Teruntuk ayah-bunda, ummi-abi yang sibuk
Bagaimana Umi dan Abi Menjagaku (dari kejamnya dunia)?
|
Ortu Peluk Anak |
Seorang gadis kecil memandangi jendela rumah dengan kesal. Menanti umi dan abinya yang tak kunjung pulang. Seraya membatin, "Dakwah mulu, kalo aku gede, aku gak mau dakwah-dakwahan!"
Abi sibuk mengisi kajian, mengajarkan Al-Quran dari satu daerah, kota, bahkan keluar pulau. Umi juga sibuk mengisi kajian ibu-ibu, dari rumah ke rumah.
Hari ini, anak perempuan itu sudah besar. Ia yang baru satu tahun menikah, sedang belajar tentang "Membangun keluarga dakwah". Sebuah nasihat seorang gurunda begitu menghujam hatinya.
"Jika kita menjadi orang tua yang salih, yang taat, yang bermanfaat untuk umat, maka Allah yang akan langsung menjaga dan mendidik anak-anak kita. Tolong agama Allah, Allah akan menolong kita."
Lihat Nabi Musa, rasanya tak mungkin, seorang anak yang dihanyutkan ke sungai demi menghindari pembunuhan raja tirani, dibesarkan oleh Firaun dalam pusat kedzoliman, bisa menjadi seorang Nabi yang menyeru, menyampaikan risalah.
Bersebab seorang ibunda salihah yang taat sehingga Allah langsung yang menjaga dan mendidik Nabi Musa.
Lihat Nabi Yusuf, rasanya tidak mungkin, seorang anak yang dibenci saudara-saudaranya, dibuang ke sumur, dijadikan budak, digoda ratu untuk berzina, hingga dipenjara, bisa menjadi seorang Nabi yang salih dan cerdas.
Bersebab seorang ayah yang salih, taat, ialah seorang Nabi Yakub. Sehingga Allah langsung yang menjaga dan mendidik Nabi Yusuf.
Lihat Maryam binti Imran, seorang bayi yang terlahir yatim. Harusnya ia hanya dibesarkan ibunda. Namun, karena kesalihan orang tuanya, Imran dan Hanah, Allah kirimkan seorang Nabi Zakaria untuk mendidik dan mengasuhnya hingga menjadi seorang perempuan terbaik sepanjang zaman.
Lihat seorang anak yatim yang Allah kisahkan di Surat Al-Kahfi. Bersebab seorang ayah yang salih, Allah sampai kirimkan Nabi Musa dan Nabi Khidr untuk perbaiki rumahnya yang hampir rubuh. Kelak di bawah tanahnya terpendam harta warisan untuk sang anak yatim bertumbuh.
Perempuan itu kini termenung lama. Mengingat masa bertumbuhnya yang penuh keajaiban. Saat remaja, jauh dari orang tua, betapa sering ia mangkir dari pengajian, menginginkan kebebasan, melanggar batas-batas yang mengekang.
Namun, sesering itu juga tangan Allah bekerja. Entah ada saja cara-Nya, Allah gagalkan keinginan nakalnya, Allah dekatkan ia pada gurunda luar biasa, kawan-kawan solehah, lingkungan baik, hingga mengecap aktivitas dakwah! Hal yang dulu ia benci. Aduhai, untuk pertama kalinya perempuan itu mengisi kajian di forum kemuslimahan dengan suara bergetar. Ia demam panggung!
Mengingatnya ia terkekeh, betapa bodohnya kalau mengira semua kebaikan itu ia dapatkan karena kesolehannya sendiri. Nol besar! Ternyata, bersebab aktivitas dakwah orang tuanya (yang sering ia kesalkan dulu), menjadi sebab derasnya petunjuk dan pertolongan Allah dalam hidupannya.
Ia meleleh dalam nikmat Allah yang tak terkira. Kini, ia tengah belajar menjadi calon ibunda yang juga berdakwah. Semoga ikhtiarnya kelak membuat Allah berkenan menjaga buah hatinya.
#cintalewatcerita
FQ.
Belum ada tanggapan untuk "Hikmah: Kisah Orangtua yang Sibuk Berdakwah"
Post a Comment
Dilarang membagikan link judi, pornografi, narkoba, dan kekerasan. Terimakasih.