Buku: Pudarnya
Pesona Cleopatra (Ringkasan Part 2)
Karangan:
Habiburrahman El Shirazy ( Penulis Novel best seller Ayat-ayat cinta)
|
Novel Pudarnya Pesona Cleopatra |
Part 2
Suatu
sore aku pulang mengajar dan kehujanan, sampai dirumah habis maghrib, bibirku pucat,
perutku belum kemasukkan apa-apa kecuali segelas kopi buatan Raihana tadi pagi,
Memang aku berangkat pagi karena ada janji dengan teman. Raihana memandangiku
dengan khawatir. “Mas tidak apa-apa” tanyanya dengan perasaan kuatir. “Mas
mandi dengan air panas saja, aku sedang menggodoknya, lima menit lagi mendidih”
lanjutnya. Aku melepas semua pakaian yang basah. “Mas airnya sudah siap” kata
Raihana. Aku tak bicara sepatah katapun, aku langsung ke kamar mandi, aku lupa
membawa handuk, tetapi Raihana telah berdiri didepan pintu membawa handuk. “Mas
aku buatkan wedang jahe” Aku diam saja. Aku merasa mulas dan mual dalam perutku
tak bisa kutahan.
Dengan
cepat aku berlari ke kamar mandi dan Raihana mengejarku dan memijit-mijit
pundak dan tengkukku seperti yang dilakukan ibu. ” Mas masuk angin. Biasanya
kalau masuk angin diobati pakai apa, pakai balsam, minyak putih, atau jamu?”
Tanya Raihana sambil menuntunku ke kamar. “Mas jangan diam saja dong, aku kan
tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membantu Mas”. ” Biasanya dikerokin”
jawabku lirih. ” Kalau begitu kaos mas dilepas ya, biar Hana kerokin” sahut
Raihana sambil tangannya melepas kaosku. Aku seperti anak kecil yang dimanja
ibunya. Raihana dengan sabar mengerokin punggungku dengan sentuhan tangannya
yang halus. Setelah selesai dikerokin, Raihana membawakanku semangkok bubur
kacang hijau. Setelah itu aku merebahkan diri di tempat tidur. Kulihat Raihana
duduk di kursi tak jauh dari tempat tidur sambil menghafal Al Quran dengan khusyu.
Aku kembali sedih dan ingin menangis, Raihana manis tapi tak semanis
gadis-gadis mesir titisan Cleopatra.
Dalam
tidur aku bermimpi bertemu dengan Cleopatra, ia mengundangku untuk makan malam di
istananya.” Aku punya keponakan namanya Mona Zaki, nanti akan aku perkenalkan denganmu”
kata Ratu Cleopatra. ” Dia memintaku untuk mencarikannya seorang pangeran, aku
melihatmu cocok dan berniat memperkenalkannya denganmu”. Aku mempersiapkan segalanya.
Tepat pukul 07.00 aku datang ke istana, kulihat Mona Zaki dengan pakaian pengantinnya,
cantik sekali. Sang ratu mempersilakan aku duduk di kursi yang berhias berlian.
Aku
melangkah maju, belum sempat duduk, tiba-tiba ” Mas, bangun, sudah jam setengah
empat, mas belum sholat Isya” kata Raihana membangunkanku. Aku terbangun dengan
perasaan kecewa. ” Maafkan aku Mas, membuat Mas kurang suka, tetapi Mas belum
sholat Isya” lirih Hana sambil melepas mukenanya, mungkin dia baru selesai
sholat malam. Meskipun cuman mimpi tapi itu indah sekali, tapi sayang terputus.
Aku jadi semakin tidak suka sama dia, dialah pemutus harapanku dan
mimpi-mimpiku. Tapi apakah dia bersalah, bukankah dia berbuat baik
membangunkanku untuk sholat Isya.
Selanjutnya
aku merasa sulit hidup bersama Raihana, aku tidak tahu dari mana sulitnya. Rasa
tidak suka semakin menjadi-jadi. Aku benar-benar terpenjara dalam suasana
konyol. Aku belum bisa menyukai Raihana. Aku sendiri belum pernah jatuh cinta,
entah kenapa bisa dijajah pesona gadis-gadis titisan Cleopatra.
”Mas,
nanti sore ada acara aqiqah di rumah Yu Imah. Semua keluarga akan datang
termasuk ibundamu. Kita diundang juga. Yuk, kita datang bareng, tidak enak
kalau kita yang dieluk-elukan keluarga tidak datang” Suara lembut Raihana menyadarkan
pengembaraanku pada Jaman Ibnu Hazm. Pelan-pelan ia letakkan nampan yang berisi
onde-onde kesukaanku dan segelas wedang jahe.
Tangannya
yang halus agak gemetar. Aku dingin-dingin saja. ” Maaf..maaf jika mengganggu Mas,
maafkan Hana,” lirihnya, lalu perlahan-lahan beranjak meninggalkan aku di ruang
kerja. ”Mbak! Eh maaf, maksudku D..Din..Dinda Hana!, panggilku dengan suara
parau tercekak dalam tenggorokan. ” Ya Mas!” sahut Hana langsung menghentikan
langkahnya dan pelan-pelan menghadapkan dirinya padaku. Ia berusaha untuk
tersenyum, agaknya ia bahagia dipanggil “dinda”. ”Matanya sedikit berbinar. “Te..terima
kasih Di..dinda, kita berangkat bareng kesana, habis sholat dhuhur, insya
Allah,” ucapku sambil menatap wajah Hana dengan senyum yang kupaksakan.
Raihana
menatapku dengan wajah sangat cerah, ada secercah senyum bersinar dibibirnya.” Terima
kasih Mas, Ibu kita pasti senang, mau pakai baju yang mana Mas, biar dinda
siapkan? Atau biar dinda saja yang memilihkan ya?”.
Hana
begitu bahagia.
Perempuan
berjilbab ini memang luar biasa, Ia tetap sabar mencurahkan bakti meskipun aku dingin
dan acuh tak acuh padanya selama ini. Aku belum pernah melihatnya memasang wajah
masam atau tidak suka padaku. Kalau wajah sedihnya ya. Tapi wajah tidak sukanya
belum pernah. Bah, lelaki macam apa aku ini, kutukku pada diriku sendiri. Aku
memakimaki diriku sendiri atas sikap dinginku selama ini., Tapi, setetes embun
cinta yang kuharapkan membasahi hatiku tak juga turun. Kecantikan aura titisan
Cleopatra itu? Bagaimana aku mengusirnya. Aku merasa menjadi orang yang paling
membenci diriku sendiri di dunia ini.
Sinopsis Pudarnya Pesona Cleopatra: Part 1 >> Part 2 >> Part 3 >> Part 4 >> Part 5
Belum ada tanggapan untuk "Sinopsis Pudarnya Pesona Cleopatra Bagian 2 (Habiburrahman El Shirazy)"
Post a Comment
Dilarang membagikan link judi, pornografi, narkoba, dan kekerasan. Terimakasih.