"Bu, tolong ingetin anak saya, jangan sampe lupa buku paketnya"
"Bu, tolong simpenin tempat pensil anak saya ya, ketinggalan di bawah meja katanya"
"Bu, ada tempat minum warna orange ketinggalan gak? kalau ada tolong simpenin dulu"
Dan masih banyaaaaak lagi, whatsapp yang masuk di GROUP wali murid kelas. sedihnya lagi, ini ternyata sudah umum terjadi dan hampir tiap hari kita baca di group sambil ngelus dada.
|
Keluarga Muslim |
Sebegitu parahkah teknologi merubah sikap kita terhadap seorang guru? dipikir guru ini babysitter??? diminta simpenin tempat pensil lah, tempat minum lah, penggaris lah...
Setiap barang yang dimiliki dan dibawa oleh siswa adalah TANGGUNGJAWABNYA SENDIRI. di situ peran ORTU mendidik anak supaya menjaga barang masing2. kalau ada temennya pinjem mesti gimana, kalau penghapusnya gak ada di tempat pensil mesti gimana, kalau mau pulang sekolah harus ngecek tas masing2, kan itu salah satu pendidikan juga. Itu proses belajar yang tidak boleh di-skip.
ANAKnya yang harus diingatkan supaya tidak terulang lagi.
Anak-anak merasa biasa saja kehilangan barang justru karena kita. Orang tua yang ribet menghubungi guru untuk menyimpan barang anak. Kitanya rempong, bu guru direpotin. Anaknya santai dan tidak sadar itu seharusnya merupakan kesalahan dia. Anaknya santai tidak belajar untuk memperbaiki kesalahan sendiri.
Ketinggalan ya ketinggalan aja. Sudah biarkan saja. Beri tahu anak besok di sekolah coba cari dulu, kalau tidak ada, ya sudah itu salahmu sendiri, kamu jadi tidak punya pensil. Seperti itu... Anaknya sedih? marah? Fase itulah yg harus mereka pelajari. Jadi melepas anak ke sekolah itu tidak sekedar belajar IPA terus juara kelas. Ada pendidikan di tiap detilnya, ada pelajaran disetiap prosesnya.
'Kan masi SD mbak...
Halaaah... emang dulu pas kita SD, sudah ada whatsapp? Ortu kita jauh-jauh balik ke sekolah cariin barang kita yg ketinggalan gak? paling-paling kita yang kena omel gak teliti sama barang sendiri. Iya kan? terus mengapa sekarang ada whatsapp jadi keenakan? Kasian anaknya mak... di usia dmn mereka sudah harus belajar bertanggung jawab, kitanya malah dengan sengaja "menunda" pendidikan penting itu.
Mau ditunda sampe kapan?
Sorry to say, gak kaget kalau sekarang anak kuliah mau daftar yang datang ortunya, mau cari kost yang cariin ortunya, beli bantal, guling, sapu, pel yang beli ortunya, sampe ortunya juga cari rekomendasi warung yang boleh dibeli makanannya. Hadeeehh... Generasi macam apa yang kita ciptakan Mak?
Sebenarnya kenapa saya panjang-panjang nulis ini? Karena baper, dari semalam sedih. Seorang wali murid melaporkan dan menegur wali kelas dan wali murid lain di GROUP whatsapp. Semacam ngomong di depan semua orang bahwa anaknya kena pukul temannya. Alasan beliau langsung bilang di group karena leher anaknya sempat agak bengkak dan biar sebagai awareness aja buat yang lain.
Apa kabar ya ngomong baik2, japri, atau telepon. Apa gak sebaiknya selesaikan dulu dengan pihak terkait. Japri walas dulu, kemudian japri ortu "pelaku", diomongin baik2. Setelah beres dan gak ada salah paham, baru diceritakan di group tanpa sebut nama. sama kan hasilnya?
Kejadian seperti ini gak satu dua kali. Yang saya sayangkan justru bukan perilaku anak2, karena dari semua cerita ternyata anak-anak gak ada maksud menyakiti teman. Biasanya cuma main bareng tapi kebablasan. Namanya anak2, kadang ga bisa atur kenceng gak-nya nepuk bahu teman. Yang membuat sedih justru sikap ortunya yg ujug2 nyalahin guru yang kurang mengawasi, atau bahkan memojokkan wali murid lain.
Sekarang pake acara minta dipasang cctv pula... alamaaak... ini kalau gak percaya sama sekolahnya, gak usah sekolah aja kali yaa...! Jaman now gitt, homeschooling kan bisa. materi dan "kurikulum" tinggal browsing, tinggal download, anak aman di rumah. Iya kaaannn...??
Oh iyaaa, saya ga setuju di sekolah ada cctv. Walaupun akses video disimpan sekolah. Kenapa? Ya itu tidak ngedidik anak. Di sekolah anak juga belajar sosialisasi. Sosialisasi itu gak cuma say hi, senyum terus becanda2. Tapi belajar juga ngadepin karakter teman yang berbeda2, belajar mengelola emosi ketika berselisih, belajar JUJUR mengakui kesalahan kalau memang anak kita yang iseng sama temen, belajar terbuka bercerita ke ortu sepulang sekolah.
Cctv hanya akan menambah intervensi ortu dalam pendidikan di sekolah. Ujung2nya manjain ortunya lagi. Ortu makin berani mengkritik guru. Ortu makin gak ada unggah-ungguh ngomong sama wali murid lain. Padahal ketika kita daftar ke sekolah, anak (dan ortu) berarti setuju ngikutin peraturan sekolah kan, bukan sekolah ngikutin maunya kita.
Ayoklah Pak Bu... Kita balik bertanya sama diri sendiri."Tujuan utama nyekolahin anak buat apa sih?" Belajar matematika? atau ingin anak kita berkarakter dan berakhlak?
Note:
Ini bukan tulisan saya.
Tulisan ini dari salah seorang wali siswa.
Semoga menginspirasi.
Belum ada tanggapan untuk "Jangan Dimanja! Biarkan Anak Mandiri dan Bertanggung Jawab"
Post a Comment
Dilarang membagikan link judi, pornografi, narkoba, dan kekerasan. Terimakasih.