JANDA CEO Part 6
Menjalani Hidup Baru yang Tidak di Inginkan
Setelah mengetahui Maura berada dalam kondisi aman, dan kedua stafnya bisa diandalkan untuk menjaga Maura, Gardin sudah bisa sedikit tenang. Sekarang waktunya menepati janjinya pada Lucy untuk menikahinya, merayakan pernikahan mereka sesuai yang di harapkan oleh Lucy. Karena pernikahan ini sebenarnya tidak terlalu diinginkan oleh Gardin, jadi ia menjalankannya setengah hati. Apalagi ketika dia menyadari bahwa sebenarnya Mauralah yang ia cintai. Gardin sangat merindukan Maura. Bagaimanapun ia adalah laki-laki yang penuh bertanggung jawab, maka tetap ia laksanakan pernikahannya dengan Lucy.
Seminggu kemudian, tepatnya di bulan November pernikahan itu dilangsungkan. Sebenarnya Lucy menginginkan pesta taman yang megah dan romantis. Bagaimanapun November musim hujan, resiko hujan kapan saja datang membuat konsep pernikahan terpaksa berubah di sebuah hotel mewah yang terletak di tengah kota Jakarta. Gardin mewujudkan impian Lucy dengan membiayai pesta pernikahan dengan budget miliaran rupiah itu. Lucy mengundang ratusan orang dan puluhan wartawan dalam pesta pernikahannya. Gardin hanya mengundang Jason dalam pernikahan itu. Dia merasa ini bukan pestanya. Pesta ini dibuat hanya untuk menyenangkan Lucy. Sebenarnya Lucy tidak punya banyak tamu, pergaulannya tidak terlalu luas, dan kedua orang tuanya juga berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Sudah mengundang sanak saudara, tetangga dan kolega, teman-teman sosialitanya, tamu yang datang beberapa ratus saja, sedangkan gedung pertemuan di hotel berbintang ini berkapasitas ribuan orang. Alhasil terlihat pesta itu menjadi kosong. Makanan mewah dan berlimpah terhidang di pesta itu, dekorasinya begitu berkelas, homebandnya bagus banget, tapi tamunya terlihat begitu sedikit. Pesta macam apa ini? Gardin hanya tersenyum melihat pemandangan itu, sudah dibilang tidak perlulah memilih ruangan ini, hotel ini juga menyediakan ruangan yang berkapasitas lebih kecil kok. Tapi Lucy kekeuh, dia ingin semua yang terbaik. Jadi begini deh hasilnya.
Hati kecil Gardin tahu sih, kalau Lucy berharap Gardin mengundang semua rekan businessnya, memperkenalkan Lucy sebagai istrinya, dengan begitu bisa menjadikan Lucy naik kelas sosial. Semula memang Gardin merencanakan itu untuk Lucy, tapi begitu melihat bagaimana sikap kasar Lucy pada Maura, Gardin pun berubah fikiran. Dia benar-benar kehilangan rasa pada Lucy. Maka, ia mengurungkan niatnya menjadikan Lucy ratu dalam hati dan kehidupannya. Cukup Maura saja yang mengisi posisi itu.
Kekesalan Lucy tidak sampai di situ, dia mencoba menghibur dirinya dengan melaksanakan konfrensi pers setelah pesta berlangsung. Dengan bangganya ia memperkenalkan Gardin sebagai suami tercintanya. Saat itu dia benar-benar merasa sebagai selebrity sesungguhnya dengan para wartawan mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Dia pun bisa memamerkan gaun pengantin yang harganya begitu mahal, dan perhiasan berlian berharga fantastis itu. Dia merasa begitu sempurna. Sampai ada satu wartawan yang bertanya tentang statusnya, benarkah dia istri ke 2? Benarkah dia seorang pelakor?
Ketika ia bermaksud menjawab pertanyaan itu dengan “no comment”, Gardin justru menjawab dengan tenang. Gardin dengan tegas menyatakan bahwa Lucy bukan pelakor karena dia tidak merebut Gardin dari Maura, tetapi para istrinya berbagi dirinya. Dengan pernyataan itu, Gardin pun kembali membenarkan bahwa Lucy adalah istri ke duanya dan menegaskan bahwa istri pertamanya adalah Maura.
“Kamu kenapa sih bang? Harus ngomong seperti itu sama wartawan?” Lucy sepertinya sangat tidak suka dengan perkataan Gardin pada wartawan. Bahkan ketika pesta usai dan mereka sudah di apartemen merekapun Lucy masih mengungkit kekesalannya.
“Ngomong apa?” Gardin tengah bersiap tidur.
“Kenapa harus banget sih ditegaskan kalau aku istri kedua?”
“Kenyataannya begitu, aku malah membantu kamu untuk menegaskan bahwa kamu bukan pelakor.”
Lucy terdiam. Ada benarnya juga sih, namanya jadi lebih baik daripada dia menyandang predikat pelakor.
“Terus kenapa sekarang kita pulang ke sini?”
Hadeuh apalagi sih maksudnya. “Maksud kamu apa, inikan apartemen kamu, memangnya mau pulang ke mana?”
“Kenapa kita nggak ke Pondok Indah?”
Hm… minta ditegasin nih orang. Gardin mulai naik pitam. “Dengar ya, rumah di Pondok Indah itu rumah aku dengan Maura. Kamu sama sekali tidak punya hak atas rumah itu. Masih nggak puas aku sudah beliin apartemen ini?”
Lucy kaget dibentak.
Gardin pun jadi bangun dari tempat tidur, dia pun langsung mengganti pakaiannya lagi yang semula dia sudah siap dengan mengenakan piama.
“Mau ke mana bang?”
“Mood ku sudah jelek. Aku pulang saja.”
“Lho bang, inikan malam pertama kita.”
Gardin meringis sinis. “Malam pertama apa reunian? Sudahlah, aku pulang saja, besok juga aku harus ke kantor lebih pagi.” Gardin pun melangkah keluar.
“Bang kita belum bahas honeymoon kita lho.” Lucy menyusul Gardin ke depan.
Gardin mengenakan sepatunya. “Aku nggak bisa sampai akhir tahun ini, kalau mau honeymoon, pertengahan tahun depan saja.” Dia pun berlalu meninggalkan Lucy yang kebingungan ditinggal sendiri.
**
“Apa nggak sebaiknya kamu pergi dari hidup aku Ra? Lucy hamil anak aku, dia akan memberikan sesuatu yang aku nantikan selama sepuluh tahun ini. Kamu nggak usah khawatir, aku akan memberikan kamu banyak uang agar kamu tetap bisa hidup layak tanpa aku.” Kata-kata itu yang selalu teringat jelas dalam fikiran Maura. Bagaimana dengan sangat santun Gardin mengusirnya, bagaimana Gardin menganggap semua masalah akan selesai dengan uang. Dia benar-benar terluka dengan perkataan Gardin itu. Apapun caranya kata-kata itu tetap saja menyakitkan. Dan kata-kata itu kembali hadir dalam ingatan Maura ketika ia menjumpai berita online bahwa Gardin dan Lucy baru saja menyelenggarakan pesta pernikahan yang megah.
Maura pun kembali mengingat satu tahun terakhir ini. Bagaimana Gardin berubah begitu mengenal Lucy. Gardin menjadi acuh padanya itu sudah pasti. Tapi yang membuat Maura semakin tidak mengenal Gardin, ketika Gardin menjadi mengecilkan semuanya. Segala sesuatu diukur dengan materi. Menganggap uang merupakan solusi semua masalah. Dan yang paling aneh ketika Gardin pun tidak lagi menganggap dirinya berharga. Dia selalu menganggap dirinya berarti karena dia punya uang. Maura benar-benar bingung, “betapa rendahnya kualitas dirimu sekarang Gardin tersayang.” Makanya dia sangat menolak pemberian Gardin ketika hendak menceraikan dirinya. Karena ia ingin menyampaikan pesan bahwa dirinya jauh lebih berharga dari uang yang Gardin punya. “Kamu punya uang Sayang, tapi kamu nggak bisa memiliki aku dan anak ini.” Maura berkata sambil mengelus-eluskan perutnya.
Maura menghapus airmatanya. Photo-photo yang ditampilkan di surat kabar online ini begitu sempurna. Lucy begitu cantik dengan balutan gaun pengantin yang indah, Gardin pun tak kalah gantengnya. Bagaimana dengan nasibnya? Kenapa sampai sekarang Pak Mochtar masih belum memberikan kabar tentang perceraiannya? Tunggu-tunggu… Kenapa Gardin memberi tahukan bahwa Lucy adalah istri keduanya, dia pun menyebutkan namanya sebagai istri pertama Gardin. Ah ternyata benar. Gardin belum mengurus perceraian dengan dirinya. Sebegitunya ya dia terabaikan sampai untuk mengurus perceraian yang Gardin janjikan dia nggak sempat? Maura sedih banget. Begitu nelangsa ya nasibnya ini, sampai untuk kejelasan status saja ia harus menunggu sebegini lamanya.
“Beritanya sedih banget ya mbak, kok sampai nangis begitu?” Arkan mengagetkan Maura, tiba-tiba dia sudah ada dibelakang Maura sambil melihat penasaran apa yang sedang dibaca maura.
Spontan Maura menghapus airmatanya. “Kok tiba-tiba elo ada di sini sih?”
“Gue dari tadi negur elo begitu keluar kamar, elonya bengong aja sambil nangis. Ya gue penasaranlah. Baca apa sih mbak?” Arkan pun ikut membaca. “Busyet selebriti kawin aja bisa sampai bikin elo nangis ya?” Arkan begitu heran. “Tunggu…tunggu… Jangan bilang kalau Gardin ini mantan suami elo? Eh… kok ini bilangnya elo masih istrinya. Jadi bener mbak?”
Halah ini acting Arkan lebay banget sih… Angga jadi mau tertawa melihat Arkan yang bicara pada Maura, tapi ia tahan. Angga menutupi wajahnya dengan pura-pura membaca brosur informasi diskon coles minggu ini. Ia hanya duduk di ruang tengah saja, tidak ikut mereka yang sedang ngobrol di meja makan. Di hadapan Maura ada laptop, karena memang dia sedang membaca berita online dengan laptopnya itu.
“Ya gitu deh.” Maura menjawab keingintahuan Arkan.
“Ha serius, elo istrinya Gardin?” Angga sekarang ikut nimbrung. Dia sebenarnya lebih penasaran dengan isi hati Maura.
“Jadi elo tuh sudah cerai atau belum?”
Maura bingung, mau cerita nggak ya, yah… tapi mereka juga sudah terlanjur menebak. “Lebih tepatnya Gardin sudah menjatuhkan talak satu ke gue. Jadi tinggal ketok palu aja sih.”
“Saat dia jatuhin talak, dia tahu elo hamil?”
Maura menggeleng. “Sampai sekarang dia belum tahu gue hamil anak dia. Gue nggak mau ganggulah, Lucy saat itu juga bilang dia hamil. Dan Gardin lebih milih Lucy dari gue. Makanya gue cabut aja. Nggak kepengen ganggu mereka yang lagi happy.”
Arkan dan Angga terdiam. Mulut mereka gatel banget pengen memberi tahu Maura kalau Gardin sudah tahu kalau Maura hamil, makanya mereka ada di sini, ditugaskan untuk menjaga dirinya. Tapi mereka tahan.
Maura kembali melihat photo pernikahan itu. “Gaun ini hebat banget ya, bisa menyembunyikan kehamilan Lucy, kandungannya kan sudah menginjak tujuh bulan.” Maura Heran.
“Lucy keguguran mbak.”
“Ha? Kok Tahu?”
“Tunangan gue follow instagramnya. Itu skuter sejak pacaran sama Gardin heboh banget mbak. Rajin pamer: pamer mobil baru, tas baru, apartemen baru, bahkan pas keguguran aja rajin banget posting di RS karena dia di klas VVIP. Udah gitu sering banget nulis status maap ya ijin nggak syuting, harus bedrest. Sok eksis banget, semua juga tahu dia sepi job.”
Arkan dan Maura jadi tertawa. “Kok elo update banget, beserta nyinyirannya lagi.”
“Sebetulnya yang nyinyir tunangan gue mbak, tapi karena dia selalu nyinyirnya depan gue, jadi gue ikutan deh.”
Tapi Maura terpana mendengar informasi itu. Oh Lucy keguguran. Sejenak ia iba. Maura tahu banget sakitnya kehilangan calon anaknya. Dia empat kali merasakan hal itu. Ia pun juga iba pada Gardin. Dia sangat tahu bangaimana Gardin sangat menantikan anak itu. Semoga mereka cepat mendapatkan gantinya. Doa tulus Maura untuk mereka yang telah menyakiti batinnya.
**
(He, kalian ngomongin bini gue apa tadi?) Gardin bertanya pada kedua staffnya di grup WA mereka.
Arkan dan Angga yang sedang duduk di sofa ruang tengah langsung saling memandang. Mereka salah ngomong apa ya? Maura sudah masuk kamar saat itu, sudah pukul delapan malam, sepertinya Maura sudah tidur.
(Kita ngomongin Mbak Maura apa bang?)
(Bukan Maura, itu elo bilang Lucy sok eksis?) Sebenarnya Gardin pun mengetik pesan itu sambil tertawa.
(Eh, lagian elo iseng amat sih dengerin kita ngomong. CEO nggak ada kerjaan ya?)
(Kurang ngajar lu, gue kangen bini gue tahu nggak?) Nih bocah-bocah udah bisa kurang ajar sama gue ya? Guman Gardin.
(Lha depan mata yang baru dianggurin? Bang kita itu menghibur Mbak Maura, dia sedih melihat photo pernikahan elo sama Lucy, Nyinyirin dikit Lucy lah biar Mbak Maura terhibur)
Membaca pesan itu Gardin terdiam. “Akuh begitu menyakiti kamu ya sayang? Maaf ya.” Gardin bicara pelan “Percaya deh, akupun tersiksa, tapi aku harus melaksanakan janjiku.”
_*...Bersambung.....*_
Belum ada tanggapan untuk "Cerbung Janda CEO Part 6"
Post a Comment
Dilarang membagikan link judi, pornografi, narkoba, dan kekerasan. Terimakasih.