MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH ATAU PBL (PROBLEM BASED LEARNING)
A. DEFINIS
DAN KONSEP PBL
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang
menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real
world)
Ada lima
strategi dalam menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah (PBL) yaitu:
1)
Permasalahan sebagai kajian.
2)
Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
3)
Permasalahan sebagai contoh
4)
Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
5)
Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik
Peran guru, siswa dan
masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut.
Guru
sebagai pelatih
-
Asking
about thinking (bertanya tentang pemikiran)
-
memonitor
pembelajaran
-
probbing (
menantang siswa untuk berfikir )
-
menjaga agar siswa
terlibat
-
mengatur dinamika
kelompok
-
menjaga
berlangsungnya proses
Siswa
sebagai problem
solver
-
peserta
yang aktif
-
terlibat
langsung dalam pembelajaran
-
membangun
pembelajaran
Masalah
sebagai awal tantangan dan motivasi
-
menarik
untuk dipecahkan
-
menyediakan
kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari
Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1)
Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini
ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2)
Pemodelan peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah
penting menjembatani gap antara pembelajaran
sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar
sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan
adalah :
·
PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
·
PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan
dan dialog dengan yang lain sehingga siswa secara bertahap dapat memi peran
yang diamati tersebut.
·
PBL melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang
memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata
dan membangun femannya tentang fenomena itu.
3)
Belajar Pengarahan Sendiri (self
directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat
pada siswa.Siswa harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan
dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.
Model PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut :
a. Kurikulum
: PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu
strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
b. Responsibility : PBL menekankan responsibility
dan answerability para siswa ke diri dan panutannya.
c. Realisme
: kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang
sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan
sikap profesional.
d. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada
pertanyaan dan keinginan siswa untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga
dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
e. Umpan
Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para siswa menghasilkan
umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan
pengalaman.
f. Keterampilan
Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan
saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar
seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
g. Driving
Questions
:PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu siswa untuk
berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan
yang sesuai.
h. Constructive
Investigations
:sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para siswa.
i. Autonomy
:proyek
menjadikan aktifitas siswa sangat penting.
B.
PRINSIP
PROSES PEMBELAJARAN DALAM PBL
Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan
PBL sebagai basis model dilaksanakan dengan mengikuti
prinsip-prinsip berikut.
|
Sintaks PBL |
1.
Konsep Dasar (Basic
Concept)
Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep
dasar, petunjuk, referensi, atau link
dan skill yang diperlukan dalam
pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih cepat masuk dalam
atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan
tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan siswa
memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak ada kemungkinan
terlewatkan oleh siswa seperti yang dapat terjadi jika siswa mempelajari secara
mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk
garis besar saja, sehingga siswa dapat mengembangkannya secara mandiri secara
mendalam.
2.
Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah ini fasilitator
menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam kelompoknya, siswa melakukan
berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming
yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat,
ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul
berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang
sama dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta
mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.
Selain itu, setiap kelompok harus
mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha
mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada siswa yang mengetahui artinya,
segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat
dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok.
Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok
tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih
pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan
pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu
permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil
siswa. Pada akhir langkah siswa diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang
apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan
apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap siswa
mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti
petunjuk.
3.
Pembelajaran Mandiri (Self
Learning)
Setelah mengetahui tugasnya,
masing-masing siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang
sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis
yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang
yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar siswa
mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan
yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu
tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan
dan dapat dipahami.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, siswa bebas untuk
mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut siswa
akan saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang
telah mereka bangun. Siswa juga harus mengorganisasi informasi yang
didiskusikan, sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap
permasalahan yang dihadapi.
4.
Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk
keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya
pada pertemuan berikutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk
mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok.
Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul
sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Tiap kelompok menentukan ketua diskusi
dan tiap siswa menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara
mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan kesimpulan
kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno (kelas besar) dengan
mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi
akhir. Untuk memastikan setiap siswa mengikuti langkah ini maka dilakukan
dengan mengikuti petunjuk.
5.
Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup
seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS),
ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap
kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan
penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot
penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan.
C.
LANGKAH
OPERASIONAL PBL DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa
terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian siswa diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.Setelah itu tugas
guru adalah meransang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang
ada.Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka, memanfaatkan lingkungan siswa
untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat
dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa, antara lain di sekolah,
keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan
kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar kelas.Siswa diharapkan dapat
memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman
belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka
mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.
Fase 1:
Mengorientasikan siswa pada masalah
Pembelajaran
dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang
akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru
harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa dan juga
oleh guru. serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat
mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu
dilakukan dalam proses ini, yaitu:
1.
Tujuan
utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi
lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi siswa yang mandiri,
2.
Permasalahan
dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah
masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali
bertentangan,
3.
Selama
tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang
siap membantu, namun siswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan
temannya, dan
4.
Selama
tahap analisis dan penjelasan, siswaakan didorong untuk menyatakan ide-idenya
secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh
guru atau teman sekelas. Semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada
penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Fase 2:
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Disamping
mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa
belajar berkolaborasi.Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan
sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran
dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan
memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa
dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti:
kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang
efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan
mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika
kelompok selama pembelajaran.
Setelah siswa
diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar
selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik,
tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.Tantangan utama bagi guru pada tahap ini
adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan
dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap
permasalahan tersebut.
Fase 3:
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan
adalah inti dari PBL.Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik
penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang
identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,
dan memberikan pemecahan.Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek
yang sangat penting.Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.Tujuannya adalah agar siswa
mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka
sendiri. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk
berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada
pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah siswa
mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang
mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk
hipotesis, penjelesan, dan pemecahan.Selama pengajaran pada fase ini, guru
mendorong siswa untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh
ide tersebut.Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir
tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan.
Fase 4:
Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan mempamerkannya
Tahap
penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan
pameran.Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape
(menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan
secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan
sajian multimedia.Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat
berfikir siswa.Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru
berperan sebagai organisator pameran.Akan lebih baik jika dalam pemeran ini
melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat
menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5:
Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini
merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa
untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses
kegiatan belajarnya
D.
SISTEM
PENILAIAN DALAM PBL
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek
pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan
pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan
dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran
dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh
guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan
kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan siswa yang dianalisis untuk
melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian
tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
1.
Self-assessment.
Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan
hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard)
oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
2.
Peer-assessment.
Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap
upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun
oleh teman dalam kelompoknya.
Penilaian
yang relevan dalam PBL antara lain
sebagai berikut.
1. Penilaian
kinerja siswa
Pada
penilaian kinerja ini, siswa diminta untuk unjuk kerja atau mendemonstrasikan
kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis karangan, melakukan
suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan
suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
2. Penilaian
portofolio siswa
Penilaian
portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam suatu periode
tertentu. Informasi perkembangan siswa dapat berupa hasil karya terbaik siswa
selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan, atau bentuk
informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata pelajaran.
Dari informasi perkembangan itu siswa dan guru dapat menilai kemajuan belajar
yang dicapai dan siswa terus berusaha memperbaiki diri.Penilain dengan
portofolio dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif. Penilaian kolaboratif dalam PBL dilakukan dengan cara evaluasi
diri (self assesment) dan peer assesment. Self assessment adalah penilaian yang
dilakukan oleh siswa itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya
dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai oleh siswa itu sendiri dalam
belajar.Peer assessment adalah
penilian dimana siswa berdiskusi untuk memberikan penilaian upaya dan hasil
penyelesaian tugas-tugas yang diselesaikan sendiri maupun teman dalam
kelompoknya.
3. Penilaian
potensi belajar
Penilaian
yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar siswa yaitu mengukur kemampuan
yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-temannya yang lebih
maju.PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan siswa untuk
mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.
4. Penilaian
usaha kelompok.
Menilai
usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat
dilakukan pada PBL.Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi antar siswa, misalnya membandingkan siswa
dengan temannya.Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran
berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai
hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian
proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut, penilaian ini
antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment autentik dan 3). portofolio.
Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa merencanakan
pemecahan masalah, melihat bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan
keterampilannya. Penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa yang
dapat mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam
kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan konteks
atau lingkungannya, maka di samping pengembangan kurikulum juga perlu
dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan kurikulum yang memungkinkan siswa
dapat secara aktif mengembangkan kerangka berfikir dalam memecahkan masalah
serta kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning
how to learn).
Dengan
kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswaakan mudah beradaptasi.Dasar
pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai dengan pandangan
kontruktivis yang menekankan kebutuhan siswa untuk menyelidiki lingkungannya
dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna. Tahap evaluasi
pada PBM terdiri atas tiga hal : 1. bagaimana siswa dan evaluator menilai
produk (hasil akhir) proses 2. bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk
bekerja melalui masalah 3. bagaimana siswa akan menyampaikan pengetahuan hasil
pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka belajar
menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai
bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau
sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya. Sebagian dari evaluasi
memfokuskan pada pemecahan masalah oleh siswa maupun dengan cara melakukan
proses belajar kolaborasi (bekerja bersama pihak lain).
Daftar Pustaka
Albanese, M.A. & Mitchell, S.. (1993). Problem
BasedLearning: a Review of The Literature on Outcomes and Implementation
Issues. Journal of Academic Medicine
Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. (1980). Problem
BasedLearning: an Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing
Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar .
Bandung: Diponegoro. Sugiyono, Prof. Dr. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Das Salirawati, 2009, Penerapan Problem
Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan
Masalah, Makalah
Ibrahim, M dan Nur.(2005). Pengajaran
Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press
Karim, S., et al. (2007).Penerapan
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Penguasaan konsep
Fisika serta Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Kecakapan Ilmiah.Proposal
Hibah Kompetitif UPI 2007. Bandung: Tidak diterbitkan
Major, Claire,H dan Palmer, Betsy. 2001.
Assessing the Effectiveness of Problem-Based Learning in Higher Education:
Lessons from the Literature. [Online].Tersedia :http://www.rapidintellect.com/AE
Qweb/mop4spr01.htm [14 Juli 2010]
Melvin L. & Silberman. (1996). Active Learning:
101 Strategies to Teach any Subject. USA: Allyn & Bacon
Mudjiman, Haris. 2006. Belajar Mandiri,
Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan
Percetakan UNS (UNS Press)
Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004: Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: Grasindo
Proyek DUeLike Universitas
Indonesia.(2002). Panduan Pelaksanaan Collaborative Learning& Problem BasedLearning.
Depok: UI
Siburian, Jodion. 2010. Model Pembelajaran
Sains, Jambi: Universitas Jambi
Sudjana, D. (1982). Model Pembelajaran
Pemecahan Masalah. Bandung : Lembaga Penelitian IKIP Bandung
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru
Pembelajaran, Jambi: Gaung Persada Press
Belum ada tanggapan untuk "Model Pembelajaran Berbasis Masalah Atau Problem Based Learning (PBL) | Pengertian dan Sintak"
Post a Comment
Dilarang membagikan link judi, pornografi, narkoba, dan kekerasan. Terimakasih.