Home · Parenting · Konseling · Blogging · Tips · Daftar Isi

Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Umayyah

A. Sekilas Kekhalifahan Bani Umayyah

Sejarah kekhalifahan Bani Umayyah dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Damaskus dan periode Andalusia. Kekhalifahan Bani Umayyah periode pertama berdiri pertama kali pada tahun 661 masehi hingga 750 masehi. Kekhalifahan Bani Umayyah didirikan oleh Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan di kota Damaskus, Syam. Kekhalifahan Bani Umayyah mulai berdiri setelah berakhirnya kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Ekspansi Kekhalifahan Bani Umayyah


Namun setelah beberapa tahun berkuasa, Bani Umayyah mulai runtuh dan digantikan oleh Bani Abbasiyah. Terdapat beberapa faktor yang meruntuhkan kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus, seperti.

Perselisihan dan perang saudara antara sesama anggota Bani Umayyah

Pertetangan antara kelompok Qays (orang Arab Utara) dan kelompok Yaman (orang Arab Selatan)

Sistem pergantian khalifah yang tidak jelas

Diskriminasi kaum Mawali (orang non Arab yang baru masuk Islam) oleh Bani Umayyah

Munculnya kekuatan baru dari keturunan Al-Abbas bin Abd al-Muthalib

Adanya pemberontakan oleh Bani Abbasiyyah

Kekhalifahan Utama Dinasti Umayyah di Damaskus

1. Muawiyah I bin Abu Sufyan, 41-61 H / 661-680 M

2. Yazid I bin Muawiyah, 61-64 H / 680-683 M

3. Muawiyah II bin Yazid, 64-65 H / 683-684 M

4. Marwan I bin al-Hakam, 65-66 H / 684-685 M

5. Abdullah bin Zubair bin Awwam, (peralihan pemerintahan, bukan Bani Umayyah).

6. Abdul-Malik bin Marwan, 66-86 H / 685-705 M

7. Al-Walid I bin Abdul-Malik, 86-97 H / 705-715 M

8. Sulaiman bin Abdul-Malik, 97-99 H / 715-717 M

9. Umar II bin Abdul-Aziz, 99-102 H / 717-720 M

10. Yazid II bin Abdul-Malik, 102-106 H / 720-724 M

11. Hisyam bin Abdul-Malik, 106-126 H / 724-743 M

12. Al-Walid II bin Yazid II, 126-127 H / 743-744 M

13. Yazid III bin al-Walid, 127 H / 744 M

14. Ibrahim bin al-Walid, 127 H / 744 M

15. Marwan II bin Muhammad (memerintah di Harran, Jazira), 127-133 H / 744-750 M

Berikut kronologi singkat kekhalifahan Bani Umayyah.

661 M- Muawiyah menjadi khalifah dan mendirikan Bani Ummayyah.

670 M- Perluasan ke Afrika Utara. Penaklukan Kabul.

677 M- Penaklukan Samarkand dan Tirmidz. Serangan ke Konstantinopel.

680 M- Kematian Muawiyah. Yazid I menaiki takhta. Peristiwa pembunuhan Husain.

685 M- Khalifah Abdul Malik menegaskan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.

700 M- Kampanye menentang kaum Barbar di Afrika Utara.

711 M- Penaklukan Spanyol, Sind, dan Transoxiana.

713 M- Penaklukan Multan.

716 M- Serangan ke Konstantinopel.

717 M- Umar bin Abdul-Aziz menjadi khalifah. Reformasi besar-besaran dijalankan.

725 M- Tentara Islam merebut Nimes di Prancis.

749 M- Kekalahan tentara Ummayyah di Kufah, Iraq terhadap tentara Abbasiyyah.

750 M- Damaskus direbut oleh tentara Abbasiyyah. Kejatuhan Kekhalifahan Bani Ummaiyyah.

Pada 750, Bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan merebut kekuasaan atas daerah-daerah Arabia. Namun pada 756, pangeran Umayyah di pengasingan Abdurrahman I (Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba dengan gelar Amir Kordoba. Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan Abbasiyah yang baru terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah membunuh sebagian besar keluarganya. Ia memerintah selama 30 tahun, tetapi memiliki kekuasaan yang lemah di Al-Andalus dan ia berusaha menekan perlawanan dari pendukung Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.

Cucu Abdullah, Abdurrahman III, menggantikannya pada 912, dan dengan cepat mengembalikan kekuasaan Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan Afrika Utara bagian barat. Pada 929 ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah, sehingga keamiran ini sekarang memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan Syi'ah di Tunis.

Daftar Amir di Kordoba

1. Abdur-rahman I, 756-788

2. Hisyam I, 788-796

3. Al-Hakam I, 796-822

4. Abdur-rahman II, 822-888

5. Abdullah bin Muhammad, 888-912

6. Abdur-rahman III, 912-929

Daftar Khalifah di Kordoba

1. Abdur-rahman III, 929-961

2. Al-Hakam II, 961-976

3. Hisyam II, 976-1008

4. Muhammad II, 1008-1009

4. Sulaiman, 1009-1010

5. Hisyam II, 1010-1012

6. Sulaiman (dikembalikan), 1012-1017

7. Abdur-rahman IV, 1021-1022

8. Abdur-rahman V, 1022-1023

9. Muhammad III, 1023-1024

10. Hisyam III, 1027-1031

Peta Kekhalifahan Kordoba

Berikut Beberapa Faktor Kumunduran Bani Umayyah di Andalusia

Konflik dengan kerajaan Kristen.

Tidak adanya ideologi pemersatu.

Kesulitan ekonomi.

Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan.

Keterpencilan. Al-Andalus bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara.

B. Pertumbuhan Ilmu Pada Masa Bani Umayyah
Faktor yang membuat ilmu pengetahuan berkembang pesat pada masa Bani Umayyah adalah ....

Pemerintah Dinasti Umayyah sangat mencintai ilmu pengetahuan dan menghormati orang berilmu.

Adanya kerja sama antara penguasa, hartawan, dan ulama dalam menciptakan dunia yang mencintai ilmu pengetahuan.

Banyak didirikan sekolah dan universitas. Universitas yang terkenal pada masa ini adalah Universitas Cordova.

Pemerintah Dinasti Umayyah  menggratiskan biaya pendidikan.

▪ Penerjemahan buku-buku ke bahasa Arab

Para ilmuwan yang muncul pada masa Umayyah dan bidang ilmu yang digelutinya:

1. Tafsir

a. Abdullah bin Abbas

Abdullah bin Abbas (619 M - 687 M) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad sekaligus saudara sepupunya. Ibnu Abbas merupakan salah satu sahabat yang berpengetahuan luas, dan banyak hadits sahih yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbas, serta dia juga menurunkan seluruh Khalifah dari Bani Abbasiyah

Sejak kecil, Ibnu Abbas memang gemar menuntut ilmu. Suatu waktu Rasulullah SAW mendoakan Ibnu Abbas, “Ya Allah, berilah ia pengertian dalam bidang agama dan berilah ia pengetahuan takwil (tafsir).” Menginjak usia dewasa, beliau menjadi seorang pemuda yang berwawasan dewasa, yang lisannya selalu bertanya dan qalbunya selalu mencerna. Umar bin Khattab selalu mengundang Ibnu Abbas dalam majelis syuro'nya dengan beberapa sahabat senior, dan beliau selalu berkata kepada Ibnu Abbas agar ia tidak perlu sungkan menyampaikan pendapat. Inilah bentuk tarbiyah lain yang diperoleh oleh Ibnu Abbas, dengan selalu berada dalam kalangan sahabat senior.

b. Abdullah bin Mas’ud

Abdullah bin Mas'ud (wafat 652 M) adalah sahabat Nabi Muhammad dan orang keenam yang masuk Islam setelah Nabi Muhammad mengawali dakwah di Mekah. Dia adalah sahabat yang menyediakan keperluan Nabi Muhammad saw. Dia membangunkan Rasulullah untuk shalat bila beliau tertidur, menyediakan air untuk mandi, mengambilkan terompah apabila beliau hendak pergi dan membenahinya apabila beliau pulang. Dia membawakan tongkat dan siwak Rasulullah, menutupkan pintu kamar apabila beliau hendak tidur.

Abdullah bin Mas'ud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Kitabullah (Al-Qur'an) sebagai berikut, "Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur'an, melainkan aku tahu di mana dan dalam situasi bagaimana diturunkan. Seandainya ada orang yang lebih tahu daripada aku, niscaya aku datang belajar kepadanya."

c. Said bin Jubair

Sa’id bin Jubair adalah seorang tabi’in, ahli fiqih dan periwayat hadits yang berkedudukan di Kuffah. Ia juga merupakan ahli tafsir dan salah seorang murid dari Ibn Abbas. Karena ketinggian ilmunya sehingga ia digelari Jahbadz al ‘Ulama (pemuka ulama). Dia adalah seorang Imam, Al-Hafidz (yang hafal banyak hadits dalam jumlah tertentu dan menghafal Al-Qur’an), dan salah seorang yang mati syahid.

Sa’id ibn Jubair ibn Hisyam al Asadi, biasa dipanggil Abu Abdillah merupakan keturunan Habasyah (Ethiopia) dan menjadi maula Walibah bin Harits dari Bani Asad. Ia tinggal di Kuffah dan menjadi salah seorang tabi’in terkemuka disana.

d. Mujahid bi Jabir

Mujahid bin Jabir hidup antara 642-722 M, adalah seorang ulama besar agama Islam, yang termasuk golongan tabi'in. Ia adalah seorang imam, ahli fiqih, serta banyak meriwayatkan hadits dengan derajat periwayatan yang dianggap sangat tepercaya (tsiqah). Mujahid menjadi rujukan dalam hal membaca (qia'at) dan memahami (tafsir) Al Qur'an dan hadits.

2. Ilmu Hadits

a. Abu Hurairah

Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (lahir 598 - wafat 678), yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Hurairah (Bapak kucing), adalah seorang Sahabat Nabi yang merupakan periwayat hadits. Abu Hurairah biasa berpuasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam penanggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan membaca Al-Quran dan salat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadis.

Abu Hurairah meriwayatkan lebih dari 5.000 hadits, meskipun diketahui dalam biografi sahih Al-Bukhari bahwa Abu Hurairah baru mengenal Nabi Muhammad 3 tahun sebelum Nabi Muhammad meninggal dunia. Bahkan salah satu sahabat paling dekat Nabi Muhammad, Abu Bakar, hanya meriwayatkan 142 hadits. Salah satu kumpulan fatwa-fatwa Abu Hurairah pernah dihimpun oleh Syaikh As-Subki dengan judul Fatawa' Abi Hurairah.
Pada tahun 678 atau tahun 57 H, Abu Hurairah jatuh sakit, meninggal di Madinah, dan dimakamkan di Jannatul Baqi.

b. Anas bin Malik

Beliau termasuk salah satu dari enam sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan hadits, jumlah hadits yang beliau riwayatkan adalah sejumlah 2.286 hadits, dimana beliau mendengar riwayat tersebut baik secara langsung maupun dari sahabat senior lainnya seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Mu'adz bin Jabal dan lainnya. Sedangkan orang-orang yang meriwayatkan dari beliau antara lain : al-Hasan al-Bashri, az-Zuhri, Qatadah, Tsabit al-Bannani, dan lainnya, bahkan Imam al-Mizzi menyebutkan bahwa jumlah perawi yang mengambil riwayat dari sahabat Anas bin Malik berjumlah sekitar 200 orang. Meski demikian, beliau termasuk orang yang sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadits yang bersumber dari Rasulullah, dengan menyatakan di akhir riwayatnya dengan perkataan : "atau sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam".

c. Umar bin Abdul Aziz

Nama lengkapnya adalah Abu Hafsh Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab, al-Quraisy al-Madani. Beliau lahir pada tahun 61 H dan wafat pada 101 H. Ayahnya, yaitu Abdul Aziz bin Marwan, merupakan seorang yang pernah menjabat pemimpin kota Mesir selama kurang lebih sekitar 20 tahun dan di sana pula Umar lahir, tepatnya di Halwan. Abdul Aziz adalah seorang yang cinta pada hadis-hadis Rasulullah. Dia sering hadir di majelis Abu Hurairah dan para sahabat lain. Sedangkan ibu beliau adalah Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Khathab. Umar bin Abdul Aziz biasa dikenal juga dengan sebutan Umar II.

Di Madinah dia belajar kepada Abdullah bin Umar bin Khathab dan Anas bin Malik, dan di sanalah pula beliau dikenal dengan ilmu dan kecerdasannya. Di Madinah, Umar bin Abdul Aziz juga belajar pada salah satu dari tujuh ahli fikih Madinah, yakni Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud. Umar sangat mencintai hadis-hadis Nabi saw. Penulisan hadis secara besar-besaran bermula pada kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, dalam artian bahwa sebelum masa ini hadis lebih banyak dihafal daripada ditulis dalam catatan-catatan sederhana. Mulai pada masa Umar bin Abdul Aziz inilah seorang ulama’ bernama az-Zuhri diperintah untuk menulis hadis secara lengkap dan dibukukan secara metodologis.

d. Ibnu Syihab az-Zuhri

Imam Az-Zuhri atau Ibnu Syihab (51-124 H/ 671-741 M) nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidullah bin Abdullah bin Syihab bin Abdullah bin al-Harith bin Zuhrah adalah salah satu ulama ahli hadits terbesar yang juga termasuk shighar at-tabi’in (tabi’in junior). Ia adalah orang pertama yang membukukan ilmu hadis atas perintah Khalifah Umar bin Abdul-Aziz.

Ia banyak mengambil ilmu dari para tabi’in senior seperti kepada Sayyidut Tabi’in Said bin al-Musayyib, Ia mengatakan, “Lututku selalu menempel pada lutut Said bin al-Musayyib selama delapan tahun.”, juga kepada Urwah bin az-Zubair, Al-Qasim bin Muhammad, dan yang lainnya. Sedangkan beberapa muridnya yang ternama seperti: Imam Malik bin Anas “Imam Daril Hijrah”, Al-Laits, Sufyanain, dan lainnya.

3. Ilmu Fiqih

a. Imam Hanafi

Namanya adalah Nu’man bin Tsabit Al-Marzuban namun beliau dikenal dengan kun-yah (panggilan) Abu Hanifah, orang pertama yang meletakkan dasar-dasar fikih dan mengajarkan hikmah-hikmah yang baik. Beliau merupakan pendiri dari Madzhab Yurisprudensi(Fiqih) Islam Hanafi.
Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), salat dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi'i, Abu Dawud, Imam Bukhari.

b. Imam Malik

Malik ibn Anas bin Malik bin 'Amr al-Asbahi atau Malik bin Anas adalah pakar ilmu fikih dan hadits, termasuk salah satu Imam Madzhab, yaitu madzhab Maliki dengan kitabnya yang terkenal Al-Muwatha'.
Imam Malik tumbuh ditengah-tengah ilmu pengetahuan, hidup dilingkungan keluarga yang mencintai ilmu, dikota Darul Hijrah, sumber mata air As Sunah dan kota rujukan para alim ulama. Di usia yang masih sangat belia, beliau telah menghapal Al-Qur`an, menghapal hadits Rasulullah, menghadiri majlis para ulama dan berguru kepada salah seorang ulama besar pada masanya yaitu Abdurrahman Bin Hurmuz.
Imam Malik telah menguasai banyak disiplin ilmu. Kecintaannya kepada ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya di salurkan untuk memperoleh ilmu.

4. Ilmu Tasawuf

a. Hasan al-Basri

Hasan al-Basri dilahirkan di Madinah pada tahun 21 Hijrah (642 Masehi). Dia pernah menyusu dengan Ummu Salamah, isteri Rasulullah S.A.W. Hasan al-Basri pernah berguru kepada beberapa orang sahabat Rasulullah S.A.W. sehingga dia muncul sebagai Ulama terkemuka dalam peradaban Islam. Hasan al-Basri meninggal dunia di Basrah, Iraq, pada hari jum'at 5 Rajab 110 Hijrah (728 Masehi), pada umur 89 tahun.

Hasan adalah pendukung kuat nilai tradisional dan cara hidup zuhud, kehidupan dunia hanyalah perjalanan untuk ke akhirat, dan kesenangan dinafikan untuk mengendalikan nafsu. Dia merupakan tokoh sufi dalam islam.

b. Rabi’ah al-Adawiyah

Rabiah diperkirakan lahir antara tahun 713 - 717 Masehi, atau 95 - 99 Hijriah, di kota Basrah, Irak dan meninggal sekitar tahun 801 Masehi / 185 Hijriah. Nama lengkapnya adalah Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah. Rabi'ah Al-Adawiyah dijuluki sebagai "The Mother of the Grand Master" atau Ibu Para Sufi Besar karena kezuhudannya.

Rabiah Al-Adawiyah adalah seorang sufi wanita yang dikenal karena kesucian dan dan kecintaannya terhadap Allah. Ia dikenal sebagai seorang sufi wanita yang zuhud, yaitu tidak tertarik kepada kehidupan duniawi, sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah.

5. Ilmu Kedokteran

a. Abu al-Qasim al-Zahrawi

Abul Qasim Khalaf bin al-Abbas- az-Zahrawi, orang-orang Barat mengenalnya dengan Abulcasis. Dilahirkan pada tahun 936 dan wafat tahun 1013 M di Kota al-Zahra, al-Zahrawi mengabdi pada kekhalifahan Bani Umayyah II di Cordoba, Andalusia. Awalnya ia dikenal sebagai seorang fisikawan, sampai akhirnya ia memperkenalkan teori-teori dan alat-alat bedah dalam ilmu kedokteran, barulah orang-orang mengenalnya sebagai dokter ahli bedah

Az-Zahrawi adalah seorang pioner dalam ilmu bedah modern. Beliau merevolusi ilmu bedah klasik dan meletakkan kaidah-kaidah bedah yang menjadi pijakan ilmu bedah modern saat ini. Al-Zahrawi menemukan  metode dan alat-alat bedah baru yang memudahkan para pasien. Ia juga memiliki 30 jilid ensiklopedi bedah yang dijadikan rujukan utama ilmu bedah di Eropa selama beberapa abad dan menjadi pijakan ilmu kedokteran modern.

6. Ilmu Kimia

a. Abbas bin Firnas

Beliau juga dikenal sebagai Abbas Abu al-Qasim bin Firnas ibn Wirdas al-Takurini. Abbas Ibn Firnas lahir di Izn-Rand Onda, Andalusia pada tahun 810 M dan menjalani masa kehidupannya di Cordoba. Ilmuwan penemu serba bisa ini meninggal tahun 887 M/274 H. Beliau adalah ilmuwan serba bisa yang menguasai beragam disiplin ilmu pengetahuan. Selain dikenal sebagai seorang penerbang perintis yang tangguh, dia juga adalah seorang ahli kimia.

Dialah orang pertama dalam sejarah yang melakukan pendekatan sains dalam mempelajari proses terbang. Ibnu Firnas pun layak disebut sebagai manusia pertama yang terbang, ribuan tahun sebelum Wright Bersaudara berhasil melakukannya.

7. Ilmu Sejarah

a. Abu Marwan Abdul Malik bin Habib

Abu Marwan Abd al-Malik ibn Habib (w. 238/852), seorang penyair yang juga ahli dalam ilmu Nahwu dan Arudl. Mula-mula ia tinggal di Elvira dan cordova, kemudian mempelajari Hadits dan Fiqh Maliki di timur. ia menulis dalam berbagai bidang ilmu, di antaranya sejarah yang salah satu bukunya berjudul al-Tarikh. Buku ini menyerupai model Tarikh al-Thabari. Isi buku ini dimulai dengan pembicaraan mengenai permulaan bumi dan langit diciptakan, sampai kepada penaklukan Andalusia oleh umat Islam. Tampak sekali pengaruh Israiliyat terhadap isi ceritera buku tersebut.
b. Abu Bakar Muhammad bin Umar (Ibnu Quthiyah)

Abu Bakar Muhammad bin Umar bin Abdul Aziz bin Ibrahim bin Isa bin Muzahim al-Qurthubi atau lebih dikenal dengan Ibnu al-Quthiyyah (lahir di Cordoba, wafat di Cordoba pada 23 Rabiul awal 367 H/8 November 977) adalah seorang sejarawan, sastrawan dan ilmuwan dibidang bahasa Arab dan nahwu). Ia merupakan keturunan Sarah dari suku Goth yang menikah dengan kakeknya Isa bin Muzahim, hamba sahaya yang dimerdekakan oleh Umar bin Abdul-Aziz. Beliau dikenal sebagai orang yang paling pandai dalam bidang bahasa Arab di Al-Andalus.

8. Ilmu Bahasa dan Sastra

a. Ali al-Qali
Nama lengkapnya adalah Ismail ibn Qasim bin Aidhun Abu Ali. Beliau menguasai  hampir seluruh aspek kajian bahasa. Dari gramatika, sastra, tata bahasa, serta dua ilmu baru, yakni filologi dan leksikografi atau teknik penyusunan kamus.
Ia dibesarkan dengan mencari dan belajar ilmu Hadits, bahasa, sastra, Nahwu dan sharaf dari ulama-ulama terkenal di Baghdad. Pada masa tahun tahun 330/941 al Nashir mengundang beliau untuk menetap di Cordova dan sejak saat itu Ali mengembangkan ilmu Islam sampai wafatnya (358/696). Banyak karya tulisnya mengenai sastra arab salah satunya yang bernilai tinggi, diantaranya adalah al Amalî dan al Nawâdir. 

b. Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih

Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd-Rabbih adalah penulis sekaligus penyair yang hidup di wilayah Andalusia (Spanyol) di masa kekuasaan Bani Umayyah. Ia dikenal dengan karyanya yang paling mahsyur yakni Al-‘Iqd Al-Farid.

Disebutkan bahwa Muhammad ibn Abd-Rabbih mempelajari musik juga ilmu kedokteran. Namun bakat serta minatnya lebih mengarahkan ia pada dunia sastra juga sejarah sehingga ia kemudian lebih dikenal sebagai penulis dan juga penyair. Saat usianya sudah senja, Muhammad ibn Abd-Rabbih mengubah banyak syairnya menjadi ratapan pada masa mudanya yang ia anggap banyak melakukan kesia-siaan.

c. Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid

Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid, lahir di Cordova pada tahun 382 H/992 M dan wafat pada tahun 1035 M adalah seorang ahli bahasa dan Sastra pada Masa Umayyah. Karyanya dalam bentuk prosa adalah Risalah al -awabi’ wa al-Zawabig, Kasyf al-Dakk wa A£ar al-Syakk dan Hanut ‘Athar.

Sejak muda ia dekat dengan penguasa. Bahkan ketika Cordova dilanda kemelut politik ia tetap mendekat kepada khalifah yang sedang berkuasa. Akan tetapi. orang-orang yang tidak suka selalu berusaha untuk menyingkirkannya dengan menjelek-jelekkan namanya di depan penguasa. Pada masa kekuasaan Hamudiyah penyair ini dipenjarakan dan menerima penghinaan serta penganiayaan yang berat. Ia dibebaskan dalam keadaan lumpuh sampai wafat pada tahun 427H/1035M.

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Umayyah"

Post a Comment

Dilarang membagikan link judi, pornografi, narkoba, dan kekerasan. Terimakasih.