Home · Parenting · Konseling · Blogging · Tips · Daftar Isi

PAI SMP: Ilmuwan pada Masa Abbsiyah dan Kontribusinya terhadap Dunia

Tokoh Ilmuwann Muslim pada masa Kekhalifahan Bani Abbasiyah

Materi 

Ilmuwan Muslim
A. Lahirnya Ilmuwan dan Tumbuhnya Ilmu pengetahuan

a. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Umum

1) Kedokteran

Sejak berkembangnya bayt al-ḥikmah, banyak ilmuwan yang tertarik karyakarya terjemahan pengobatan Yunani. Mereka kemudian mendalami karyakarya itu dan mengembangkannya menjadi ilmu kedokteran. Saat itu, dokter menjadi profesi yang cukup menjanjikan. Penghasilan yang diperoleh juga cukup besar. Apalagi dokter-dokter yang bekerja di istana dan melayani para bangsawan. Karenanya banyak orang yang tertarik belajar ilmu kedokteran.

Pada masa Abbasiyah sudah ada rumah sakit yang berfungsi untuk merawat orang sakit. Rumah sakit pertama dibuat oleh Harun al-Rasyid pada awal abad kesembilan. Tidak lama kemudian rumah sakit-rumah sakit lain tumbuh di seluruh dunia Muslim. Saat itu rumah sakit di dunia Muslim sudah memiliki bangsal khusus untuk perempuan. Masing-masing rumah sakit memiliki apotik sendiri. Beberapa dilengkapi dengan perpustakaan medis dan menawarkan kursus kedokteran.

Beberapa dokter yang terkenal pada masa itu, di antaranya adalah Ali al-Tabari, al-Razi, Ali ibn al-Abbas al-Majusi, dan ibn-Sina. Selain berpraktik sebagai dokter, mereka juga aktif menerjemahkan dan menulis buku-buku kedokteran. Karya buku mereka menjadi sumber belajar ilmu kedokteran, baik di dunia muslim maupun Barat. Karena itulah, kepakaran mereka tidak hanya dikenal di dunia muslim, tetapi juga dikenal luas sampai dunia Barat. Potret al-Razi dan ibn-Sina bahkan menghiasi aula besar Fakultas Kedokteran di Universitas Paris sampai saat sekarang ini. Hal itu dikarenakan jasa keduanya dalam meletakkan dasar bagi pengembangan ilmu kedokteran modern yang digunakan secara luas sampai saat sekarang.

Berikut ini adalah tabel informasi dokter-dokter ternama pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah.

No

Nama

Karya monumental bidang

kedokteran

Inspiriasi untuk dunia

 

1

Ali ibn-Sahl Rabban al-Tabari (Ali al-Tabari)

Kitab “Firdaus al- Ḥikmah” tentang sistem pengobatan

Peletak dasar ilmu kesehatan anak-anak dan bidang pertumbuhan anak

2

Abu-Bakr Muḥammad ibn- Zakariya al-Razi

(Al-Razi)

Kitab “al-Ḥāwi” tentang pengetahuan yang dimiliki orang Arab pada waktu itu tentang pengobatan Yunani, Persia dan Hindu dan menambahkan beberapa kontribusi baru.

Selama berabad-abad memiliki pengaruh yang luar biasa atas pikiran orangorang Latin Barat tentang ilmu kedokteran

3

Ali ibn-al-Abbas Al-

Majusi (Al- Majusi)

Kitab “Kāmil al- Ṣinā‛ah al- Ṭibb īyah”, semacam kamus istilah tentang sains dan praktik kedokteran.

Penemu teori tentang konsepsi dasar dari sistem kapiler dan bukti bahwa dalam proses kelahiran, anak tidak keluar dengan sendirinya tetapi didorong oleh kontraksi otot rahim.

4

Abu Ali al-Huseyn bin Abdullah bin Hassan Ali bin Sina (Ibnu Sina /

Avicenna)

(980 – 1073 M)

Kitāb “al-Syifā’” tentang

ilmu pengobatan dan

al-Qānūn fi al-Ṭibb”

tentang dasar-dasar ilmu

kedokteran.

Peletak dasar ilmu kedokteran modern. Karyanya dijadikan sebagai teori dasar yang dipelajari oleh mahasiswa kedokteran di seluruh dunia

 

2) Filsafat

Di dalam tradisi keilmuan Islam, ilmu filsafat dikenal dengan istilah al-ḥikmah dan falāsifah . Orang-orang yang ahli di bidang filsafat disebut dengan ḥukamā’ dan filosof. Sebutan ini diberikan kepada mereka yang menggunakan akal dan logika dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Beberapa filosof yang ternama pada saat itu di antaranya adalah Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina.

No

Nama

Karya

Inspiriasi untuk dunia

1

abu-Yūsuf Ya‛qub ibn-Ishaq al-Kindi (Al-Kindi)

(801 – 873 M)

270 buku tentang berbagai bidang kajian, seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik, psikologi, politik, dll

 

Beberapa karyanya  diterjemahkan ke bahasa latin dan memberi pengaruh besar pada pemikiran Eropa abad pertengahan

2

abu-Nasr Muhammad ibn- Muhammad ibn-

Tarkhan al-Farabi (Al- Farabi)

(870 – 950 M)

 

100 buku tentang berbagai bidang kajian tentang filsafat, bahasa, musik, politik, dan lain-lain

Dikenal sebagai “guru kedua” dalam bidang filsafat setelah filosof Yunani, Aristoteles, karena mampu menyajikan karya-karya filsafat Yunani yang mudah dipahami oleh para ilmuwan

3

Abu Ali al-Huseyn

bin Abdullah bin Hassan Ali bin Sina (Ibnu Sina)

(980 – 1073 M)

240 buku tentang filsafat, kedokteran, astronomi, musik, dan lain-lain

 

Dikenal sebagai Bapak kedokteran modern

 

 

3) Astronomi dan Matematika

Astronomi dan matematika, berkembang cukup pesat selama masa keemasan Bani Abbasiyah. Pada masa Khalifah al-Makmun, dibangun sebuah observatorium astronomi di Baghdad. Observatorium ini berfungsi untuk melakukan pengamatan terhadap benda-benda langit. Selain di Baghdad, observatorium astronomi juga dibangun di Damaskus.

Saat itu, para astronom Abbasiyah telah bekerja untuk untuk menentukan ukuran bumi dan kelilingnya. Dari pekerjaan itu, para astronom Abbasiyah berhasil membuat tabel astronomi yang digunakan secara luas, baik di dunia Islam, Eropa, maupun China. Tabel astronomi karya astronom Abbasiyah berhasil menggeser tabel astronomi Yunani dan India yang sudah

dipergunakan sebelumnya.

Di antara para astronom Abbasiyah yang terlibat pada proyek tersebut adalah ibn Musa bin Syakir bersaudara dan al-Khawarizmi. Selain mereka masih banyak astronom yang karya-karya astronominya memberikan pengaruh yang menentukan pada perkembangan sains modern di Eropa.

Beberapa di antaranya dapat kalian baca pada tabel berikut.

No

Nama

Karya

Inspiriasi untuk dunia

1

Muḥammad ibn-Musa

Al – Khwarizmi (al-Khawarizmi)

(780 – 850 M)

 

Kitab “Ḥisāb al-Jabr w-al-

Muqābalah”

 

Karyanya dijadikan sebagai

buku teks matematika utama di universitas-universitas Eropa dan digunakan untuk memperkenalkan ilmu aljabar ke Eropa

2

Abu-Abdullah Muḥammad ibn-Jabir

al-Battani (Al-Battani)

(877- 918)

Kitab “al-Zīj”

 

Ilmuwan yang menemukan jumlah hari dalam setahun ada 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik

 

3

abu-al-Rayhan Muḥammad ibn- Ahmad al-Biruni (Al-Biruni)

(973 – 1073 M)

Kitab “al Qānūn al- Mas‛ūdi fi al-Hay’ah w-al-Nujūm”

 

Peletak dasar metode ilmiah

modern yang meliputi meliputi bidang matematika, astronomi, geografi, geologi, kimia, dan sejarah.

 

4) Ilmu Pengetahuan Umum Lainnya

Selain kedokteran, filsafat, astronomi, dan matematika, masih banyak ilmu pengetahuan lain yang berkembang di masa keemasan Bani Abbasiyah. Seperti Kimia, geografi, sejarah, dan lain sebagainya. Perlu kalian ketahui bahwa pada masa itu belum ada spesialisasi ilmu pengetahuan seperti sekarang. Karenanya kalian akan menemukan seorang ilmuwan memiliki

keahlian di berbagai bidang yang berbeda-beda.

 

b. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Agama

Selain berkembangnya ilmu pengetahuan umum, masa dinasti Abbasiyah juga diwarnai dengan perkembangan ilmu pengetahuan agama. Jika perkembangan ilmu pengetahuan umum bersumber dari ilmu pengetahuan Yunani yang dikembangkan oleh para ilmuwan muslim, maka ilmu pengetahuan agama bersumber dari sumber pengetahuan dalam Islam sendiri, yakni al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw.

Berikut ini dijelaskan secara singkat beberapa ilmu pengetahuan agama yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah.

1) Ilmu Kalam

Ilmu Kalam merupakan ilmu yang mempelajari tentang Tuhan beserta segala aspeknya. Ilmu kalam juga sering disebut dengan ilmu akidah (mempelajari tentang pokok-pokok keyakinan), ilmu tauhid (mempelajari tentang keesaan Allah), dan ilmu Ushuluddin (mempelajari tentang pokok-pokok agama).

Ilmu kalam sudah berkembang sejak sebelum masa Dinasti Abbasiyah. Ilmu kalam sudah mulai muncul sejak akhir kepemimpinan Khulafaur Rasyidin dan awal masa Dinasti Umayah. Saat itu sudah berkembang berbagai aliran ilmu kalam, seperti Khawarij, Murjiah, Jabariyah, Qadariyah, dan Muktazilah. Pada masa Abbasiyah muncul aliran ilmu kalam yang memiliki pengaruh luas di dunia Islam sampai sekarang, yakni Asy’ariyah dan Maturidiyah.

2) Ilmu Fikih

Ilmu fikih adalah ilmu yang mengkaji hukum syariat Islam dari segi-segi formal peribadatan dan dalam berinteraksi sosial. Ilmu fikih termasuk yang paling kuat mendominasi cara beragama seorang muslim.

Pada masa Dinasti Abbasiyah dikenal empat ilmuwan fikih yang disebut sebagai imam mazhab. Empat mazhab itu memiliki pengaruh yang luas di berbagai wilayah dunia Islam. Keterangan singkat tentang para imam mazhab dapat dilihat pada tabel berikut.

No

Nama

Inspiriasi untuk dunia

1

Hanafi Abu Hanifah (699 – 767 M)

Pakistan, India, bangladesh, Sri Langka, dan Maladewa

2

Maliki Malik ibnu Anas (715 – 795 M)

Afrika Barat dan Utara

3

Syafi’i Muḥammad ibn-Idris al-Syafi‛i (767 805 M)

Iran, Mesir, Somalia, Asia Tenggara

 

4

Hambali Aḥmad ibn-Hanbal (780 – 855)

Semenanjung Arab

 

3) Ilmu Tentang Akhlak

Pada masa Abbasiyah, ada sebagian ilmuwan yang memberikan perhatian kepada kajian tentang akhlak manusia. Kajian akhlak membahas tentang perangai, tingkah laku, atau tabiat seperti kesederhanaan, keberanian, kebebasan, kecakapan, dan lain-lain. Ilmuwan yang memiliki perhatian di bidang akhlak pada saat itu di antaranya al-Māwardi, Miskawayh, dan al-Ghazāli. Kalian dapat membaca tabel berikut untuk mendapatkan informasi singkat tentang tiga ilmuan tersebut.

No

Nama

Karya

Inspiriasi untuk dunia

1

Al-Mawardi

Al-Aḥkam al-Sulṭāniyyah

Peletak dasar ilmu politik

2

Ibnu Miskawayh

(941 – 1030 M)

Tahzīb al-Akhlāq

“guru ketiga” setelah al-Farabi

3

Al-Ghazali

(1058/1059 M)

Ihyā’ ulūm al-dīn

Peletak dasar ilmu jiwa Islam

 

4) Ilmu Hadis

Pada masa Abbasiyah ada enam kitab hadis ternama yang berhasil disusun oleh para ilmuwan hadis. Kitab-kitab hadis itu diberi judul sesuai dengan nama para ilmuwan yang menyusunnya. Perhatikan tabel berikut untuk mengetahui enam kitab hadis itu.

No

Kitab

Penyusun

1

Sahih al-Bukhari

Muhammad ibn-lsmail al-Bukhari

(Imam Bukhari: 810 – 870 M)

2

Sahih muslim

Abu al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz Al-Qusyairi An-Naisaburi

(Imam Muslim: 821 – 875 M)

3

Sunan an-Nasa’i

Abu Abdurrahman Ahmad bin Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani al-Nasa’i

(Imam an-Nasa’i: 829 – 915 M

4

Sunan Abu Dawud

Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’as As-Sijistani

(Imam Abu Dawud: 817 – 888 M)

5

Sunan at-Tirmizi

Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak as-Sulami at-Tirmizi

(Imam at-Tirmizi: 824 – 892 M)

6

Sunan Ibn Majah

Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin

Majah Al Quzwaini.

(Imam Ibnu Majah: 824 – 887 M)

 

5) Ilmu Tafsir

Ilmu tafsir adalah ilmu yang dikembangkan untuk memahami isi kandungan al-Qur’an. Pada awal masa Dinasti Abbasiyah, ilmu tafsir masih menjadi bagian ilmu hadis. Para ulama memahami al-Qur’an bersumber pada hadis yang diriwayatkan oleh imam hadis. Pada perkembangan berikutnya, tafsir al-Qur’an mulai dibukukan secara terpisah. Mereka yang menyusun kitab tafsir ini disebut dengan mufassirīn atau ahli tafsir.

Salah satu ahli tafsir yang muncul pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Galib al-Amali at-Tabari (839 – 923 M). Ia lebih dikenal dengan Ibnu Jarir atau at-Tabari. Pada masa itu at-Tabari menyusun kitab tafsir yang cukup lengkap. Kitab tafsirnya berjudul Jamī’ al-Bayān fī Ta’wīl al-Qur’ān atau yang dikenal dengan tafsir aṭ-Ṭabari. Tafsir ini merupakan pelopor penyusunan kitab-kitab tafsir pada

masa-masa berikutnya.

B. Seni dan Seniman Dinasti Abbasiyah

Masih ada ragam seni lain yang dikembangkan di Baghdad. Di antaranya adalah sastra. Karya sastra yang melegenda menjadi cerita rakyat di seluruh dunia adalah hikayat “1001 malam”. Kisah-kisah yang diceritakan di dalamnya berkembang menjadi cerita populer yang bertahan sampai saat sekarang ini, seperti kisah tentang Aladdin dan Lampu Wasiat, Ali Baba, Sinbad si Pelaut, serta 40 Pencuri.

Hikayat “1001 Malam” berasal dari karya Persia kuno berjudul Hazār Afsāna (seribu cerita). Karya ini merupakan kumpulan cerita rakyat dari berbagai wilayah, seperti Arab, India, dan Persia. Karya ini kemudian diterjemahkan dan ditulis ulang oleh al-Jahsyiyari pada masa

kekhalifahan Harun al-Rasyid. Al-Jahsyiyari juga memasukkan beberapa cerita tentang Khalifah Harun al-Rasyid dan penyair Abu Nawas di dalam buku yang ditulisnya. Karya al-Jahsyiyari ini kemudian diberi judul Alf Laylah wa-Laylah.

 

C. Kontribusi Peradaban Islam untuk Kemanusiaan dan Peradaban Dunia

Keunggulan yang diraih oleh Dinasti Abbasiyah selama masa keemasannya berkontribusi besar dalam berbagai hal. Baik untuk perkembangan peradaban Islam sendiri maupun untuk peradaban dunia. Berikut ini disajikan kontribusi yang diberikan oleh peradaban Dinasti Abbasiyah bagi umat Islam sendiri, kemanusiaan, renaisance Eropa, dan dunia.

a. Kontribusi untuk umat Islam

Seperti yang sudah kalian pelajari, pada masa Abbasiyah ilmu pengetahuan agama berkembang sangat pesat. Berkat perkembangan ilmu pengetahuan agama, umat Islam dapat menjaga keyakinannya, menjalankan ibadah, dan bermuamalah sesuai dengan ajaran agama Islam. Kontribusi ini tidak hanya terjadi pada masa itu saja. Dasar-dasar ilmu pengetahuan agama yang berkembang pada masa Abbasiyah juga menjadi pedoman keberagamaan umat Islam sampai saat sekarang.

Sampai saat ini umat Islam masih mendasarkan keberagamaannya pada ilmu pengetahuan agama yang disusun pada masa AbbasiyahKita yang tinggal di Indonesia sekarang ini masih menggunakan produk ilmu pengetahuan agama masa Abbasiyah sebagai pedoman keagamaan. Misalnya akidah Asy’ariyah, fikih Imam Syafi’i, akhlak Imam Gazali, serta enam kitab hadis, yang secara umum masih dijadikan sebagai pedoman beragama oleh umat Islam di Indonesia. Hal ini menunjukkan besarnya kontribusi peradaban Islam pada saat itu terhadap keberadaan

umat Islam pada masa sekarang.

b. Kontribusi untuk Kemanusiaan

Penguasa Abbasiyah mengembangkan interaksi sosial yang egaliter. Pada saat itu kompetensi seseorang tidak didasarkan pada ikatan kesukuan ataupun agama. Para penguasa memberikan kesempatan kepada siapapun, baik kepada umat Islam, Kristen, maupun Yahudi, Arab, Persia, Turki, maupun suku bangsa lain, untuk berkarya di bidangnya masing-masing. Hal ini menyebabkan terjadinya interaksi sosial yang egaliter.

Interaksi sosial yang egaliter menyebabkan munculnya pengakuan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Salah satunya adalah hak dalam beragama. Para penguasa Dinasti Abbasiyah menjamin hak dan kebebasan dalam beragama. Semua orang yang tinggal di wilayah Dinasti Abbasiyah memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan agama sesuai dengan

keyakinan masing-masing.

c. Kontribusi untuk renaisance Eropa

Sejarawan Philip K. Hitti mencatat bahwa pada saat bangsawan Eropa baru belajar menuliskan nama mereka, di wilayah Bani Abbasiyah sudah berkembang kegiatan penerjemahan karya Yunani ke dalam bahsa Arab. Sewaktu lorong-lorong Eropa masih gelap dan becek karena hujan, Baghdad sudah menjadi kota metropolitan yang indah dan gemerlapan. Saat itu, banyak pelajar Eropa yang dikirim ke Baghdad untuk belajar di bayt al-ḥikmah. Mereka kemudian terlibat dalam kegiatan penerjemahan karya-karya ilmuwan Bani Abbasiyah ke dalam bahasa latin. Berbekal karya-karya terjemahan itu, bangsa Eropa kemudian bergerak menuju masa pencerahan. Mereka mempelajari sistem pengetahuan dan sistem sosial di wilayah Bani Abbasiyah yang dirasa lebih mencerahkan dan menjunjung nlai-nilai kemanusiaan. Masa ini dikenal dengan istilah renaisance atau pembaharuan Eropa.

d. Kontribusi untuk Dunia

Era setelah renaisance Eropa adalah masa pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan di benua biru itu. Segera setelah itu, muncul revolusi industri di Inggris dan revolusi Perancis. Revolusi industri adalah perubahan di bidang ekonomi yang sangat cepat dengan ditemukannya mesin uap di Inggris pada abad ke-18. Sedangkan revolusi Perancis adalah sebuah gerakan masyarakat pertama di Eropa yang menentang kedudukan pemerintahan monarki absolut berbasis dinasti yang sudah berlangsung berabad-abad.

Tatanan dunia pun berubah. Dunia berkembang menjadi peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Dunia Iptek pun terus berkembang. Sampai saat ini sudah ada empat gelombang revolusi industri. Dimulai dari revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap, 2.0 dengan penemuan mesin bertenaga listrik, 3.0 dengan ditemukannya mesin otomatis, dan 4.0 yang sudah mengintegrasikan mesin dengan jaringan

internet.

Sistem sosial pun berubah. Semenjak revolusi Perancis, masyarakat menggunakan sistem demokrasi untuk menggantikan sistem monarkhi yang berbasis dinasti. Nilai-nilai kemanusiaan, seperti kebebasan dan kesamaan yang sebelumnya dipelajari di Baghdad, dijadikan sebagai fondasi utama dalam demokrasi. Sekarang ini sistem demokrasi menjadi pilihan di hampir seluruh penjuru dunia.

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "PAI SMP: Ilmuwan pada Masa Abbsiyah dan Kontribusinya terhadap Dunia"

Post a Comment

Dilarang membagikan link judi, pornografi, narkoba, dan kekerasan. Terimakasih.