Unsur materi. Kendatipun bukan menjadi tujuan, materi adalah sarana kehidupan yang sangat mempengaruhi ketenangan jiwa seseorang. Salah satu contoh dapat dilihat dalam pelaksanaan ibadah. Tidak sedikit pelaksanaan ibadah yang tidak dapat dipisahkan dari unsur material. Apabila tidak disadari kedudukan materi di dalam kehidupan dan pelaksanaan ibadat, maka akan menjurus kepada ‘fitnah’ dan membawa kealpaan untuk mengigat Allah sebagaimana dialami oleh ummat Nabi Isa as. (al-Maidah,5:113) dan mereka menjadi budak nafsu (Yunus,10:7), an-Nalh, 16:112, dan al-Hajj, 22:11).
Nilai kerja. Bila pekerjaan tidak berkaitan dengan ridha Allah, maka di saat-saat tertentu boleh jadi seseorang itu tidak mendapat perkenan di hadapan Tuhan. Bila hal ini berlangsung, maka orang tersebut bisa jadi merasa bersalah dan dikejar-kejar dosa, dan senantiasa dibayangi pertanyaan apakah aktifitas yang dilakukannya dianggap baik menurut agama. Itulah sebabnya nilai pekerjaan seseorang turut mempengaruhi ketenangan jiwanya.
Berangkat dari kenyataan itu, maka ketenangan jiwa akan diperoleh seseorang apabila ia bersedia menjalankan kelima faktor itu diatas petunjuk Allah SWT, pencipta kelima faktor ketenangan jiwa manusia itu. Cara yang dapat ditempuh agar mendapatkan ketenangan adalah menjadikan iman dan Islam sebagai landasan dan pencarian ridha ilahi sebagai tujuan dalam aktifitas kesehariannya.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa iman yang membentuk jiwa yang tenang itu bukanlah hal yang berdiri sendiri, tetapi harus didukung banyak hal. Karena itu pekerjaan harus dibangun dengan landasan keimanan dan keislaman agar memberikan ketenangan jiwa bagi pelakunya dan memberi kegairahan kerja. Ketenangan jiwa akan meningkatkan produktifitas karyawan jauh melebihi karyawan perusahaan lain yang tidak dibangun di atas landasan keislaman dan keimanan.
Wassalamu ‘Alaykum  Warahmatullahi Wabarakatuh

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Ceramah Singkat: Faktor-faktor Pencipta Ketenangan Jiwa"

Post a Comment

Dilarang membagikan link judi, pornografi, narkoba, dan kekerasan. Terimakasih.