Sinopsis Novel Pudarnya Pesona Cloepatra Bagian 1
Karya Habiburrahman El Shirazy
|
Novel Pudarnya Pesona Cleopatra |
Part 1
Dengan panjang lebar
ibu menjelaskan, sebenarnya sejak ada dalan kandungan aku telah dijodohkan
dengan Raihana yang tak pernah kukenal.” Ibunya Raihana adalah teman karib ibu
waktu nyantri di pesantren Mangkuyudan Solo dulu” kata ibu.
“Kami pernah
berjanji, jika dikarunia anak berlainan jenis akan besanan untuk memperteguh tali
persaudaraan. Karena itu ibu mohon keikhlasanmu” , ucap beliau dengan nada
mengiba.
Dalam pergulatan
jiwa yang sulit berhari-hari, akhirnya aku pasrah. Aku menuruti keinginan ibu.
Aku tak mau mengecewakan ibu. Aku ingin menjadi mentari pagi dihatinya,
meskipun untuk itu aku harus mengorbankan diriku.
Dengan hati pahit
kuserahkan semuanya bulat-bulat pada ibu. Meskipun sesungguhnya dalam hatiku
timbul kecemasan-kecemasan yang datang begitu saja dan tidak tahu alasannya. Yang
jelas aku sudah punya kriteria dan impian tersendiri untuk calon istriku. Aku
tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan air mata ibu yang amat kucintai.
Saat khitbah (lamaran) sekilas kutatap wajah Raihana, benar kata Aida adikku,
ia memang baby face dan anggun.
Namun garis-garis
kecantikan yang kuinginkan tak kutemukan sama sekali. Adikku, tante Lia
mengakui Raihana cantik, “cantiknya alami, bisa jadi bintang iklan Lux lho,
asli! Kata tante Lia. Tapi penilaianku lain, mungkin karena aku begitu hanyut
dengan gadis-gadis Mesir titisan Cleopatra, yang tinggi semampai, wajahnya
putih jelita, dengan hidung melengkung indah, mata bulat bening khas arab, dan
bibir yang merah. Di hari-hari menjelang pernikahanku, aku berusaha menumbuhkan
bibit-bibit cintaku untuk calon istriku, tetapi usahaku selalu sia-sia.
Aku ingin
memberontak pada ibuku, tetapi wajah teduhnya meluluhkanku. Hari pernikahan datang.
Duduk dipelaminan bagai mayat hidup, hati hampa tanpa cinta, Pestapun meriah dengan
empat group rebana. Lantunan shalawat Nabipun terasa menusuk-nusuk hati.
Kulihat Raihana tersenyum manis, tetapi hatiku terasa teriris-iris dan jiwaku
meronta. Satu-satunya harapanku adalah mendapat berkah dari Allah SWT atas baktiku
pada ibuku yang kucintai. Rabbighfir li wa liwalidayya!
Layaknya pengantin
baru, kupaksakan untuk mesra tapi bukan cinta, hanya sekedar karena aku seorang
manusia yang terbiasa membaca ayat-ayatNya.
Raihana tersenyum
mengembang, hatiku menangisi kebohonganku dan kepura-puraanku. Tepat dua bulan
Raihana kubawa ke kontrakan di pinggir kota Malang.
Mulailah kehidupan
hampa. Aku tak menemukan adanya gairah. Betapa susah hidup berkeluarga tanpa
cinta. Makan, minum, tidur, dan shalat bersama dengan makhluk yang bernama
Raihana, istriku, tapi Masya Allah bibit cintaku belum juga tumbuh. Suaranya
yang lembut terasa hambar, wajahnya yang teduh tetap terasa asing. Memasuki
bulan keempat, rasa muak hidup bersama Raihana mulai kurasakan, rasa ini muncul
begitu saja. Aku mencoba membuang jauh-jauh rasa tidak baik ini, apalagi pada
istri sendiri yang seharusnya kusayang dan kucintai. Sikapku pada Raihana mulai
lain. Aku lebih banyak diam, acuh tak acuh, agak sinis, dan tidur pun lebih
banyak di ruang tamu atau ruang kerja.
Aku merasa hidupku
ada lah sia-sia, belajar di luar negeri sia-sia, pernikahanku sia-sia, keberadaanku
sia-sia.
Tidak hanya aku yang
tersiksa, Raihana pun merasakan hal yang sama, karena ia orang yang berpendidikan,
maka diapun tanya, tetapi kujawab ” tidak apa-apa koq mbak, mungkin aku belum
dewasa, mungkin masih harus belajar berumah tangga” Ada kekagetan yang kutangkap
diwajah Raihana ketika kupanggil ‘mbak’, ” kenapa mas memanggilku mbak, aku kan
istrimu, apa mas sudah tidak mencintaiku” tanyanya dengan guratan wajah yang
sedih. “wallahu a’lam” jawabku sekenanya. Dengan mata berkaca-kaca
Raihana diam menunduk, tak lama kemudian dia terisak-isak sambil memeluk
kakiku, “Kalau mas tidak mencintaiku, tidak menerimaku sebagai istri kenapa mas
ucapkan akad nikah?
Kalau dalam
tingkahku melayani mas masih ada yang kurang berkenan, kenapa mas tidak bilang
dan menegurnya, kenapa mas diam saja, aku harus bersikap bagaimana untuk membahagiakan
mas, kumohon bukalah sedikit hatimu untuk menjadi ruang bagi pengabdianku, bagi
menyempurnakan ibadahku didunia ini”. Raihana mengiba penuh pasrah. Aku
menangis menitikan air mata buka karena Raihana tetapi karena kepatunganku.
Hari terus berjalan, tetapi komunikasi kami tidak berjalan. Kami hidup seperti
orang asing tetapi Raihana tetap melayaniku menyiapkan segalanya untukku.
Sumber :
Buku: Pudarnya
Pesona Cleopatra (Novel Psikologi Islam Pembangun Jiwa)
Karangan:
Habiburrahman El Shirazy ( Penulis Novel best seller Ayat-ayat cinta)
Sinopsis Pudarnya Pesona Cleopatra: Part 1 >> Part 2 >> Part 3 >> Part 4 >> Part 5
Belum ada tanggapan untuk "Pudarnya Pesona Cleopatra Bagian 1 Karya Habiburrahman El Shirazy"
Post a Comment
Dilarang membagikan link judi, pornografi, narkoba, dan kekerasan. Terimakasih.