Home · Parenting · Konseling · Blogging · Tips · Daftar Isi

Ceramah: Jihad Mempertahankan Agama Allah Dan Mencapai Ridha Allah

Kultum: Jihad  Mempertahankan Agama Allah Dan Mencapai Ridha Allah

Assalamu ‘Alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Istilah jihad (berasal dari kata juhd dan jahd) berarti kekuatan, kemampuan, kesulitan, dan kelemahan. Kata ini terulang sebanyak 41 kali dalam Al-Qur’an. Pengertian kata jihad disini menggambarkan bahwa dalam melakukan jihad dibutuhkan kekuatan, baik fisik, ekonomi, psikologi, dan diplomasi politik. Dalam Al-Qur’an istilah jihad seringkali berhadapan dengan resiko kesulitan dan kelelahan dalam pelaksanaannya. Untuk itulah maka jihad dapat diartikan sebagai perjuangan secara sungguh-sungguh mengerahkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan, khususnya dalam melawan musuh atau dalam mempertahankan kebenaran, kebaikan dan keluhuran.
Pada satu sisi jihad bisa berarti berjihad dalam rangka berperang melawan musuh-musuh Islam, termasuk di dalamnya perang fisik mengangkat senjata menghadapi musuh-musuh Islam. Untuk pengertian ini kita dianjurkan untuk mempersiapkan diri, di antaranya petunjuk Nabi agar kita mengajari anak-anak kita agar pandai memanah. Namun pada sebagian ayat yang menggunakan kata jihad bukan berarti perang. Seperti QS. al-Ankabut : 6 dan 69,  serta QS. 25/al-Furqan : 52. Yang termasuk  ayat-ayat Makkiyah (turun di Makkah).  Rasulullah ketika di Mekkah tidak pernah melakukan kontak senjata dengan orang-orang kafir. Bahkan ketika orang-orang musyrik mengadakan tekanan dan penyiksaan terhadap orang Islam, umat Islam di bawah pimpinan Nabi tidak membalas mereka dengan senjata. Nabi berucap : “bersabarlah kalian, karena aku belum mendapat perintah untuk berperang”.
Dengan demikian jelaslah bahwa ayat-ayat tentang jihad tidak dapat dipahami maknanya hanya dengan melakukan perang (angkat senjata).  Berdasarkan keterangan dari ayat Al-Qur’an justru semakin banyak bertambahnya penduduk yang menganut Islam pada zaman Nabi, karena kelompok kaum muslimin membalas mereka dengan penjelasan ajaran-ajaran Al-Qur’an secara rasional dan prikemanusiaan. Abdul Rahman al-Mabarkafuri mengetengahkan berbagai penafsiran berkaitan dengan kata fi sabilillah yang sering mengiringi kata jihad. Sebagai ulama memahaminya sebagai ketaatan kepada Allah (tha’at Allah) dan mengharap ridha Allah (ibtigha’a mardhatillah) , dan sebagian lagi menyebutkan sebagai berperang memperjuangkan agama Allah (li i’lai kalimatillah ).
Dari kajian mengenai muatan kata jihad dalam Al-Qur’an di atas, dapat kita lihat bahwa yang paling pokok dari makna jihad itu adalah perjuangan secara sungguh-sungguh mengerahkan segala potensi dan kemampuan untuk: mempertahankan agama Allah dan mencapai ridha Allah.
Tegaknya agama Allah maksudnya adalah tegaknya kebenaran ajaran Islam meliputi nilai-nilai Islam dalam berekonomi, berpolitik, ilmu dan berbudaya. Maka menjaga kelestarian nilai-nilai itu adalah bagian yang tidak kalah pentingnya dari peperangan menyebarkan Islam yang dilakukan Nabi dan para sahabatnya. Dalam tataran ini, maka kesungguhan kerja keras serta terencana untuk memberdayakan umat adalah juga jihad sebab dengan keberdayaanlah ajaran Allah dapat ditegakkan.  Dengan demikian upaya kita secara sungguh-sungguh menangani tugas-tugas kita, apapun profesi kita. Firman Allah yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya” (QS.As-Shaf:10-11)
Wassalamu ‘Alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Artikel keren lainnya:

Masih Adakah Surga Untukku Bagian 8

Novel Masih Adakah Surga Untukku
#Laila
#Episode_8


Setelah sholat subuh, Laila, mak Eti dan Anita sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Menu sarapan hari ini lontong gulai nangka. Serasa mau lebaran aja melihat menu yang mereka siapkan. Kata mak Eti, Tama lebih suka makan sarapan yang dibikin sendiri daripada yang dibeli di luar.
Dan seperti biasa, tepat pukul 06.00, Laila pun membawakan teh hangat ke kamar Tama. Laila mengetuk pintu, lalu terdengar suara Tama dari dalam.
"Masuk." Laila membuka handel pintu dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memegang cangkir teh.
"Tehnya, Da." Laila langsung menuju meja kerja Tama dan meletakkan cangkir teh itu di sana.

Tama terlihat masih memakai sarung dan baju kokonya. Apa dia terlambat sholat subuh ya? tanya Laila dalam hati.
"Makasih, ya." Tama beranjak menuju meja kerjanya. Laila hanya mengangguk.
"Besok kalau bisa tolong bangunkan saya sebelum azan subuh, ya. Kadang karena terlalu lelah, saya kebablasan sampai pagi," Tama lalu menyeruput teh hangatnya.
"Baik, Da." Laila lagi-lagi mengangguk paham.

"Oh, iya. Ini laptop yang kamu pesan kemaren." Tama mengambil sebuah kotak yang berisi laptop. Laila yang hampir berlalu meninggalkan kamar berbalik kembali ke arah meja kerja Tama. Mata Laila seketika berbinar. Diterimanya kotak yang lumayan besar itu dari tangan Tama.
"Ini laptop baru, Da? tanya Laila dengan suara terdengar riang.
"Kamu pikir saya pernah beli barang seken?" Tama merasa heran dengan pertanyaan perempuan di depannya ini. 
"Bukan gitu Da, siapa tahu Uda ngasih laptop Uda pada Laila." Laila cengengesan merasa salah bicara.

"Kalau bisa memberikan sesuatu pada orang lain itu adalah yang terbaik. Kalau bisa juga jangan yang bekas. Apalagi sama istri sendiri." ups .... Tama kaget mendengar ucapannya sendiri. Kenapa mulutnya bisa bicara seringan itu. Laila apalagi. Lagi-lagi mata indah itu membulat. Wajah cantiknya bersemu merah dibalut hijab warna salam.
"Makasih, ya Da. Nanti kalau udah dapat honor menerjemah, uang Laptopnya Laila ganti ya, Da" Laila memeluk kota laptop itu ke dadanya lalu segera berlalu ke luar kamar.
"Kamu itu ya, kamu pikir saya butuh uangmu?" tiba-tiba Tama menjadi emosi mendengar ucapan Laila.

Ya Allah, aku salah bicara lagi. Laila mengetuk mulutnya dengan jari tangannya. 
"Maaf, Da. Bukan maksud Laila seperti itu." suara Laila terdengar begitu lirih. Mendadak matanya terasa panas. Entah mengapa Laila ingin menangis. Laila tergesa ke luar dari kamar dan menutup pintu. Dituruninya anak tangga satu persatu lalu bergegas masuk ke kamarnya.

Akhirnya air matanya jatuh juga. Kenapa sikap laki-laki itu sedetik baik sedetik jahat ya? Laila merasa bingung sendiri. Tapi Laila sudah tak sabar juga ingin melihat laptop barunya. Dibukanya kotak laptop itu dengan tergesa. Wow, mulut Laila kembali menganga. Ada gambar apple yang sudah tak utuh di bingkai latopnya. Laila mengusap laptop berwarna hitam itu dengan suka cita. Mimpipun ga pernah Laila bisa mendapatkan laptop sebagus ini.
Laila membuka laptop itu dan menghidupkan tombol powernya. Tak berapa lama, laptop pun menyala. Kali ini mata dan mulut Laila membulat sempurna. Wow, wallpapernya telah diatur dan itu foto ia dan Tama yang sedang bersanding di pelaminan. Kok laki-laki itu suka sekali ya memasang foto pernikahan mereka berdua?
Apa ia terlihat begitu cantik dengan suntiang di kepalanya itu? Laila tersenyum sendiri. Laila melihat beberapa aplikasi yang ada dalam latop tersebut. Setelah puas, Laila pun ke luar dari kamar dan membawa kembali laptopnya. Laila berniat kerja di ruang keluarga aja nanti setelah Tama berangkat kerja. Dan laptopnya tentu harus dicas dulu 4 atau 5 jam seperti peraturan pada barang-barang elektronik baru.
Setelah meletakkan dan mencas laptopnya di ruang keluarga, Laila kembali ke dapur. Ternyata mak Eti dan Anita telah menata sarapan di meja makan. Bau khas lontong dan gulai nangka begitu menggugah selera. Tapi Laila biasanya sarapan setelah Tama selesai sarapan dan berangkat kerja. Barulah Laila sarapan dengan mak Eti, Anita, dan mba Susi. Terkadang juga dengan pak Udin.
*****
Minggu pagi yang cerah. Hari telah menunjukkan pukul 11.00. Laila dan mak Eti telah menata meja makan dengan rapi. Sebentar lagi mamak (paman) Tama akan datang. Tama telah duduk di ruang keluarga menunggu kedatangan mamaknya. Tadi Tama menyuruh pak Udin untuk menjemput ke bandara.
Tak berapa lama terdengarlah ucapan salam dari arah pintu. Tama bergegas ke pintu depan dan membuka pintu.
"Assalammualaikum."
"Waalaikumsalam." Tama  menyalami dan mencium mamaknya dengan hormat. Laila dan mak Eti pun datang mendekat. Mereka ikut menyalami mamak Tama.

Tapi ternyata laki-laki paruh baya itu tidak datang sendiri. Ia bersama seorang gadis cantik yang sedari tadi tersenyum manis pada Tama, Laila dan mak Eti.
"Ayo Mak Etek, silakan masuk." Tama memberi jalan kepada mamaknya. Mak etek dan gadis cantik itu pun melangkah masuk ke dalam. Mereka lalu duduk di sofa ruang tamu. Laila dan mak Eti bergegas menuju dapur untuk membuatkan minuman.
"Gadis itu, siapa Mak Eti?" tanya Laila penasaran.
"Itu Rani, anaknya Mak Etek Eri itu," jawab mak Eti dengan nada kurang senang.
Oh." hanya itu yang ke luar dari mulut Laila. Setelah selesai membuatkan minuman, Laila pun mengantarkannya ke ruang tamu.

"Rani telah selesai kuliahnya, Tama. Dia ingin mencari kerja di Jakarta. Kamu kan punya banyak toko dan punya kantor juga. Tolong kamu masukkan Rani di mana yang rasanya cocok. Tapi kalau bisa di kantor kamu saja," ucap Mak Etek Eri pada Tama. Laila meletakkan gelas berisi teh di depan Tama dan Rani serta meletakkan kopi di depan mak etek Eri.
"Oh, iya Mak. Rani jurusan akutansi, ya?" tanya Tama sambil melirik Rani. 
"Iya, Da," jawab Rani dengan senyum manisnya. Laila menelan ludahnya, kenapa kerongkongannya terasa sakit ya. Senyum gadis di depannya ini begitu manis.

"Silakan diminum, Mak, Rani." Laila mempersilakan mereka sebelum beranjak ke belakang. Mak etek Eri hanya terlihat mengangguk.
"Ya, Uni. Makasih," Rani kembali tersenyum, kali ini kepada Laila.
"Laila pamit ke belakang dulu, Mak." Laila pun langsung berlalu sebelum mendapatkan jawaban dari mamak kandung Tama itu.

Tak berapa lama terdengar suara azan. Laila yang masih berwudhu dari dhuha tadi langsung menuju ruang sholat. Terlihat mak etek Eri, Rani dan Tama pun beranjak dari ruang tamu.
"Mba Susi, tolong masukkan travel bag Rani ke kamar tamu, ya dan travel bag Mak Etek ke kamar di samping kamar Mak Eti," Tama mendekati mba Susi sebelum mengambil wudhu di kamar mandi di samping dapur.
"Baik, Pak." jawab mba Susi dan segera pergi ke ruang tamu.

Laila hanya mendengarkan saja ucapan Tama. Berarti ia akan sekamar dengan Rani. Tak apalah, berarti nanti ia punya teman untuk ngobrol. Tak berapa lama, mereka pun sholat zuhur berjamaah. Mak etek Eri menjadi imamnya. Laila dan Rani berdiri di belakang Tama.
Setelah selesai sholat zuhur, Laila dan mak Eti mempersilakan tamu mereka untuk makan siang. Laila menuangkan air ke dalam semua gelas yang telah disediakan. Mereka pun mulai makan dengan lahap.  Laila mengambil laptopnya dan beranjak ke taman belakang. Ia ingin mengerjakan terjemahannya di kursi taman. Terlihat mba Susi sedang menjemur pakaian. Mba Susi tersenyum ke arah Laila.
Para tamu selesai makan, Laila, mak Eti dan mba Susi pun makan bersama. Tama terlihat duduk di ruang keluarga dengan mamak dan Rani. Terdengar mamak menanyakan perkembangan usaha  dan toko-toko Tama. Tama dengan senang hati menceritakan kemajuan usaha dan toko-tokonya.
Laila, mak Eti dan mba Susi telah selesai dengan makan siang mereka, Laila bermaksud masuk ke kamarnya. Tapi, sebelum Laila sampai di pintu kamarnya, Laila mendengar namanya disebut. Laila mundur beberapa langkah dan berdiri di tembok pembatas ruang sholat dan ruang keluarga.
"Mamak tak menuruh kamu menceraikan istrimu itu. Cukup kamu nikahi saja Rani. Jadi istri kedua pun tak masalah." Suara mamak terdengar begitu tegas. Deg. Jantung Laila serasa berhenti berdetak. Ia memang belum mencintai Tama. Mereka juga belum terlalu dekat. Tapi mendengar kata-kata Mamak Eri itu mengapa ada yang terasa perih di hati Laila.
"Mak, Tama menghormati ikatan suci pernikahan Tama. Tama ga akan mengotorinya, Mak." suara Tama pun terdengar amat tegas.
"Mamak tak menyuruh kamu mengotorinya. Mamak suruh kamu menghalalkannya. Toh, Mamak lihat hubungan kamu dan istrimu juga tidak terlalu baik."
"Kami baik-baik saja, Mak. Dan Tama menghormati dia sebagai istri Tama."
"Setelah apa yang dilakukannya padamu?"
"Mak, tak ada orang yang tak pernah berbuat salah. Dan tak ada hak kita untuk tidak memaafkan orang yang telah ingin memperbaiki dirinya."

"Apa sulitnya bagimu untuk menikahi Rani? Sudah biasa di kampung kita laki-laki Minang pulang ka Bako. Dan tak ada larangan juga bagi seorang laki-laki untuk beristri dua, tiga atau empat."
"Tapi tidak untuk Tama, Mak."
"Kamu perjuangkan wanita yang telah meninggalkanmu di malam pertamamu itu Tama. Kamu tahu, itu aib buat keluarga kita." suara mamak terdengar penuh emosi.

"Laila memang pernah berbuat salah, Mak. Tapi sekarang ia telah menebusnya. Ia seorang wanita sholeha yang Tama butuhkan untuk mendidik anak-anak Tama kelak."  Tama lalu bangkit dan meninggalkan mamaknya dengan wajah merah. Entah mengapa hati Tama menjadi sakit ketika mamaknya mengungkit-ungkit kesalahan Laila.
Tama tertegun mendapati Laila yang tengah bersandar sambil memegangi dadanya di samping ruang keluarga. Tama tidak menyangka Laila berada di sana. Berarti wanita ini telah mendengar semua ucapan mamaknya tadi. Tama mendekati Laila. Dilihatnya wajah perempuan di hadapannya ini telah basah oleh air mata.
"Laila." panggil Tama lembut. Laila membuka matanya. Tergesa Laila menghapus kedua pipinya yang telah basah oleh air mata. Laila mencoba tersenyyum.
"Uda, Mamak benar. Uda berhak mendapatkan perempuan yang lebih baik dari Laila. Laila tak pantas untuk Uda," suara Laila bergetar. Tama menggelengkan kepalanya. Ingin sekali rasanya ia merengkuh tubuh wanita di depannya ini. Memeluknya dengan erat dan mengusap lembut kepalanya.

"Tidak Laila. Saya laki-laki. Saya tak akan pernah mengkhianati janji saya di hadapan Allah dan ayahmu. Ketika ijab kabul, saya telah berjanji untuk menjaga ikatan suci kita. Percayalah, saya akan menghargaimu sebagai istri saya." Tama menyentuh bahu Laila lembut. Hanya itu yang mampu dilakukannya. Tama tak berani untuk memeluk Laila. Tama takut Laila belum siap dengan perlakukannya.
"Naiklah ke atas. Istirahatlah di kamar Uda," Laila menatap Tama tak percaya. Tiba-tiba air mata Laila berhenti mengalir. Tama tersenyum dan mengangguk.
"Ayo." ujar Tama seraya menarik tangan Laila. Meski merasa malu, tapi Laila mengikuti langkah kaki Tama. Mamak dan Rani hanya menatap Tama dan Laila yang lewat di samping ruang keluarga dengan tatapan tak senang. Sementara mak Eti dan mba Susi tersenyum bahagia melihat kedua anak manusia itu.

"Istirahatlah dulu di kamar, Mak, Rani." Tama berhenti sejenak. Emosi di dadanya telah luruh begitu melihat Laila tadi menangisinya. Apa itu artinya, wanita ini merasa takut kehilangannya? Tama tersenyum sendiri ketika menaiki anak tangga. Tangannya masih menggenggam erat tangan Laila. Ada debar di dada mereka yang sulit untuk dijelaskan. Ini kali pertama bagi mereka bersentuhan. Sampai di atas, Tama mendudukkan Laila di atas tempat tidur.
"Mau istirahat di sini atau di ruang sebelah?" Tama melirik Laila yang sudah berhenti menangis.
"Ayo, kamu di ruangan teather aja ya," tiba-tiba Tama kembali menarik tangan Laila. Lagi-lagi Laila hanya menurut.
Tama membawa Laila ke ruangan di sebelah kamar tidurnya. Ruangan itu dihubungkan oleh sebuah pintu. Di dalam ruangan tersebut ada sebuah sofa warna orange, sebuah meja warna abu-abu, televisi ukuran amat besar, Ac, kulkas, dan karper bulu tebal warna abu-abu tua juga di lantainya. Nuansanya sama dengan kamar Tama. Didominasi warna abu-abu dan orange.

"Duduk di sini," ajak Tama pada Laila. 
"Mau nonton apa?" Tama telah melepaskan pegangan tangannya dan mengambil remot di atas meja di depannya. Tiga buat toples berisi cemilan terletak di atas meja. Ruangan yang nyaman, bisik hati Laila.

"Eh, ditanya diam aja. Kamu mau nonton apa?" tanya Tama lagi.
"Maaf...."  Laila menatap layar besar di depannya yang telah menyala.
"Upin Ipin ada?" Laila menatap Tama dengan mata berbinar.
"Upin Ipin?" Tama menatap Laila dengan bingung. Apa masih ada orang dewasa yang tontonannya Upin Ipin? Kalau ibu dan kakak-kakak perempuannya biasanya kan tontonannya infotaiment, sinteron, relaty show.
"Iya, Upin Ipin. Laila ga suka tontonan yang berat-berat Uda. Sukanya yang ringan-ringan. Yang menimbulkan rasa senang dan gembira. Soalnya hidup kita kan udah berat, Da" ujar Laila dengan mimik lucu. Tama benar-benar gemas melihat perempuan di sampingnya ini.

"Hidup kamu berat?" tanya Tama asal. 
"Ih, bukan gitu juga maksudnya, Da. Laila ga suka nonton yang bikin kita sedih, nangis, trus jadi kesal, marah. Buat apa Da, kita nonton kan buat dapat hiburan. Bukan buat nambah masalah di hati," 
"Hati kamu banyak masalah?" tanya Tama lagi. Laila gregetan. Rasanya ia ingin nyubit laki-laki di sampingnya ini keras-keras.
"Tau ah, Da. Ayo mana Upin Ipinnya." mulut Laila mengerucut kesal. Tama ingin tertawa. Tidak, ingin nyium bibir indah di sampingnya ini sebenarnya. Uh, Tama memukul keningnya sendiri.

"Kenapa, da?" Laila menoleh ke arah Tama dengan heran.
"Ada nyamuk." jawab Tama kembali asal.
"Oh, nanti malam Laila semprot pakai baygon ya, Da," 
Ya ampun, perempuan satu ini ya, lugunya kebangetan. Dicium juga nanti nih, bisik hati Tama.

"Ya, udah kamu nonton dulu ya. Uda mau lihat Mamak ke bawah?"
"Mau lihat Mamak atau mau lihat Rani?" goda Laila berani. Entah mengapa Laila merasa hubungan ia dan Tama telah mulai mencair. 
"Kalau lihat Rani gimana?"  tantang Tama.
"Ga pa pa, baguslah." jawab Laila terdengar ketus. Tapi akhirnya Laila tersadar sendiri. Kenapa juga dia jadi ketus begitu.

"Nanti nangis lagi lho." ujar Tama seraya berlalu meninggalkan Laila. Tinggallah Laila yang merasa kesal sendiri mendengar ucapan Tama. Ish ... ingin rasanya nimpuk laki-laki itu pake bantal.
bersambung ....

Eps 1 >> Eps 2 >> Eps 3 >> Eps 4 >> Eps 5 >> Eps 6 >> Eps 7 >> Eps 8 >> Eps 9 >> Eps 10 >> Eps 11 >> Eps 12 >> Eps 13 >> Eps 14 >> Eps 15 >> Eps 16 >> Eps 17 >> Eps 18 >> Eps 19 >> Eps 20 >> Eps 21 >> Eps 22

Artikel keren lainnya:

Gambar Tentang Teman Yang Saling Menasihati Dan Mendoakan

Seseorang dapat dikenali dari orang-orang yang bergaul dengannya. Untuk itu, kita harus memilih teman yang baik dan tentunya kita harus menjadi teman baik bagi orang lain. Teman yang baik adalah teman yang bisa menjadikan kita menjadi lebih baik. Dalam islam, teman itu harus bisa saling mendoakan dan saling menasihati.
Nah berikut ada beberapa gambar teman yang baik.
# Teman baik menunjukkan kesalahanku
# Saling Menasihati
# Nasihat yang tidak nyaman di hati
# Saling mengingatkan dalam kebaikan
# Saling mendoakan
# Saling berpesan
# Teman yang baik
# Gak boleh pecah
# Nasehat untuk teman
# Ingatkan aku
Itulah kumpulan gambar tentang pertemanan dan persahabatan. Semoga menginspirasi.

Artikel keren lainnya:

Menikah Dengan Syetan (Cerpen) Part 1

JUDUL CERPEN MENIKAH DENGAN SETAN
Part 1

Suara langkah kaki terdengar dari kamar Halimah yang begitu gelap, tak ada cahaya lampu disana, hanya sinar rembulan yang menerangi kamarnya dan dua buah lilin yang diletakkan Mbok sum saat senja menjelang malam tadi.
Suara langkah itu makin jelas, kemudian tanpa ada yang mengetuk pintu  gagang pintu itu pun berputar, Halimah benar-benar merasakan ketakutan yang amat mendalam, “Astagfirullah…Astagfirullah.. Allahuma ya Allah lindungi aku”  Ia terus menerus berdzikir, wajahnya semakin panik ketakutan, bibirnya biru, tubuhnya pun menjadi dingin, ia mengamati pintu itu tanpa berkedip, dan terbuka.
Laki-laki itu berdiri didepan pintunya, ia sungguh menakutkan, sinar diwajahnya sama sekali tidak Nampak, rambutnya yang panjang juga janggut dipipi yang memenuhi isi wajahnya.
“Mau apa kamu?” Jawab Halimah gusar, “Jangan mendekat!” Lanjutnya lagi sambil berteriak seraya mengambil benda keras disebelahnya untuk ia gunakan sebagai senjata.
“Aku ini suamimu, Hak aku untuk masuk kekamarmu!” Jawabnya tegas, laki-laki itu kemudian membanting pintunya.

“Aku mohon jangan..aku mohon!” pinta Halimah ia menangis ketakutan, ia berteriak namun tak mampu membangunkan setiap jiwa yang ada disekelilingnya ruangan itu begitu rapat dan jauh dari warga.
"Aku mohoon jangan...!" jiwanya sudah kaku ia terjebak, ia sudah tak mampu melawan.
“Bukankah ajaranmu itu yang selalu menyuruh istrinya untuk Taat pada suami?” jawabnya seraya menangkap tangan wanita yang sudah tak berdaya itu.
“Lepaskan benda itu.!” Pintanya sambil melotot
“Aku mohon… jangan lakukan ini.. aku mohon..!” Jawab Halimah memohon tangisannya pecah, laki-laki itu menciumi wajahnya dengan penuh nafsu dan kegilaan layaknya setan yang haus akan darah.
“Tolong . Tolong aku,,,!” Ia menangis sesegukan.
“Non… Non… bangun Non..!” Suara itu terdengar ditelinganya dengan jelas.
“Hah…!” Halimah terbangun , seluruh tubuhnya basah karena keringat,  “Astagfirullah..Astagfirullah..Astagfirullah..” setelah itu ia meludah kekiri, “Alhamdulillah ya Allah ini hanya mimpi, terimakasih ya Mbok sum sudah membangunkan saya.”
“Ya Non, Non.. Aden sudah manggil Non dari tadi.”
“Oh iya Mbok, saya segera keluar.”
Setelah ia bisa mengontrol emosi juga rasa takutnya, Halimah keluar, ia menuju kearah meja makan, saat itu sudah pukul delapan malam, Rumah itu bagaikan istana baginya, sungguh besar untuk menuju ke setiap ruangan ia perlu berjalan antara 10 hingga 15 meter. Ia pun berhenti diruang makan, laki-laki itu yang bahkan baru ia kenal sehari ini sudah duduk dikursi meja makan, ia duduk paling depan menghadap kearahnya,
“Baru sebentar aja udah males-malesan.” Jawab laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya itu.
“Maaf saya sangat lelah, tadi saya ketiduran.” Jawab Halimah mendekatinya.
“Duduk!” perintahnya.Halimah pun menarik kursi yang ada dihadapannya, dan duduk.
“Siapa yang suruh kamu duduk disitu?” Halimah sangat kaget mendengarnya, buru-buru ia berdiri.
“Duduk disini!” perintahnya  seraya menunjuk kearah lantai persis disebelahnya.
Halimah duduk dan mengikuti perintahnya, ia pikir tak mengapa asalkan ia tak disentuhnya.
“Mbok sum!”
“Ya den,”
“Pekerjaan apa yang belum beres?”
“eeh,, ehh,, apa ya den, sudah beres semua den, Cuma.."
“Cuma apa?”
“Ruang kerja  den aja yang berantakan, tadi mbok mau bereskan Aden masih sibuk kerja”
“Hei denger, kamu bersihkan ruangan itu sampai rapih."
"Iya." Halimah mengangguk ketakutan.
"Terus satu lagi, bukan berarti menikah dengan saya, bisa menjadikan kamu nyonya dirumah ini!, kamu harus masak, ngepel, beresin rumah, semua yang ada dirumah ini harus kamu bersihkan, ngerti?"
Halimah merinding ketakutan “Ya,,insyaAllah akan saya kerjakan semua,”
“Jangan bawa nama Tuhan disini!” teriaknya seraya menghentakkan sendok makannya.
Halimah mundur dari tempat ia duduk, tangannya mengepal ia sangat ketakutan, Laki-laki itu pun berdiri lalu meninggalkannya. Tak lama Mbok sum membantunya bangun dari tempat ia duduk, ia masih gugup ketakutan, bibirnya bergetar, tubuhnya dingin seperti es.
“Non..Non makan dulu ya,,”
“Ngga Mbok.. saya ingin pulang Mbok.” Jawabnya menangis.
“Jangaan Non, nanti si Aden semakin marah.” Mbok sum mengambilkan air putih dan memberikan padanya, Halimah meneguk air itu hingga habis tangannya masih gemetar saat memegang gelas, ia sangat kehausan. Ia pun mencoba untuk tenang, ia hapus air matanya dan mencoba untuk kuat.
“Non yang sabar ya..”
“Ya Mbok.”
“Non, Mbok Cuma mau kasih tau beberapa hal disini yang perlu Non tau, pertama saat malam Non ngga perlu nyalain lampu, lampu hanya boleh menyala dikamar si Aden saja saat malam, kedua si Aden ngga suka kalo ia denger nama Tuhan dirumah ini, jadi Non harus membiasakan diri ya.”
“Nama Tuhan maksudnya Mbok?”
“Yah kan kayak Non barusan bilang InsyaAllah, Aden ngga suka itu.”
“MasyaAllah.. kalo nama Allah tidak boleh diperdengarkan lantas bagaimana saya bisa beribadah Mbok? Ngga bisa Mbok itu sangat bertentangan bagi saya.
“Sudahlan Non, ikutin aja, Non kalo mau sholat pintu kamar tutup yang rapat.”
Halimah diam, ia tidak mengiyakan permintaan terakhir Mbok sum barusan, Baginya menyebut nama Allah adalah sebuah keharusan, lidahnya sudah terbiasa mengucap nama Tuhannya, hanya Setan saja yang tak sanggup mendengar nama tuhannya.
Malam itu Halimah semakin yakin, ia menikah dengan setan seperti yang sudah banyak dibicarakan warga kampung, bahwa laki-laki yang tinggal dirumah angker ini adalah Jelmaan jin.
“Ya Allah cobaan apa ini, cobaan apa yang kau berikan padaku, lindungi aku ya Allah..Lindungi,” Jeritnya dalam hati.
***

Artikel keren lainnya:

Gambar Plesetan Ada Nilai Positifnya

Di jaman sekarang ini yang namanya meme, stiker, gambar plesetan dll banyak bertebaran dimana-mana. Namun ada baiknya bila kita menyebarkan gambar yang ada nilai positifnya baik itu ajakan, nasihat ataupun sindiran agar kita jadi lebih baik. Nah di bawah ada beberapa gambar plesetan yang ada nilai positifnya.

1. Pokemon Go jadi Pake Iman lets Go
Permainan yang sempat kontrovesi ini memang pernah booming. Nah kalau maen game Pokemon aja munkin hanya menghabiskan waktu saja. Biar berfaedah, yuk pake iman biar masuk surga.
2. Daia jadi Dzikir
Dzikir adalah penenang bagi jiwa. Ketika berdzikir, jiwa terasa dekat dengan Sang Khalik. Allah pun memberi jaminan dalam surat Ar-Ra'du ayat 28 yang artinya “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram,” (QS. Ar-Ra’d : 28).
 3. Sinar Mas jadi Sabar Mas
4. Take Me Out jadi Ta'aruf Her Out
5. Jurasick Park jadi Jihad Part
6. MU kepanjangannya jadi Muslim United
Persatuan umat Islam merupakan awal kebangkitan Islam. Kita sebagai umat Islam harus bersatu. Sangat sedih rasanya kita melihat umat Islam yang terpecah belah karena berbagai hal.
7. Teh Botol jadi Tobatlah
Apapun dosanya, akhirnya harus tobat. Betobat adalah usaha manusia untuk meninggalkan segala bentuk kemaksiatan dan menggantinya dengan segala kebaikan.
8. Plesetan Harley Davidson
Apabila kita ingin dijauhkan dari rasa dengki, maka kita harus selalu berhusnuzon kepada orang orang lain. Suudzon no, husnudzon yes.
9. Turn Back Crime jadi Trus Baca Quran
Pahala membaca Al-Qur'an diantaranya bahwa setiap huruf sama dengan berbuat satu kebaikan. Selain itu Al-Qur'an juga mejadi penolong di hari qiyamah bagi orang yang membacanya.
10. You Tube jadi Yuk Tobat
Allah memberikan banyak kesempatan bagi umat manusia untuk bertaubat. Kalau kita melihat ada orang yang suka bermaksiat tetapi berumur panjang, kita berhusnudzdzon bahwa Allah masih memberi kesempatan untuk mereka bertaubat.
11. Plesetan Piala Dunia 2014
Bulan puasa adalah bulan yang diberkahi dimana setiap kebaikan dilipat gandakan. Maka sepatutnya kita saling berlomba-lomba dalam mencari kebaikan di bulan ramadhan.
------------
Lainnya: Plesetan Merek
------------

Artikel keren lainnya:

Pantun Remaja Tentang Persahabatan, Percintaan Dan Perpisahan

Pantun Persahabatan | Pantun Percintaan | Pantun Perpisahan
Kehidupan remaja adalah masa kehidupan yang penuh drama dan emosi. Seorang remaja akan merasakan bagaimana suka dengan lawan jenis, sedih, semangat yang menggebu, dll. Para pujangga pun banyak mengabadikan balada kehidupan remaja dalam sebuah pantun.
Remaja Muslimah
• Pantun Persahabatan

Merah warna buah tomat
Membuat sayur terasa nikmat
Beta ingin mencari sahabat
Agar hidup punya manfaat

Tinggi batang pohon jambu
Tumbuh di sisi pohon mangga
Engkau dan aku adalah satu
Bersahabat dalam suka duka

Pohon ceri subur tumbuhnya
Petik buahnya masukkan kantong
Saling memberi saling menerima
Saling bantu tolong menolong

Pergi ke Medan membeli ulos
Singgah di kedai membeli gulai
Jangan ajak aku membolos
Dorong aku jadi anak pandai

Jika ke kota beli kain kaca
Beli pita dua seuntai
Rajin menulis rajin membaca
Itu pertanda anak yang pandai

Di sana gunung di sini gunung
Di tengah-tengah gunung Rajabasa
Ke sana bingung ke situ bingung
Lebih baik ke sekolah saja

Kau mandi aku pun mandi
Kau renang aku pun renang
Jika kawan mampu mandiri
Beta pasti merasa senang

Bulu cenderawasih berkilauan
Burung merak sering menari
Walau kawan anak perantauan
Sidah jadi saudara sendiri

• Pantun Nasihat Menuntut Ilmu

Pahit itu ramuan jamu
Rasa pahitnya tak jemu-jemu
Bergiatlah dalam menuntut ilmu
Agar jadi orang yang berguna

Pagi hari menanam tebu
Tebunya ditanam di tanah lapang
Ayo semangat menuntut ilmu
Agar masa depan lebih gemilang

Masuk toko membeli kain
Kain batik buatan Tasik
Jika engkau banyak bermain
Kepada ilmu tidak tertarik

Tanah tandus penuh batu
Tanah subur selalu gembur
Jika orang banyak berilmu
Sehat makmur sepanjang umur

Tinta hitam untuk menulis
Pensil warna untuk melukis
Ilmu itu tak pernah habis
Turun temurun ke ahli waris

Matahari terbit diwaktu fajar
Sinarnya menembus awan
Siapa yang suka belajar
Akan jadi orang sukses kemudian

• Pantun Percintaan

Ada harta tidak terjaga
Ada peti tidak terkunci
Bahana cinta anak remaja
Sekejap kasih sekejap benci

Pohon sagu jatuh ditebang
Pohon duku dibikin sarang
Jangan ragu jangan bimbang
Cinta ku hanya untuk mu seorang

Menaiki kereta merknya honda
Pergi selayang kerumah hanapi
Bila cinta mekar di dada
Siang terkenang malam termimpi

Di pinggir kolam makan bubur
Jangan lupa pakai keripik
Dari semalem aye ga bisa tidur
Selalu teringat wajah mu yg cantik

Memang banyak burung gelatik
Hanya satu yang melayang
Emang banyak wanita cantik
Hanya kamu yang kusayang

Malam minggu malam yang panjang
Saling berkunjung jumpa kerabat
Yang ditunggu pun kini telah datang
Walau hujan hati terasa hangat

Mulanya duka kini menjadi lara
Teman tiada hanyalah sendu
Bila rindu mulai membara
Itulah tanda cinta berpadu

Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta

Limau purut lebat dipangkal
Sayang selasih condong uratnya
Angin ribut dapat ditangkal
Hati yang kasih apa obatnya

Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang

Anak kera diatas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati

Ikan sepat dimasak berlada
Kutunggu di gulai anak seberang
Jika tak dapat dimasa muda
Kutunggu sampai beranak seorang

• Pantun Perpisahan

Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang ditapak tangan
Biar jauh dinegeri satu
Hilang dimata dihati jangan

Bagaimana tidak dikenang
Pucuknya pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak terkenang
Dagang yang jauh kekasih hati

Duhai selasih janganlah tinggi
Kalaupun tinggi berdaun jangan
Duhai kekasih janganlah pergi
Kalaupun pergi bertahun jangan

Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga

Bunga Cina bunga karangan
Tanamlah rapat tepi perigi
Adik dimana abang gerangan
Bilalah dapat bertemu lagi

Wangi aroma kayu gaharu
Tempat bermain anak menjangan
Bila berjumpa teman baru
Teman lama dilupakan jangan

Dari mana hendak ke mana
Tinggi ruput dari padi
Tahun mana bulan mana
Dapat kita berjumpa lagi?

Artikel keren lainnya:

Rarabi Jeung Nyi Sari (Bag 8)

Rarabi Jeung Nyi Sari (Eps 8)
Karya: Ceu Ningsih

"Kela Jang! Kumaha dongengna ieu teh?" Ma Jojoh curinghak, lain ukur Didin nu dipikamelang, tapi pangpangna mah Wiwin incuna.

"Teu aya ka pabrik Ma! Teu aya laporan, naha cuti atanapi kumaha!" Tembal Dudung, ret ka Ipah.

Ipah tungkul, era. Lalakon hirupna jeung Didin geus papada nyaho, kaasup batur gawena di pabrik.

"Ah piraku, jadi melang ka budak! Bisi kumaha onam!" Bah Rukma ngarasa tagiwur.

"Urang mana atuh awewena Bah? Lemburna di mana? Piraku teu nyaho!" Ipah rada teugeug, inget ka budak, milu manghariwangkeun.

"Nyaeta, Abah ge hemeng, datang ka dieu sorangan, caritana rek dirapalan, tapi Abah jeung Ema teu meunang nyaksian! Rek nyusul, nyusul kamana?" Bah Rukma ngeluk.

"Euh, pan ngaran kawin mah kudu aya susuratan heula! Meh puguh imah balena!" Tembal Ipah.

"Ke sakedap Bah! Kang Didin dirapalan tapi teu aya nu jajap? Diantos iberna saenggalna, mugia teu aya nanaon!" Ceuk Dudung bari jung nangtung laju amitan.

Ipah asa boga tanjakan, rek nganahakeun budak nu dibawa ku indung terena, "abdi mah melang ka anak Bah! Paluruh, bisi kumaha onam!" 

"Enya eta ge Nyi, sabar heula anan!" Bah Rukma surti.

"Dahar heula Nyi, aya timbel urut ngored weuteuh keneh!" Ma Jojoh muka keresek eusi timbel.

"Nuhun Ma! Permios heula, bisi kaburitan!" Ipah nangtung, sasalaman.

*

Sanggeus dirapalan bari jeung euweuh nu nyaksian, Didin jeung Sari cicing di hiji imah nu agreng. Nenggang jeung imah nu sejen, imah di tengah sawah, boro-boro asup mobil, motor ge moal bisa ngaliwatan galengan sawah. Didin geus teu digawe di pabrik, ayeuna mah kasab kana dagang. Ngiderkeun baju jeung ngiriditkeun parabot. Indit mulang tara tangtu, sakapeung saminggu iang parabot nu paresen.

Wiwin diasuh ku Sari, dibaturan ku nu babantu. Sakola jiga biasa, ngan anehna teh beurang mah imah tiiseun jiga imah kosong. Mun peuting kakara haneuteun. Sari mun beurang tara kaciri, bebeja mah ka Wiwin digawe mulangna sore. Matak muruhkeun nu maturan ari sakalieun bapana teu balik ti panyabaan.

"Neng Win, Mamah teh damel dimana?" Aisyah mu maturan Wiwin nyampeurkeun.

"Duka Teh! Abdi ge teu terang, saurna mah damel di restoran!" Tembal Wiwin.

"Tapi asa teu libur nya?" Aisyah kerung.

"Muhun Teh! Abdi ge teu ngartos ah!" Wiwin imut.

"Neng Win, Teteh bade uih ayeuna nya, da aya bapa!" Aisyah amitan.

Wiwin unggeuk.

Aisyah ngaleos di lawang panto pasanggrok jeung Didin nu karek jol ti panyabaan.

"Pa permios bade uih heula!" Ceuk Aisyah.

Memeh Aisyah mulang, Didin mere amplop keur gajihna unggal dua minggu sakali. Amplop ditarima, Aisyah ngaleos.

"Pa, ari Mamah sok kamana wae? Siang mah tara aya, wengi hungkul ayana!" Wiwin nyampeurkeun bapana.

Didin rada ngahuleng, naon pijawabeun. Tisaprak ngahiji jeung Sari, ngan peuuting hungkul panggihna, memeh adan Subuh geus ngiles. Teu loba tatanya, da meureun kitu hukumna, bangsa lelembut mah cenah sok eleh ku panonpoe, wallahualam.

Nyaan weh, bada Isya Sari nembongan, datang jiga nu tos nyaba. Asup ka imah atawa kaluar ti imah euweuh nu nganyahoankeun. Dina rarabi jeung Didin, estu teu guyub jeung ilaharna nu ngarumah tangga, teu sapatemon. Ngan ukur bisa rerendengan hareupeun Wiwin.

"Kang! Geuning tos di lembur?" Sari imut.

"Mah! Wiwin ge hoyong gaduh dede! Jadi aya rencang, teu keueung teuing!" Wiwin ngalendean ka Sari.

Didin jeung Sari silih reret, kumaha pijawabeun? Bingung nyanghareupan kahayang budak nu pamohalan bisa dicumponan. Mun dijentrekeun moal ngarti, dina ngartina ge balukarna ka budak bakal nyerieun hatena asa dibohongan.

"Engke mun Wiwin geus SMA, ngarah bisa ngasuh!" Didin ngusapan.

"Enya atuh, Minggon payun aya rapat di sakola, Mamah kedah ka sakola nya!" Ceuk Wiwin ngareret ka Sari.

Sari ngareret deui ka Didin, "ku bapa wae, Mamah pan damel!"

"Euh, ku bapa wae ah! Sakali-kali atuh ku Mamah!" Wiwin baeud.

"Teu tiasa libur bageur!" Sari ngadeukeutan Wiwin bari nyiuman.

Isukna Wiwin indit sakola rada baeud, kahayangna mah indung nu nganteur atawa nyadiakeun sasarap ari isuk-isuk.

"Ku Bapa anteur? Da Teh Aisyah mah moal ka dieu jigana!" Didin ngaharewos ka anakna.

"Wios Pa!" Wiwin sun tangan laju ngaleos indit ka sakola jeung babatura nana.

Wiwin ngaleos jol Aisyah, "Pa Didin, abdi neda dihapunten, ti kawit ayeuna moal tiasa ngarencangan di dieu, tapi aya gentosna pun alo ti landeuh. Enjing ka dieuna, ku abdi tos dipapagahan da!" 

"Oh kitu nya Teh! Nya teu nanaon, mun bisa mah rada nyubuh ka dieuna, abdi memeh adan rek ka kota deui!" Ceuk Didin.

Aisyah ngahuleng, heg jauh lembur alona teh, "kumaha pami piwarang engke wengi ka dieu, tebih lemburna Pa! Hawatos nyubuh ka dieu mah!" 

"Nya kumaha hadena wae, ieu konci imah, bisi Bapa kasarean!" Didin mikeun konci imahna. 

Aisyah unggeuk, manehna ngaleos deui bari mamawa konci imah Didin. Biasa ge mun dititah ngendong sok mawa konci imah, asup jalan dapur. Imahna lega, sakapeung sapoe jeput tara panggih jeung nu boga imah, Aisyah milih cicing di kamar pembantu bari lalajo tipi. Sabenerna mah ngeunah gawe teh, gajihna gede bari ukur maturan Wiwin. Ngan duka kumaha, aya rasa sieun jeung keueung, komo kungsi ngendong di imah eta, keur kakara teh panggih jeung Sari, bet nempona asa kukurayeun.

Imah Didin geus narutup, reup Magrib ngararingkeb jiga nu embung kaanjangan, Wiwin keur diajar ngaji di musola jeung bapana.

Rengse ngaji Didin nyarita yen aya gaganti Aisyah nu bakal maturan Wiwin lamun keur areuweuh, peuting ieu rek ngendong da bapana muru subuh ka kota.

"Alona Teh Aisyah, bageur cenah! Engke ku Wiwin papagahan weh!" Ceuk Didin, jung cengkat muru ka tengah imah, dituturkeun ku Wiwin.

Di tengah imah kasampak Sari geus aya, Didin ngadongengkeun ngeunaan nu maturan Wiwin.

"Nya kumaha saena Kang! Wios ku abdi diantosan, bilih bade leleson mah mangga!" Ceuk Sari, rek nangkeup ka Wiwin, ngan Wiwin ngised pundung keneh.

"Pa, Win bobo heula! Enjing latihan upacara!" Wiwin ngagadeud bari ngadilak ka Sari.

Sari mesem, beungeutna nu pias kacaangan ku bulan, kabeneran keur caang mabra, "Kang! Kadieu sakedap!" Sari ngagupayan.

Didin nyampeurkeun, "aya naon Nyi?" 

"Aya iber nu ngagumbirakeun, abdi bakal ngawujud jadi manusa sajati, citresna Akang jeung kanyaah Akang nu nguatkeunana, nuhun Kang!" Sari imut kareueut.

Didin ngarasa bingung, kudu atoh atawa sabalikna. Sanajan bakal ngawujud jadi manusa, angger kasebutna urut jurig, Didin teu apaleun yen Sari geus lila maotna.

Peuting beuki jempling, Didin geus tibra, Sari cungelik di tengah imah rek nungguan alona Aisyah. 

"Sampurasun! Assalamualaikum!" Sora nu uluk salam di luar.

Sari curinghak, jung nangtung ngageuleuyeung muru panto hareup, bray dibuka, "saha nya?" 

"Nepangkeun abdi Ipah, alona Aisyah, nu bade ngarencangan di dieu!" Cenah!

Bag 1 Bag 2 Bag 3 Bag 4 Bag 5 Bag 6 Bag 7 Bag 8 Bag 9 Bag 10 Bag 11 Bag 12 Bag 13

Artikel keren lainnya:

Tebak-tebakan Plesetan yang Amat Receh

Tebak-tebakan Plesetan | Main plesetan
Hayo siapa yang kalau maen tebak-tebakan selalu kalah? Kalau kamu sering kalah berarti kamu kurang referensi. Nah biar gak ketinggalan zaman, coba baca kumpulan tebak-tebakan plesetan di bawah ini. Dijamin yang jawab geleng-geleng kepala dan bikin greget deh.
Plesetan Cape Deh
Berikut tebak-tebakan plesetan yang bikin geleng-geleng kepala:
S: Supir apa yang gak kenyang?
J: Supiring berempat

S: Piring apa yang rame?
J: Piringatan 17 Agustus

S: Lemari apa yang bisa masuk ke kantong?
J: Lema ribu-an.

S: Lubang apa yang bikin sehat?
J: Lubangun pagi2 trus olahraga deh.

S: Ayam apa yang besar
J: Ayam semesta

S: Apa pengertian Cemilan?
J: Cecudah delapan, Cebelum cepuluh.

S: Dua artis yang sangat tinggi
J: Lulu Tebing dan Jeremy Monas

S: Sambal apa yang ada di pinggir jalan?
J: Sambal Ban

S: Bakso yang wangi?
J: Baksona Roll On Deodorant

S: Bangsawan Inggris yang terkenal dengan acara lawaknya di TV?
J: Sir Mulat

S: Fisikawan terkenal dari Batak?
J: Sir Isaac Nasution

S: Bebek yang terkenal dan bisa nyanyi?
J: Bebekstreet Boys

S: Bola yang disukai anak kecil?
J: Bola emon

S: Salam pergi yg menggunakan kata buah?
J: Buah-bye!

S: Daun yang lucu
J: Dauno, Kasino, Indro?

S: Daun yang kakinya 2?
J: Daunal Bebek

S: Daun apa yang bolong tengahnya?
J: Daunat

S: Daun yang gak boleh disentuh?
J: Daun touch it

S: Es yang bikin panas dingin dan pusing-pusing?
J: Essai

S: Pohon apa yang paling banyak ditemui di Hari Raya Idul Fitri?
J: Pohon maaf lahir dan bathin.

S: Hewan apa yang bersaudara?
J: Katak beradik.

S: Tank apa yang moncongnya ke bawah?
J: Tankurep.

S: Tiang apa yang enak?
J: Tiang-tiang minum es.

S: Dewa apa yang kesepian?
J: De wakto sedang sendere.

S: Bulu apa yang kuning?
J: Buluband

S: Monyet, monyet apa yg ada nya di lapangan bola?
J: Monyetak gol…

S: Panci apa yang bisa ketelen anak kecil?
J: Pancing baju!

S: Panci apa yang diapalin anak SD?
J: Pancisila!

S: Kera apa yang bikin gemuk?
J: Keranjingan makan.

S: Kera apa yang adanya di pojokan?
J: Keranjang sampah!

S: Kera apa yang nyeremin?
J: Kerasukan setan

S: Kerangka apa yang belum pernah ditemukan fosilnya…?
J: Kerangka karangan

S: Monyet apa yang jalannya mondar-mandir?
J: Monyetrika baju

S: Jam apa yang bisa dimakan?
J: Jambu, monyet!

S: Lele apa yang banyak dipinggir jalan?
J: Lelepon umum

S : Hewan apa yang bersaudara?
J : Katak Beradik

S : Kutu apa yang menakutkan?
J : Kutukan

S : Kecoa apa yang menyebabkan masuk rumah sakit?
J : Kecoalakaan

S : Ular apa yang bisa senam?
J : Ularaga

S : Hewan apa yang bisa kaya?
J : Hewan to be millionare

S : Kuda apa yang paling capek?
J : Kuda ki gunung sambil jongkok

S: Belut apa yang paling berbahaya?
J: Belut-ang banyak ental bangklu

S: Sapi ada yang larinya bisa sampe 100 km / jam?
J: Sapida motor

S: Lele apakah yang sangat ditakuti manusia normal tapi dipuja anak-anak?
J: Leletubbies!

S: Gimana caranya supaya telor berubah jadi nanas?
J: Telornya di rebus, ketika masih panas langsung kasihin ke anak kecil, ntar dibilang, "Nanas, nanas"

S: Spiderman minum apa?
J: Minumpas kejahatan

S: Lolly apa yang manis?
J: Lollyatin aja gue. He

S:  Minyak apa yang rame?
J:  Minyaksikan pertandingan sepak bola.

Yang masih punya tebak-tebakan plesetan, jom lempar di kolom komentar!

Artikel keren lainnya: