Home · Parenting · Konseling · Blogging · Tips · Daftar Isi

Kumpulan Soal PAI Bab Iman Kepada Kitab-kitab Allah

Contoh Soal Pendidikan Agama Islam Materi Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Jika ingin membaca materi tentang iman kepada kitab-kitab Allah, silakan klik disini!
Berikut ada 20 soal PG dan 5 soal esay materi iman kepada kitab-kitab Allah. Semoga bermanfaat.

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang paling tepat!
1. Kitab-kitab suci diturunkan Allah kepada rasul-rasul-Nya untuk...........
a. Sekedar dibaca manusia
b. Hanya dimiliki oleh semua orang
c. Menjadi pedoman hidup bagi manusia
d. Sebagai hukuman bagi seseorang

2. Fungsi iman kepada kitab-kitab Allah SWT, adalah menunjukkan manusia kepada.............
a. Jalan yang sesat
b. Perilaku yang hina
c. Perbuatan munkar
d. Jalan yang lurus

3. Kitab suci diturunkan Allah di muka bumi agar manusia mendapat.............
a. Kebahagiaan
b. Kezaliman
c. Kemungkaran
d. Keuntungan

4. Nabi dan Rasul yang menerima suhuf adalah.......................
a. Nabi Yusuf a.s   
b. Nabi Ibrahim a.s   
c. Nabi Sulaiman a.s
d. Nabi Hud a.s

5. Wahyu Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw, adalah...............
a. Al-Qur'an    
b. Taurat    
c. Zabur
d. Injil

6. Allah Swt., menurunkan kitab suci kepada para nabi dan rasul itu sebagai...........
a. Ancaman bagi orang yang takwa 
b. Peringatan yang sangat keras 
c. Bahan bacaan dan penelitian
d. Pedoman hidup manusia

7. Wahyu Allah yang berupa lembaran-lembaran juga disebut..........
a. Kalam    
b. Firman      
c. suhuf
d. Mukjizat

8. Pokok-pokok ajaran Al-Qur'an yang menjelaskan tata cara pengabdian seorang hamba kepada Allah adalah..............
a. Akidah    
b. Ibadah      
c. Muamalah
d. Syariat

9. Kitab Taurat yang diturunkan oleh Allah Swt., sebagai petunjuk bagi............
a. Penduduk Mesir   
b. Bani Israil    
c. Kaum Samud
d. Kaum Yahudi

10. Al-Qur'an untuk pertama kali diturunkan di................
a. Padang Arafah   
b. Bukit Tursina
c. Mekkah
d. Madinah

11. Kitab suci Al-Qur'an terdiri dari..........juz
a. 10     
b. 25     
c. 30
d. 114

12. Peristiwa turunnya ayat-ayat Al-Qur'an adalah................
a. Isra' mi'raj   
b. Maulid nabi    
c. Ummul quran
d. Nuzulul quran

13. Wahyu Allah yang pertama kali diterima Nabi Muhammad Saw., adalah........
a. Al 'Alaq    
b. Al A'la    
c. Al Mudassir
d. Al Maidah

14. Perhatikan pernyataan di bawah ini!

(1) Berusaha untuk memahami isinya.

(2) Menyimpannya dalam sebuah almari.

(3) Menempelkan di atas pintu kamar.

(4) Membaca saat senang maupun susah.

(5) Berusaha sekuat tenaga mengamalkan.

(6) Menjadikan sebagai penangkal.

Perilaku mencintai Al-Qur’an ditunjukkan oleh nomor ... .

A. (1), (2), dan (3)

B. (1), (3), dan(5)

C. (1), (4), dan(5)

D. (1), (5), dan(6)


15. Kitab Allah Swt., yang berisi puji-pujian, doa-doa, dan zikir adalah.............
a. Injil     
b. Al-Qur'an    
c. Taurat
d. Zabur

16. Kitab suci yang juga disebut Sepuluh Firman Allah adalah.............
a. Al-Qur'an    
b. Taurat      
c. Zabur
d. Injil

17. Pokok-pokok ajaran Kitab Al-Qur'an tentang hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhannya adalah..............
a. Akidah    
b. Ibadah      
c. Muamalah
d. Syariat

18. Perhatikan perilaku berikut ini!

(1) Meyakini bahwa Allah Swt. menurunkan kitab suci kepada empat rasul.

(2) Mengamalkan kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah Swt.

(3) Meyakini semua kitab berisi ajaran keesaan Allah Swt.

(4) Meyakini kitab-kitab Allah Swt. tetapi hanya mengamalkan Al-Qur’an.

Perilaku beriman kepada kitab Allah Swt. adalah nomor ... .

A. (4), (3), dan (2)

B. (3), (2), dan (1)

C. (2), (1), dan (4)

D. (1), (3), dan (4)


19. Perhatikan perilaku berikut!

(1) Memiliki pedoman penyelesaian persoalan kehidupan.

(2) Mendapat keuntungan dari penjualan Al-Qur’an .

(3) Mendapat pembanding antar kitab-kitab Allah Swt.

(4) Mendapat ilmu dunia dan pengetahuan tentang hari akhir.

(5) Menanamkan sikap toleransi.

Manfaat meyakini kitab Al-Qur’an ditunjukkan nomor ... .

A. (1), (2) dan (3)

B. (1), (4) dan (5)

C. (2), (3) dan (4)

D. (2), (4) dan (5)


20. Perhatikan pernyataan berikut!

(1) Senang menyimak bacaan Al-Qur’an.

(2) Menjadi juara MTQ tingkat Kabupaten.

(3) Membuat kaligrafi dari ayat-ayat Al-Qur’an.

(4) Berusaha mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an.

Perilaku kecintaan pada Al-Qur’an ditunjukkan nomor ... .

A. (2) dan (4)

B. (2) dan (3)

C. (1) dan (4)

D. (1) dan (3)



B. Jawablah pertanyaan berikut dengan jawaban yang tepat!
1. Jelaskan pengertian tentang kitab suci dan suhuf!
2. Sebutkan kitab-kitab Allah yang wajib diketahui oleh orang yang beriman!
3. Sebutkan ajaran yang terkandung dalam kitab suci Taurat!
4. Tuliskan dalil naqli yang menjelaskan bahwa nabi Ibrahim dan nabi Musa menerima suhuf!
5. Sebutkan fungsi iman kepada kitab-kitab Allah bagi kehidupan manusia!

Artikel keren lainnya:

Aku Malas Bila Ibu Datang (Cerpen)

Aku Malas Bila Ibu Datang

Selesai sudah masakanku. Oseng ikan asin dan sayur asam adalah nama menunya. Ini akhir bulan. Sisa keringat suamiku harus aku hemat-hemat. Di dalam dompetku ada dua ratus ribu. Biasanya cukup untuk satu Minggu menyambung pada gajian berikutnya. 

Kami baru saja selesai makan saat Ibu menelepon.

"Tik, Ibu ini lagi jalan ke rumahmu. Mumpung libur kerjanya. Kamu di rumah, 'kan?" katanya dari seberang.

Aku meneguk ludah. 

"Tik! Walah anak ini diajak omong kok malah ngelamun."

"I ... iya. Titik di rumah, Bu. Dua Minggu lalu, 'kan Titik sudah jenguk Ibu. Nginap satu Minggu lagi. Seharusnya, Ibu nggak perlu repot-repot ke mari. Liburan dipakai istirahat saja, 'kan enak," kataku sambil mengetuk-ngetukan jemariku ke meja.

"Bosan, Tik. Sudahlah. Tunggu Ibu, ya? Kamu sudah masak, 'kan? Ibu belum sarapan soalnya."

Aku menghela napas. Melirik ke atas meja lauk-pauk yang cukup untuk makan siang kami. 

"Sudah, Bu."

"Alhamdulillah. Yowes, Ibu tutup dulu. Assalamualaikum!"

Ibu menutup telepon lebih dulu.

Suamiku mendengkus. Mungkin dia dengar percakapanku dan Ibu. 

"Ibu kamu mau ke sini?"

"Iya, Mas. Sudah di jalan katanya."

"Hm ... kemarin, 'kan kamu dan Jaguar sudah ke sana satu Minggu. Ngapain Ibu ke sini lagi?" tanyanya sambil membaca koran.

"Masih kangen, Mas. Mumpung libur kerjanya." Aku mendekati Mas Leon, duduk di sampingnya.

"Ck!"

Aku menghela napas. Barangkali Mas Leon keberatan Ibu datang karena waktunya tidak tepat. Ini tanggal tua. Apa nanti yang akan kami suguhkan kepada Ibu? Tidak mungkin, 'kan bila ikan asin berturut-turut? Lagi pula, apa nanti kata Ibu bila kami menyajikan makanan tidak enak seperti ini untuknya? Sedangkan yang Ibu tahu, aku ini selalu makan enak. Hidup tidak kekurangan. Tidak pusing memikirkan besok uang cukup untuk beli makan atau tidak. Itu semua karena aku tidak pernah mengeluh padanya. 

Aku selalu mengatakan bahwa semua baik-baik saja, padahal suamiku sedang sepi pekerjaannya. Aku sudah makan, padahal hari itu puasa karena beras tinggal satu gelas. Aku makan daging, padahal lauk-pauk yang ada hanya tahu, tempe, dan ikan teri. Lalu ketika Ibu meminta dibelikan gamis untuk bekerja, aku selalu membelikannya tanpa mengatakan bila aku sedang tidak punya uang. Itu pun aku membelinya dengan menyicil ke tetangga. Terkadang aku ingin bekerja saja, tetapi Mas Leon tidak ikhlas bila Jaguar diurus oleh orang lain. Aku maklumi alasannya, karena Jaguar anak spesial. Berdagang online juga tidak memungkinkan karena ponsel kami cuma satu. Biasanya, dibawa Mas Leon ke mana-mana.

Aku baru saja memandikan Jaguar ketika Ibu datang. Kulihat wajahnya begitu bahagia. Mata jelinya berbinar bahagia. Aku pun bahagia melihat Ibu datang. Pelukan, ciuman ia daratkan padaku, dan Jaguar. Meski aku telah berumah tangga dan memiliki anak, bagi Ibu aku tetap anak kecil. 

"Duh, gantengnya cucuku. Sudah makan kamu, Nak?" tanyanya pada Jaguar. 

"Kami sudah makan, Bu. Ayo Ibu makan dulu. Katanya belum sarapan, to?"

Ibu nyengir. Aku tersenyum melihatnya. Aku dudukkan Jaguar di kursi roda. Anakku itu sudah besar, jadi lumayan berat. Meski begitu, aku tidak merasa bahwa dia benar-benar berat.

"Kok tumben masak ikan asin, Tik?" tanyanya saat aku membuka tudung saji.

"Iya, Bu. Requestnya Mas Leon. Bosan makan ikan, dan daging-dangingan," jawabku tak berani menoleh padanya.

"Oh ... gitu. Yawes nggak apa-apa. Sini buruan, Ibu sudah lapar!"

"Iya. Ibu tunggu di depan saja, ya. Nanti piringnya Titik antar."

"Iya!"

Aku menatap punggung ringkih Ibu dengan mata sayu. Merasa bersalah karena telah berbohong padanya. Namun, aku menikmati kebohongan ini. Setidaknya, Ibu tidak kepikiran tentang nasibku, menantu, dan cucunya.

*

"Enak, Tik. Tambah jago saja kamu masaknya. Ibu nambah, yo?"

Aku tersenyum mengiyakan. Mengambil alih piring Ibu, mengisinya dengan nasi, dan lauk-pauk lagi, lalu memberikannya kepada Ibu.

"Suamimu mana?"

"Di bengkel, Bu."

"Kerjaannya stabil, 'kan?"

"Alhamdulillah stabil, Bu. Setiap hari pasti ada saja pelanggannya. Berkat do'a Ibu ini." Aku mencolek pipi halus Ibu, menggodanya yang sedang menguyah.

"Juga karena kamu ini anak berbakti, jadi Allah sayang sama kamu, cukupkan rezeki kamu. Keren kamu, Tik!"

Oh Ibu ... anak berbakti ini yang selalu membohongimu, Bu.

*

Aku membuka rice cooker nasi tinggal satu piring. Inisiatif aku mencuci beras lagi, memasaknya jadi nasi. Tidak pusing aku masalah pernasian, yang kupikirkan sekarang adalah lauknya.

"Tik!" tegur Ibu ketika aku melamun di ruang makan.

"Dalem, Bu? Ibu sudah bangun? Ibu lapar, nggak? Mau makan siang?" tanyaku.

"Nggak! Ibu masih kenyang. Kamu nggak ngirim Leon makan siang?"

Aku tersentak. Aku kelupaan.

"Astaghfirullah! Aku kelupaan, Bu. Sebentar, ya, Bu. Aku siap-siap dulu."

Buru-buru aku menyiapkan makan siang Mas Leon. Memasukkan sisa nasi satu piring tadi ke kotak bekal, menuangkan ikan asin yang tinggal beberapa biji, lalu sayur asam ke dalam plastik. 

"Aku pergi dulu, Bu. Nitip Jaguar, ya!"

"Iya, hati-hati."

*

Cuaca panas sekali hari ini. Meski begitu, aku tetap mengayuh sepedaku ke bengkel tempat Mas Leon bekerja. Dia sedang memperbaiki sebuah motor. Bajunya hitam semua, wajahnya kusam, dan keringatnya mengalir deras. Tangan kokohnya cekatan memutar roda motor itu. 

"Mas!" panggilku.

Mas Leon menoleh. Sedikit senyum ia sunggingkan. Jelas sekali dia sedang marah karena aku terlambat mengirim makan.

"Letakkan di sana saja, Dik. Mas masih sibuk," katanya melanjutkan pekerjaan.

"Maaf telat ngirimnya ya, Mas. Segera di makan, takut nanti nasinya dingin."

"Hm ...," jawabnya singkat tak mengacuhkan ku.

"Aku pergi. Assalamualaikum."

Aku kembali mengayuh sepedaku setelah jawaban salamnya. Aku melihat pedagang es campur. Pasti Ibu senang bila aku membelikannya satu bungkus. 

"Satu, ya, Bang."

"Baik, Bu."

Tak sampai lima menit aku menunggu, es campur itu telah siap aku bawa pulang.

"Berapa, Bang?"

"Delapan ribu, Bu."

Aku menyerahkan uang pas. Kukayuh lagi sepeda dengan lebih semangat. Bayangan Ibu menikmati es campur terputar sepanjang perjalanan.

*

Aku memarkir sepeda. Kulihat Ibu menyuapi Jaguar makan. Aku terkejut karena Ibu menyuapi Jaguar dengan sup buntut. 

"Ibu beli?"

"Nggak. Dikasih tadi sama Mirna. Katanya, dia masak kebanyakan."

Dahiku mengernyit. Mirna, tetanggaku sama sepertiku. Kami hidup dengan sederhana. Jelas perkataan Ibu tidak masuk ke dalam otakku.

"Kamu makan, sana! Dikasih banyak sama Mirna. Ibu juga sudah makan. Iya, 'kan, Jaguar?"

Jaguar mengangguk. Aku tidak ambil pusing lagi perihal sup buntut. Selain karena tidak suka berdebat, aku juga sudah lapar. 

*

"Wah es campur! Enak ini!" pekik Ibu antusias ketika aku menghidangkan es campur padanya.

"Enak, Bu. Es campur ini terkenal sekali di sini. Ibu harus coba," kataku menyuapkan satu sendok untuk Ibu.

Tangan Jaguar bergerak-gerak. Rupanya, anak tampanku itu ingin es campur juga.

"Nenek siapin, nih. Hm ... enak, to?" 

Jaguar mengangguk sambil tersenyum.

"Pintar sekali cucuku ini."

Aku tersenyum. 

"Ibu rencana pulang kapan?" tanyaku.

"Dua hari lagi. Boleh, ya?"

"Boleh dong, Bu. Titik senang Ibu datang mengunjungi kami," kataku.

Jujur saja, didatangi orang tua itu seperti oase di gurun pasir. Rasanya hari-hari berat tidak terasa karena senyum mereka seperti obat. 

*

Mas Leon pulang sedikit lebih malam dari biasa. Mas Leon menghampiri Ibu yang kebetulan masih terjaga di depan TV. Di tangan Mas Leon tergantung satu kantung plasti.

"Assalamualaikum, Bu. Maaf Leon harus lembur. Ini Leon bawakan terang bulan kesukaan Ibu," katanya menyalami Ibu lalu meletakkan kantung plastik itu di atas meja. Mas Leon memintaku mengambilkan piring. Tentu langsung aku turuti. Ku lirik kardus kemasan terang bilang itu. Rupanya, terang bulan yang sedang hits saat ini. Satu loyang dengan kombinasi dua rasa saja harganya di atas dua puluh ribu. Sepadan sekali dengan rasanya yang enak.

Ibu sumringah. Ibu dan makanan manis itu seperti gagang dan pintu, tidak terpisahkan. Tak henti-hentinya aku berterimakasih kepada Mas Leon karena telah berbaik hati kepada Ibu. Membawakan makanan kesukaan Ibu. Mas Leon tersenyum. Meski begitu, aku tahu kepalanya pusing mengingat bertambahnya pengeluaran hari ini. Namun, dia sungguh baik kepada Ibu. Mulutnya boleh saja keberatan, tapi hatinya tak tega bila menolak Ibu.

*

Dua hari berlalu. Dalam dua hari itu aku selalu memberikan yang terbaik untuknya. Rendang daging sapi di hari pertama, dan gurame bakar  di hari selanjutnya. 

"Ibu pulang dulu. Kamu hati-hati di rumah, jagain Jaguar. Jangan telat makan." Ibu menasihatiku dengan berkaca-kaca. Mungkin, ia masih berat meninggalkan kami. 

"Iya, Bu. Ibu juga jaga kesehatan, jangan telat makan. Vitaminnya juga diminum rutin, ya, Bu," pesanku menyinggung vitamin yang setiap bulan aku kirimkan untuknya. 

Ibu mengangguk, menyeka sudut matanya, lalu naik ke atas motor Mas Leon. 

"Assalamualaikum!" 

"Wa'allaikumsallam."

Aku menghela napas berat. Jujur saja, aku juga berat melihat Ibu pergi. Ku lihat lagi dompet di atas meja. Sisa tujuh puluh lima ribu. Helaan napas ku semakin berat saja. 

*

Siang harinya Mirna menyapa ku yang sedang menyuapi Jaguar makan.

"Sudah pulang Ibumu, Tik?"

"Sudah, Mir. Omong-omong, terimakasih ya sup buntutnya."

Mirna mengangkat sebelah alis.

"Aku yang harusnya terimakasih, Tik. Ibumu itu baik sekali sudah membelikanku sup buntut."

Deg!!!

Aku tertegun.

"Dia juga belikan Surya es krim satu tepak."

"Kamu bertemu Ibu di mana?"

"Di warung Bu Hamidah. Kami bercerita-cerita sedikit. Semoga Ibumu sehat selalu, Tik. Orang seperti beliaulah yang selalu membuatku iri. Aku pergi dulu."

Aku masih tertegun, lambat mencerna perkataan Mirna.

*

Aku menunggu Mas Leon pulang untuk meminjam ponselnya. Mau menanyakan pada Ibu kebenarannya. Tadi, saat Mirna mengatakan warung Bu Hamidah, aku langsung teringat sesuatu.

"Sudah lunas semua, Tik. Ibumu yang bayar." Begitulah kata Bu Hamidah saat kutanya perihal hutangku. Aku menangis begitu saja. Ibuku itu ...

Sambil menunggu, aku bersihkan kamar yang semalam Ibu tempati. Air mata masih tak bisa berhenti.

Aku terkejut sekali lagi, menangis semakin jadi, ketika bantal bekas ia tidur aku angkat. Sepuluh lembar uang seratus ribu yang di satukan dengan streples tergeletak begitu saja. Di sana ada tulisan.

"Terimakasih sudah memberikan yang terbaik untuk Ibu. Sungguh Allah teramat baik hati menjadikanmu anakku. Sedikit tanda cinta Ibu berikan. 

Untuk anak Ibu yang selalu berbohong. Namun, Ibu begitu bangga karenanya. Sehat-sehat anakku, menantuku, cucuku."

____

Tamat

Artikel keren lainnya:

Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah (Saintifik): Pengertian dan Sintak

A. Esensi Pendekatan Ilmiah
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan.Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

B. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Menurut Permendikbud no. 81 A Tahun 2013 lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran dinyatakan bahwa Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.
Sintak Metode Saintifik
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

1.         Mengamati

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah: melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan  tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
a.       Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b.      Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
c.       Menentukan  secara jelas  data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d.      Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e.      Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
f.        Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti (1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan anekdotalberupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.

2.       Menanya

Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perluuntuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimay efektif!

a.    Fungsi bertanya

1)    Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian  peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
2)    Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3)    Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
4)    Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5)    Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6)    Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir,  dan menarik  simpulan.
7)    Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8)    Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9)    Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

b.        Kriteria pertanyaan yang baik

1)    Singkat dan Jelas
Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.
2)    Menginspirasi Jawaban
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama? Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta menjawab pertanyaan.
3)    Memiliki Fokus
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan  yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.
4)    Bersifat Probing atau Divergen
Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin belajar? (2) Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh  peserta didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.
5)    Bersifat Validatif atau Penguatan
Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik  yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu  dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan. Contoh:
o  Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
o  Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”
o  Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
o  Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif”
o  Guru  : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
o  Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”
6)    Memberi Kesempatan Peserta Didik untuk Berpikir Ulang
Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata.Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.
7)    Merangsang Peningkatan Tuntutan Kemampuan Kognitif
Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya.Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif  yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
8)    Merangsang Proses Interaksi
Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri peserta didik.Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya.Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang peserta didik diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut.Pola bertanya seperti ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.

c.     Tingkatan Pertanyaan

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.

3.    Mengumpulkan informasi/ Eksperimen (Mencoba)

Mengumpulkan informasi/ eksperimen kegiatan pembelajarannya antara lain:
a.    melakukan eksperimen;
b.    membaca sumber lain selain buku teks;
c.     mengamati objek/ kejadian/aktivitas; dan
d.    wawancara dengan narasumber.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/ eksperimen adalah Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid, (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan, (3) Perlu memperhitungkan tempat dan waktu, (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid, (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada murid, (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

4.    Mengasosiasi/ Mengolah informasi

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi / mengolah informasi sebagai berikut.
a.    mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
b.    Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/ mengolah inofrmasi adalah Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat kegiatan menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru.Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. 
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
1)      Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
2)      Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
3)      Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
4)      Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
5)      Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
6)      Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
7)      Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
8)      Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

5.    Mengomunikasikan

Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.  Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Dalam kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan pembelajaran kolaboratif.Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerja sama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar.Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif.Jika  pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, ia menyentuh tentang identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama. 
Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.

1.         Guru dan Peserta Didik Saling Berbagi Informasi

Dengan pembelajaran kolaboratif,  peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai  dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.
2.       Berbagi Tugas dan Kewenangan
Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri,  berbagi strategi dan informasi, menghormati antarsesa, mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran secara terbuka dan bermakna.

Pemanfaatan Internet

Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi peserta didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.
Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang mampu memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin.
Daftar Pustaka
Allen, L. (1973). An Examination of the Ability of Third Grade Children from the Science Curriculum Improvement Study to Identify Experimental Variables and to Recognize Change.Science Education, 57, 123-151.
Kemdikbud.2013. Permendikbud Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985).The Development and Validation of the Test of Basic Process Skills. Paper Presented at the Annual meeting of the National Association for Research in Science Teaching, French Lick, IN.
Quinn, M., & George, K. D. (1975).Teaching Hypothesis Formation.Science Education, 59, 289-296.
Science Education, 62, 215-221.
Thiel, R., & George, D. K. (1976).Some Factors Affecting the use of the Science Process Skill of Prediction by Elementary School Children. Journal of Research in Science Teaching, 13, 155-166.
Tomera, A. (1974). Transfer and Retention of Transfer of the Science Processes of Observation and Comparison in Junior High School Students.Science Education, 58, 195-203.

Artikel keren lainnya: