Ceramah: Menjaga Lidah Untuk Harmonisasi Kehidupan
Assalamu ‘Alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ
قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Canda dalam kehidupan adalah penyedap. Hidup tanpa canda bagaikan
masakan tanpa garam. Suatu kali Imam Al Ghazali melontarkan 6 pertanyaan kepada
murid-muridnya yang hadir dalam majelis ta’limnya. Salah satunya adalah: Benda
apa yang paling tajam di dunia ini?. Beragam jawaban muncul dari murid-murid
beliau. Pisau, silet, sampai pedang. Imam Al Ghazali menanggapi jawaban
murid-muridnya tersebut. “Betul, semua benda yang kalian sebutkan itu tajam. Tapi
ada yang lebih tajam dari itu semua. Yaitu LIDAH”.
Meskipun lidah tidak bertulang, namun memang lidah bisa
lebih tajam dari apapun, karena dia bisa ‘merobek’ hati. Bahkan kadang lidah
bisa membuat lubang menganga di hati lawan bicara yang mungkin perlu waktu lama
untuk mengembalikannya ke kondisi semula.
Canda yang berlebihan dapat mematikan hati, mengurangi
wibawa, dan dapat menimbulkan rasa dengki. Rasulullah Saw. pun sesekali juga
bercanda, tetapi Rasulullah Saw. tidak pernah berkata kecuali yang benar. Maka
ada beberapa etika bercanda supaya tidak menimbulkan luka hati atau
ketersinggungan orang lain, yakni:
1. Tidak menjadikan simbol-simbol Islam (tauhid, risalah,
wahyu dan dien) sebagai bahan gurauan. Firman Allah: “Dan jika kamu tanyakan
mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab,
“Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah:
“Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”
(QS. at-Taubah:65)
2. Jangan menjadikan kebohongan dan mengada-ada sebagai
alat untuk menjadikan orang lain tertawa, seperti sabda Rasulullah saw:
“Celakalah bagi orang yang berkata dengan berdusta untuk menjadikan orang lain
tertawa. Celaka dia, celaka dia.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Hakim)
3. Jangan mengandung penghinaan, meremehkan dan
merendahkan orang lain, kecuali yang bersangkutan mengizinkannya. Firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain" (QS. al-Hujurat:11) “Cukuplah
keburukan bagi seseorang yang menghina saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim)
4. Tidak boleh menimbulkan kesedihan dan ketakutan
terhadap orang muslim. Sabda Nabi saw: “Tidak halal bagi seseorang
menakut-nakuti sesama muslim lainnya.” (HR. ath-thabrani) “Janganlah salah
seorang di antara kamu mengambil barang saudaranya, baik dengan maksud
bermain-main maupun bersungguh-sungguh.” (HR. Tirmidzi)
5. Jangan bergurau untuk urusan yang serius dan jangan
tertawa dalam urusan yang seharusnya menangis. Tiap-tiap sesuatu ada tempatnya,
tiap-tiap kondisi ada (cara dan macam) perkataannya sendiri. Allah mencela
orang-orang musyrik yang tertawa ketika mendengarkan al-Qur’an padahal
seharusnya mereka menangis,
6. Tidak berlebihan dan keterlaluan dalam segala hal,
meskipun dalam urusan ibadah sekalipun. Dalam hal hiburan ini Rasulullah
memberikan batasan dalam sabdanya; “Janganlah kamu banyak tertawa, karena
banyak tertawa itu dapat mematikan hati.” (HR. Tirmidzi). “Berilah humor dalam
perkataan dengan ukuran seperti Anda memberi garam dalam makanan.” (Ali ra.).
“Sederhanalah engkau dalam bergurau, karena berlebihan dalam bergurau itu dapat
menghilangkan harga diri dan menyebabkan orang-orang bodoh berani kepadamu,
tetapi meninggalkan bergurau akan menjadikan kakunya persahabatan dan sepinya
pergaulan.” (Sa’id bin Ash).
Wassalamu
‘Alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Belum ada tanggapan untuk "Kultum: Menjaga Lidah Untuk Harmonisasi Kehidupan"
Post a Comment
Dilarang membagikan link judi, pornografi, narkoba, dan kekerasan. Terimakasih.