Home · Parenting · Konseling · Blogging · Tips · Daftar Isi

Pengertian Parenting dan Manfaat Ilmu Parenting

Pengertian parenting | Manfaat ilmu parenting
Parenting berasal dari kata parent yang berarti orang tua. Dalam bahasa Inggris, kata yang berakhiran “ing” menunjukan suatu aktivitas, maka parenting bisa diartikan aktivitas orang tua. Secara istilah, parenting adalah ilmu tentang mengasuh, mendidik dan membimbing anak.
Ilustrasi keluarga muslim
Kewajiban orang tua bukan hanya memberi makan dan membelikan baju saja. Orang tua juga berkewajiban untuk mengasuh, mendidik, membimbing dan mengarahkan kepada hal yang baik. Menjadi orang tua yang baik dalam mengasuh dan mendidik anak memang belum ada sekolahnya, maka dari itu kita tetap bisa belajar menjadi orangtua yang baik dengan belajar ilmu parenting dari manapun.
Mengikuti kelas parenting seperti seminar, workshop, training atau kelas reguler lainnya adalah sangat penting adanya. Berikut adalah manfaat ilmu parenting:
1. Menguasai dasar-dasar parenting
Banyak pasangan yang sudah yang sebentar lagi mempunyai buah hati hati namun belum mengetahui cara mengasuh anak yang benar. Tentunya keadaan ini sangat tidak baik, baik bagi orang tua maupun anak. Cobalah ikut seminar supaya kita bisa mengetahui dan menguasai ilmu parenting dari pakarnya. Disana kita akan belajar dari hal yang mendasar sampai pada sesuatu yang kompleks.
2. Terhindar dari kesalahan dalam mengasuh anak
Semua orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang terbaik, hanya saja banyak orang tua yang dalam proses pengasuhannya banyak melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak disadari. Dengan mengikuti kajian parenting, kita akan mengetahui langkah yang tepat dan benar dalam mengasuh anak.
Baca juga >>> Kesalah orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak
3. Update tentang perkembangan ilmu parenting
Zaman terus berubah. Begitu pula dengan lingkungan dan tantangan yang akan dihadapi oleh anak-anak kita. Kita tidak boleh stagnan dan merasa cukup dengan keilmuan dan metode yang kita fahami dalam mendidik anak. Kita haruslah mendidik anak sesuai dengan zamannya.
4. Mendampingi perkembangan anak
Perkembangan anak mulai dari lahir sampai remaja itu sangat cepat. Terkadang orang tua tidak sadar bahwa anaknya sekarang sudah hampir dewasa. Kewajiban orang tualah memastikan anaknya bisa mencapai setiap tahap perberkembangan dengan baik.
5. Menstimulus perkembangan anak
Fungsi stimulus adalah agar anak bisa berkembang dengan maksimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh setiap orang yang berinteraksi dengan anak. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, dsb. Contoh stimulasi perkembangan anak adalah main ciluk bak, memperdengarkan musik dan menggantungkan mainan di tempat tidurnya.
6. Mengetahui cara mengatasi penyimpangan pada anak
Orang harus bisa mendeteksi sedini mungkin penyimpangan yang terjadi pada tumbuh kembang anak. Tiga aspek yang harus benar-benar diskrining dari awal, yaitu aspek pertumbuhan, aspek perkembangan, dan aspek emosi sosial. Apabila ditemukan peyimpangan tersebut, maka orang tua dapat menstimulasi dan mengintervensi sedini mungkin.
7. Mengetahui tantangan yang akan dihadapi anak
Perhatikan lirik lagu anakku dari nasidaria berikut ini!
Anakku anakku anakku
dunia yang akan kau alami
tak sama tak sama tak sama
dengan dunia yang kualami
semakin berliku liku.......
liku liku cari sekolah
liku liku cari nafkah
namun jangan berkecil hati
jadilah manusia sakti
cerdas tabah kreatif
dengar dengar dengar semboyanku
Zaman kita dengan zaman anak kita itu berbeda. Dan tantangan zaman anak kita lebih berat dibandingan dengan tantangan zaman kita. Oleh karena itu kita harus mempersiapkan anak kita untuk menjadi manusia sakti!
8. Menyesuaikan gaya parenting dengan kepribadian anak
Adakalanya ada anak yang bisa mengikuti perintah dengan cara dibujuk, diancam, diiming-imingi, dll. Apabila kita mengetahui keperibadian anak, maka tentunya secara otomatis kita pun harus menyesuaikan dengan kepribadian anak tersebut.
9. Mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua
Belajar ilmu parenting bukan hanya untuk para pasangan yang sudah mempunyai anak. Anak muda yang belum menikah pun lebih baik belajar ilmu parenting supaya bisa mempersiapkan diri menjadi orang tua. Dengan persiapan lebih dini akan memantapkan diri menjadi orang tua yang baik.
10. Meningkatkan kepercayaan diri orang tua
Menjadi orang tua itu tidak mudah. Banyak tantangan dan ujian yang harus dilalui semenjak hari pertaman kelahiran anak kita. Ada kalanya orang tua tidak percaya diri atau ragu dengan apa yang mereka perlakukan terhadap anak. Maka alangkah pentingnya kita belajar parenting supaya kita lebih percaya diri sebagai orang tua. Selain itu, kepercayaan orang tua juga akan menular kepada mental anak.

Artikel keren lainnya:

Masih Adakah Surga Untukku Eposode 12

#Masih_Adakah_Surga_Untukku
#Laila
#Episode 12

Tama masuk ke dalam mobil tanpa bicara apa-apa. Laila dan Rani pun menyusul. Mereka bertiga diam dengan pikirannya masing-masing. Mobil ke luar dari parkiran Senayan City, memasuki jalanan Jakarta yang selalu padat.

"Romantis banget ya, manggil kakak." tiba-tiba Tama bicara tanpa menoleh pada Laila. Suara laki-laki itu terdengar amat sinis. Laila tercekat mendengar ucapan Tama.
"Uda kan ga mau dipanggil dengan panggilan yang lebih romantis lagi. BIlangnya, 'Saya lelaki Minang, panggil saya dengan Uda'," Laila meniru ucapan Tama ketika pertama kali Laila datang ke Jakarta. Hati Tama yang tadi membara tak ayal tersipu mendengar ucapan Laila. Padahal sebenarnya ia masih ingin marah. Sebenarnya ia masih merasa sakit hati. Tapi ia tak akan menunjukkannya di depan Rani. Tama tak akan memberi celah pada gadis di belakangnya ini.

"Jadi manggil Abang itu karena pengen romantis?" 
"Ya, biar beda aja sih ama yang lain. Kan semua orang udah manggil Uda."
"Kalau gitu, panggil sayang aja," ucap Tama santai.
Haaa? Laila hampir tersedak meski tak lagi makan. Manggil sayang? Gimana  rasanya tuh ya. Ih, Laila tanpa sadar menggeleng-gelengkan kepalanya.

Rani yang berada di belakang merasa heran melihat Tama. Kenapa laki-laki itu terlihat biasa-biasa saja setelah kejadian tadi? Apa itu artinya Tama tak memiliki perasaan apa-apa pada Laila sehingga Tama tak merasa sakit hati pada Laila melihat tatapan mata laki-laki bernama Fadil tadi?  Berbagai pertanyaan muncul di benak Rani.
Sementara Laila masih merasa galau dengan perkataan Fadil tadi. Laila sendiri tak yakin akan seperti apa perjalanan pernikahannya dengan Tama.
Tama pun akhirnya memilih diam. Mereka bertiga melewati perjalanan dalam hening.
Sebelum sholat magrib, mereka pun sampai di rumah. Setelah memarkirkan mobil, Tama memanggil mak Eti untuk membantu membawa barang-barang Laila ke lantai dua. Tapi, Laila telah membawa sendiri sebagian kantong belanjanya. Mak Eti membawa kantong yang masih tersisa di bagasi mobil.
Tama, Laila dan Mak Eti langsung menuju ke kamar Tama. Sementara Rani masuk ke kamar tamu. Rani sudah tak sabar ingin mencoba baju-baju yang tadi diambilnya di toko Tama.
Sesampai di kamar Tama, Laila dan mak Eti meletakkan kantong-kantong belanjaan di sudut kamar. Mak Eti sedikit heran melihat belanjaan segiitu banyaknya.
"Mak, ini daster buat Mak Eti. Semoga Mak Eti suka, ya." Laila menyerahkan sebuah kantong berwarna putih pada mak Eti.
"Wah, Mak Eti dapat juga, Nak Laila?" mata mak Eti berbinar. 
"Hehe, iyalah, Mak. Gamungkin Laila lupa sama Mak Eti." Laila menyentuh pundak mak Eti dengan lembut.
"Makasih, ya nak Laila. Mak Eti pamit turun dulu, ya. Mau magrib." Mak Eti pun bergegas ke luar dari kamar dan membawa kantong pemberian Laila tadi.

"Uda mau mandi duluan?" Laila melihat Tama asyik dengan ponselnya.
"Kamu aja duluan." mata Tama tak beralih dari ponselnya. Laila pun mencari kantong baju tidur yang tadi dipilihnya di toko teman Tama. Laila memilih setelan baju tidur berwarna maroon. Setelah itu, Laila pun bergegas ke kamar mandi.

Tama bangkit dan menuju ruang sebelah. Rasanya ia ingin membaringkan tubuhnya dan beristirahat sejenak. Hati dan pikirannya entah mengapa rasanya tak nyaman. Kata-kata teman Laila tadi kembali terngiang-ngiang di telinga Tama.
Beberapa waktu ini, sejak Laila datang ke rumahnya diantar sang ayah, tama mencoba berdamai dengan dirinya sendiri. Tama mencoba menerima kehadiran Laila. Meski terkadang sikapnya tak bisa baik dan ramah pada Laila. Tapi setiap saat, Tama selalu mencoba untuk membuka hatinya agar bisa memaafkan Laila. Memaafkan apa yang telah diperbuat laila padanya.
Tapi ucapan Fadil, teman Laila tadi, benar-benar mengusik pikiran Tama. 
"Uda, Laila udah selesai. Uda mau mandi sekarang?" Laila tiba-tiba telah berada di pintu penghubung kamar Tama dan ruangan teater.

Tama mendudukkan tubuhnya di sofa. Lalu bangkit dan melewati Laila dengan diam. Laila merasa heran, kok sikap laki-laki ini berubah dingin lagi ya? Apalagi yang salah? Laila bertanya-tanya dalam hati. Apa karena Fadil tadi? Tapi rasanya tidak mungkin. Hati Laila menjadi tak karuan.
"Ini handuknya, Da." Laila mengulurkan handuk yang masih dilipat pada Tama sebelum laki-laki itu masuk ke kamar mandi. Tama menerimanya tanpa melihat pada Laila.
Uh, Laila merasa bingung. Laki-laki ini ternyata susah juga ditebak. Laila membuka lemari dan mengambilkan sarung serta baju koko untuk Tama. Mengambilkan pakaian dalamnya juga. Lalu diletakkannya semua itu di atas kasur. Setelah itu Laila memakai mukenanya dan turun ke bawah. Tak berapa lama azan magrib pun berkumandang.
Tak berapa lama, Tama  ke luar dari kamar mandi. Mata Tama tertuju ke atas kasur, dilihatnya sarung, baju koko dan pakaian dalamnya telah tersedia di sana. Tiba-tiba Tama tersenyum. Ada yang menghangat di hatinya. Seperti inikah rasanya punya istri? Disediakan pakaiannya, makannya, ditemani juga tidurnya. Ups ... Tama menepuk jidatnya. Lagi-lagi pikirannya menjadi sedikit kurang waras.
Tama pun memakai pakaian yang telah disediakan Laila. Lalu ia pun segera turun. Di ruang sholat, Laila, Rani, Mak Eti telah menunggu kedatangannya. Mak Eri pun terlihat telah mengambil tempat di bagian depan. Di posisi imam.
Setelah sholat magrib, Laila melanjutkan dengan sholat sunnah, setelah itu Laila mengambil mushaf yang ada di ruang sholat itu. Laila memang sudah terbiasa mengaji setelah sholat magrib. Sejak masih di bangkus SD, orang tuanya telah mengajarkannya untuk rutin membaca AlQuran setelah sholat magrib. Lalu suara merdu Laila pun mengalun lembut.
Tama, mak etek Eri, dan Rani beranjak ke ruang keluarga. Tama menghidupkan televisi dan memilih canel sport seperti biasanya. Sementara mak Eti dan Anita telah menyiapkan makan malam. Laila menyelesaikan dua halaman bacaan AlQurannya, lalu setelah melipat mukena, Laila pun bergabung dengan mak Eti dan Anita. Setelan baju tidur celana panjang dengan lengan juga panjang dipadu dengan jilbab instan warna hitam, Laila terlihat cantik alami.
Mereka telah selesai menghidangkan makan malam. Laila memanggil Tama, mak Etek Eri dan Rani untuk makan bersama. Ketiga orang yang asyik menonton televisi di ruang keluarga itu pun bangkit dan menuju meja makan. Laila bingung, mau ikut makan atau tidak. Ia masih bisa menangkap wajah dingin Tama. Laila merasa tak enak hati. Laila ingin naik ke kamar saja, tapi tiba-tiba Tama meraih tangannya.
"Mau ke mana?"
"Laila mau ke kamar, Da," 
"Makanlah dulu." suara Tama tiba-tiba terdengar lunak. Uh, Laila mendesah dalam hati. Laila benar-benar tak mengerti dengan sikap laki-laki ini.

Tapi Laila tetap menurut. Tatapan mata mak etek Eri dan Rani membuat Laila mau tak mau harus duduk di samping Tama. Meski hatinya pun sedang tidak nyaman. Sikap tama yang sedetik baik dan sedetik kemudian dingin, membuat Laila merasa serba salah.
Laila duduk di samping Tama. Mak etek Eri terlihat mengambil nasi, allu kemudian Rani. Setelah itu Laila mengambil piring Tama dan menyendokkan nasi ke piring tersebut. Laila meletakkannya kembali di depan Tama.
"Makasih," ucap Tama tulus. Laila mengangguk. 
"Mau pake apa, Da?" tanya Laila.
"Goreng belut aja." Laila lalu mengambilkan goreng belut cabe hijau untuk Tama. Setelah itu ia baru menyendok nasi untuk dirinya sendiri.

Laila benar-benar tak berselera. Padahal biasanya goreng belut membuat nafsu makanya bertambah. Laila hanya mengambil nasi sedikit dan sayur bayam sedikit. Ia makan tanpa lauk. Tama menoleh pada Laila. Tama heran melihat gaya makan Laila. Apa perempuan ini sedang diet? Tanya hati Tama. Tapi tubuhnya telah sangat pas. Kenapa masih harus menjaga makan lagi.
"Makannya kok seperti itu, Laila?"
"Masih kenyang, Da."
"Tambah dikit lagi, ya?" Tama tiba-tiba menyendokkan nasi ke piring Laila.
"Da, nanti ga habis." Laila protes. 
"Nanti kamu kurus kalau makan dikit kayak gitu."
"Ya, ga pa pa lah kurus, Da. Asal sehat."
"Bundo pikir nanti anaknya ga dikasih makan." ucap Tama seraya kembali menambahkan lauk ke piring Laila.

Mak etek Eri dan Rani melihat perlakuan Tama pada Laila dengan wajah tak suka. 
"Tama, bisa carikan tiket besok buat Mamak?" tiba-tiba mak etek Eri mengalihkan perhatian Tama dari Laila.

"Mak Etek sudah mau pulang?"
"Ya, banyak yang harus Mamak urus di kampung. Tak bisa juga lama-lama di sini. Maksud Mamak ke sini kan memang hanya mengantarkan Rani."
"Oh, iya Mak. Nanti Tama carikan ya, Mak."

"Pekerjaan untuk Rani sudah kamu pastikan?" Mak Etek Eri menatap Tama dalam-dalam. Tama merasa resah. 
"Ya, Mak. Tapi, seperti yang sudah Tama sampaikan pada Rani tadi siang, Mak, kalau Rani memang mau bekerja di Jakarta, Rani harus tinggal di rumah karyawan yang dekat dengan kantor, Mak." Tama mencoba bicara dengan jelas dan tegas.

Mak etek Eri terlihat terperangah dengan kata-kata Tama.
"Kamu mengusir Rani?" suara mak etek Eri terdengar penuh emosi. Lalu laki-laki setengah baya itu segera mencuci tangannya dan bergegas bangkit dari kursi meja makan. Laila bergidik. Laila tak ingin suasana menjadi panas.

"Bukan begitu, Mak." suara Tama masih terdengar lunak. 
"Tak baik juga lah Mak, Rani tinggal di sini. Dalam agama kami ini tak memiliki hubungan darah yang bisa membuat kami halal jika berdekatan." Tama mencoba memberi pengertian.

"Ah, sok paham agama kau sekarang. Bilang saja kalau istrimu keberatan Rani tinggal di sini." 
"Mak, Laila tak ikut campur dalam masalah ini. Ini semua adalah keputusan Tama." Laila menunduk mendengar ia dipersalahkan. Laila mencuci tangannya dan bergegas membereskan meja. Sementara Rani juga terlihat telah menyelesaikan makannya.

"Si Anita saja, ntah anak siapa itu, kau izinkan tinggal di sini. Memang tak berpatut-patut kau jadi kemenakan." mak etek Eri lalu menuju sofa ruang keluarga dan menghempaskan tubuhnya di sana. Wajahnya terlihat merah menahan amarah. Tama yang juga telah selesai makan menyusul mamaknya.
"Anita itu di sini dengan Ibunya, Mak. Ada yang menjaga dan menemaninya. Sehingga tak akan timbul fitnah insyaAllah di antara kami." 
"Sudahlah, tak perlu kau jelaskan panjang lebar. Besok Rani akan ikut pulang denganku. Tak perlu kami mengemis apapun padamu." Lalu mak etek Eri bangkit dan berniat masuk ke kamarnya.

"Rani, kamu bereskan barang-barangmu. Besok kita pulang ke Padang." 
"Ya, yah." suara Rani terdengar lirih. Rani pun masuk ke kamarnya. Gadis cantik itu tak dapat lagi menahan air matanya. Apakah ia harus kalah? Padahal ia belum berjuang apa-apa. Tapi apa Rani bisa menolak perintah ayahnya? Ayahnya laki-laki keras. JIka ia telah tersinggung, pantang baginya untuk menarik ucapannya.

Mata Laila pun memerah menahan air mata yang ingin tumpah. Mak Eti yang melihat kondisi Laila yang kurang baik, mengelus punggung Laila lembut.
"Tak usah dipikirkan. Naiklah ke atas. Istirahatlah." suara mak Eti terdengar begitu lembut. Laila mengangguk. 
"Ya, Mak. Makasih, ya." Laila pun beranjak meninggalkan mak Eti dan menuju ke lantai dua.

Begitu membuka pintu kamar, terlihat Tama sedang duduk bersandar di kepala tempat tidur. Laila masuk dengan ragu. Tapi akhirnya Laila pun masuk dan menuju ke ruang sebelah. Laila duduk dan menyandarkan punggungnya ke sofa tidur itu. Laila memejamkan matanya. Rasanya tubuh dan hatinya begitu lelah.
Laila merasa menjadi biang masalah antara Tama dengan mamaknya. Andai ia tak ada, tentu Tama akan menerima Rani menjadi istrinya. Toh Tama juga tidak mencintai dirinya.
"Laila." tiba-tiba Tama telah berdiri di samping televisi di depan Laila.
"Ya, Da?"
"Istirahatlah di kamar, biar Uda yang di sini." 
"Ya, Da." Laila bangkit dan berjalan menuju kamar sebelah.

Tapi sebelum sampai di pintu kamar, Laila berhenti dan berbalik.
"Da, biarlah Rani tetap tinggal di sini. Apa kata orang kampung nanti jika tahu Uda tak mau menampungnya di sini."
Tama menatap Laila tajam. Perempuan ini benar-benar tak memiliki perasaan padanya. Begitu entengnya dia menyuruh Rani untuk tetap tinggal di rumah ini. Mungkin memang Laila tak memilki perasaan padanya, tapi setidaknya, apakah perempuan di depannya ini tak ingin menjaga statusnya sebagai seorang istri?

"Tak usah pikirkan pandangan orang kampung." Tama berucap pendek dan duduk seraya menjangkau remot TV.
"Tapi, Da. Laila benar-benar tak enak jika dianggap sebagai orang yang melarang-larang Uda untuk menerima saudara di rumah ini." Laila memilin jilbabnya dengan resah. Tama merasa kesal mendengar perempuan ini tak juga paham-paham.

"Laila tak ingin dianggap sebagai penghalang antara Uda dan Rani," ucap Laila lirih. Tapi hati Laila mendadak terasa perih ketika mengatakan semua itu. Tama kembali mendongak memandang Laila. Dilihatnya pipi Laila basah oleh air mata.
"Ada ataupun tidak ada kamu, aku pun tak akan pernah menerima Rani. Aku dari kecil sudah terlanjur menganggap Rani sebagai adik sendiri. Perasaanku pada Rani hanya sebatas saudara, meski kami tak memiki hubungan darah."
Hati Laila sedikit lega mendengar ucapan Tama. 
"Istirahatlah," ucap Tama lembut. Sebenarnya Tama tak tega juga melihat air mata Laila. Tapi ia tak akan bertindak jauh juga sebelum mengetahui hati dan persaan Laila padanya. Biarlah waktu yang akan menjawab semua itu.

"Da, makasih." 
"Untuk?"
"Untuk hari ini dan untuk baju-baju yang sudah Uda berikan." Laila tersenyum dengan mata yang masih basah. Tama terpana. Perempuan di depannya ini benar-benar mempesona.  Ck, ada yang bergejolak di hati Tama.

"Ya, semoga kamu suka. Sudah menjadi kewajiban saya untuk memenuhi semua kebutuhanmu." Tama buru-buru mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Laila yang terlihat begitu seksi dengan mata dan pipi basah seperti itu. Mata Laila mengerjap. Kata-kata Tama terdengar begitu indah.
Laila lalu berbalik. Kali ini ia benar-benar ingin membaringakn tubuh. 
"Laila." suara tama kembali menghentikan langkah Laila. Aduh ini kapan selesainya, bisik hati Laila. Laila berbalik lagi dan menatap Tama.

"Ya, Da?" 
"Bisakah kalau di kamar kamu tak usah memakai jilbab?" Entah mengapa Tama merasa ada bilik hatinya yang tersinggung melihat Laila selalu mejaga auratnya di hadapan Tama, suaminya sendiri. Meski memang mereka belum pernah bersikap dan berbuat layaknya suami istri. Tapi tidakkah ia telah halal untuk melihat perhiasan wanita di hadapannya ini?

"Ya, Da." Laila mengangguk dan berjalan tergesa menuju kamar Tama. Kali ini Laila bernafas lega, ia bisa segera membaringkan tubuhnya di kasur. Laila pun membuka jilbab, lalu segera membaringkan tubuhnya di kasur.
Hari yang penuh warna, bisik hati Laila.
bersambung.....

Eps 1 >> Eps 2 >> Eps 3 >> Eps 4 >> Eps 5 >> Eps 6 >> Eps 7 >> Eps 8 >> Eps 9 >> Eps 10 >> Eps 11 >> Eps 12 >> Eps 13 >> Eps 14 >> Eps 15 >> Eps 16 >> Eps 17 >> Eps 18 >> Eps 19 >> Eps 20 >> Eps 21 >> Eps 22

Artikel keren lainnya:

Pengertian Mad Thabii (Mad Ashli) dan Contohnya

Mad thabii adalah ketika alif sebelumnya fathah, ya' sukun sebelumnya kasrah, dan wau sukun sebelumnya dhammah. Selain itu tidak boleh tidak ada hamzah dan huruf bersukun setelah mad.
Mad thabii merupakan salah satu hukum tajwid yang banyak ditemukan di Al-Qur’an. Oleh karena itu penting bagi kita memahami teorinya serta fasih dalam praktiknya.
Huruf mad dan syarat mad
Pengertian mad secara etimologi adalah
اَلْمَدُّ هُوَ الزِّيَادَةُ
Mad artinya menambah. Sedangkan dalam terminologi ilmu tajwid, mad adalah:
المد هو إِطَالَةُ الصَّوْتِ بِحَرْفِ الْمَدِّ عِنْدَ وُجُوْدِ السَّبَبَ
Mad adalah memanjangkan suara pada huruf mad karena adanya sebab. Huruf mad yang dimaksud adalah alif, ya’ sukun dan wawu sukun. Adapun sebab yang menyebakan terjadinya mad adalah:
1.  Alif yang sebelumnya fathah.
Contoh:
كَانَ – إِيَّاكَ – فَلَا جُنَاحَ
2. Ya’ sukun yang sebelumnya kasroh.
Contoh:
قِيْلَ – حَرِيْرٌ – فِيْ عِيْشَةٍ
3. Wawu sukun yang sebelumnya dhammah.
Contoh:
أَعُوْذُ – نُوْحٍ – كَفَرُوْا سَبَقُوْا
Nah semua contoh di atas termasuk mad ashli atau mad thabii. Dinamakan mad ashli karena  mad tersebut masih original dan tidak terkontaminasi oleh sebab-sebab tertentu yaitu hamzah dan sukun setelah mad.
Cara membaca mad thabii atau mad ashli asli dipanjangkan dengan ukuran dua harakat/ketukan atau satu alif/ayunan.
Adapula mad thabii dalam bentuk fathah berdiri, seperti:
ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِّلمُتَّقِيْنَ
Pada kata (ذٰلِكَ) dan (الْكِتٰبُ) terdapat hukum mad thabii yang ditandai dengan fathah berdiri. Fathah berdiri di sini merupakan ganti dari alif yang dibuang karena asal kedua kata tersebut adalah:
ذَالِكَ الْكِتَابُ
Ada beberapa orang yang menganggap bahwa fathah berdiri itu termasuk mad badal dan anggapan tersebut tentunya salah. Perlu dicatat bahwa fathah berdiri bukan terdapat pada hamzah karena kalau fathah berdiri pada hamzah itu termasuk mad badal.

Itulah pengertian dan contoh mad thabii atau mad ashli. Semoga bermanfaat. Amin.

Artikel keren lainnya:

Kultum: Persaudaraan dan Kerja Sama

Materi Ceramah Singkat: Persaudaraan dan Kerja Sama

Assalamu ‘Alaykum  Warahmatullahi Wabarakatuh
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Kalimat basmalah (bismillahirahmanirrahim), yang dalam penempatannya terdapat pada setiap awal surah dalam Al-Qur’an menjadi simbol kasih sayang Tuhan, dan sekaligus menggambarkan betapa Islam sangat menekankan pentingnya kasih sayang untuk dipraktekkan dalam kehidupan.
Begitupula dengan Istilah “Silaturahmi”, adalah kumpulan dua buah kata yakni shilat dan rahim. Shilat artinya menyambung yang terputus dan menghimpun yang terpecah. Sementara rahim berarti kandungan, dan ini erat kaitannya dengan kasih sayang. 
Kasih sayang amat penting dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, begitupula dalam melaksanakan tugas-tugas di tempat kerja. Sedemikian pentingnya penegakan kasih sayang dalam kehidupan, maka banyak sekali petunjuk Islam yang mengisyaratkan tentang hal ini, bahkan Hubungan manusia dengan Tuhannya selalu dikemas dalam konteks kasih sayang, seperti dalam S.5/al-Maidah:54 :
فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ
"Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya" 
Allah mencintai manusia yang gemar melakukan kebaikan, misalnya suka bersedeqah, seperti terlihat dalam kalimat :  “wa Allah yuhibbu al-muhsinin”,  begitupula mereka yang menjaga kesucian dirinya seperti tergambar dalam kalimat “ innallah yuhibbu al-attawwabin, wa ÿuhibbul mutatahhirin“ : “sesungguhnya Allah mencintai mereka yang suka bertaubat dan mensucikan diri”.
Adapun hadits Rasulullah saw. Juga ada yang menggambarkan kasih sayang Allah seperti terdapat dalam sebuah hadis : “Manusia terbaik adalah yang paling taqwa kepada Allah, paling giat melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, dan paling suka menegakkan kasih sayang (al-hadis).
Rasulullah bahkan tidak mau mengakui seseorang sebagai ummatnya jika didalam hati seseorang itu tidak terdapat rasa kasih syang. Sabda beliau: “Bukanlah termasuk ummatku orang yang tidak dapat menyayangi yang lebih muda dan mengakui kemuliaan orang yang lebih tua” (HR.Abu Dawud dan Turmudzi).
Dunia juga mengakui, melalui WHO badan PBB yang mengurusi masalah kesehatan, menyebutkan bahwa salah satu kriteria orang yang bermental sehat adalah mereka yang mempunyai kasih sayang yang besar.
Kasih sayang antar manusia dilakukan dengan saling menjaga persamaan dan membuang jauh setiap perbedaan. Baik perbedaan suku, golongan dan ras. Menyatukan pemikiran, menyatukan gerakan, dan menyatukan hati dan perasaan, sehingga tumbuh kebersamaan dan melahirkan kekuatan kelompok, sebab masing-masing merasa mendapat dukungan dan dorongan dari yang lain.
Rasulullah saw. mengingatkan bahwa orang yang beriman adalah bagai bangunan dan atau bagai tubuh yang satu. Sehingga dalam suatu perusahaan terdapat kasih sayang maka muncullah nilai kasih sayang antara  pimpinan dengan yang dipimpin, antara sesama karyawan, tua dan muda, antara karyawan dengan keluarga karyawan dan kasih sayang insan perusahaan dengan masyarakat. Dengan Kasih sayang itu merupakan jalan bagi diperolehnya kasih sayang Allah dalam bentuk pemberian rezeki dan keberuntungan.
Wassalamu ‘Alaykum  Warahmatullahi Wabarakatuh

Artikel keren lainnya:

Berapa Penghasilan Blogger? Begini Simulasinya

Berapa penghasilan blogger dari aktivitas mereka ngeblog? Itulah pertanyaan yang sering dilontarkan para blogger pemula atau orang yang ingin menggeluti dunia blogging. Sebelum para sobat benar-benar ingin memasuki dunia blogging, alangkah baiknya simak terlebih dahulu postingan saya berikut ini.
Salary
Ada beberapa cara supaya sobat bisa mendapat uang dari blogging.
1. Jual produk
Produk yang dijual bisa berupa barang maupun jasa. Biasanya para blogger menjual template, program, ataupun aplikasi. Adapula blogger yang menawarkan pembuatan website. Penghasilan mereka bisa mencapai puluhan juta dalam sebulan.
2. Mengulas produk
Para blogger juga bisa mengulas atau mereview suatu produk dan dibayar atas ulasannya. Syarat yang satu ini adalah blog sobat sudah punya banyak pengunjung dan mempunyai kredibelitas. Selain itu, sobat juga harus punya kenalan kepada produsennya. Sekarang ini banyak pembeli online melihat ulasan pengguna lain tentang suatu produk sebelum mereke membelinya.
3. Iklan
Yang paling banyak dilakukan oleh para blogger adala menetisasi dengan menampilkan  iklan. Sebenarnya banyak penyedia iklan itu, tapi yang paling diminati adalah Google Adsense karena memang besar bayarannya dan terbukti. Hanya saja menjadi publisher Adsense itu tak semudah membalikkan tangan. Banyak para blogger yang putus asa karena selalu ditolak oleh Adsense.
Berdasarkan pengalaman, saya akan mensimulasikan berapa penghasilan para blogger dari iklan Adsense. Tentunya hitungan ini bisa sama, kurang, atau lebih dibanding dengan para blogger yang lebih mastah.
Google Adsense membayar kita beradasarkan jumlah klik pada iklan. Harga per kliknya rerata Rp 200 (Pernah juga saya mendapat CPC Rp 2.000). Biasa klik yang saya dapatkan adalah 1-2% dari jumlah tayangan per harinya. Artinya kalau blog sobat dikunjungi sebanyak 1000 kali, maka akan mendapatkan sekitar 10-20 klik.
10 x 200 = 2.000
20 x 200 = 4.000
Jadi kalau blog sobat dikunjungi 1000x tiap harinya maka akan mendapat penghasilan sekitar 2rb sampai 4rb per harinya. Hmmmm. Kecil juga ya. Sekali lagi saya tegaskan ini berdasarkan hitungan rata-rata saja karena mungkin harga klik itu bisa lebih tinggi. Saya saja pernah mendapatkan CPC 2.000. Ingat harga CPC itu tiap harinya tidak menentu. Biasanya harga CPC tinggi itu bila mendapatkan pengunjung dari luar negeri. Kalau saya, CPC tinggi didapatkan dari Malaysia, Singapura dan Brunei.
 Saran untuk Blogger Pemula
Menghasilkan uang dari blog itu tidaklah semudah membalikkan tangan, kita harus kerja keras dan kerja cerdas tentunya! Banyak blogger yang tergiur dengan penghasilan blogger yang sudah sukses. Namun tidak sedikit mereka yang berhenti di tengah jalan karena tidak juga mendapatkan hasil yang diinginkan.
Bila sobat blogger yang ingin mendapatkan rupiah dengan iklan Adsense, sebaiknya fokuslah terlebih dahulu menulis artikel dan mendapatkan pengunjung sebanyak-banyaknya. Karena walaupun sobat sudah diterima oleh Adsense tapi pengunjung masih sedikit, maka hanya akan dapat recehan saja.
==========
Qoute from Tatung Mustari
“Ngeblog itu berat, biar aku saja”.
“Kalau kamu ngeblog hanya untuk mendapatkan uang, maka kamu akan merasa lelah. Jadikanlah ngeblog itu adalah hobi sehingga kita senang dalam menjalaninya.”

Artikel keren lainnya:

Rarabi Jeung Nyi Sari (Bag 12)

Rarabi Jeung Nyi Sari Part 12
Karangan Ceu Ningsih

Nyaan we, rengse maca Yaasiin hujan ngagebret jiga nu dicicikeun ti langit, dibarung ku angin jeung dor dar gelap matak keueung. Hadena aya saung keur ngiuhan.

"Pa Ustad, abdi neda pitulung!" Ceuk  Ipah nu kabeneran ngiuhan paduduaan jeung Ustad Amar.

"Teteh ulah nyebat pa ustad atuh, Akang wae!" Walon Ustad Amar bari ngadegdeg kabulusan.

"Muhun Kang Ustad, pami teu kaabotan abdi nyuhunkeun dijajap ka hiji lembur, hoyong mapageun pun anak!" Ceuk Ipah semu era.

"Kumaha dongengna Teh? Naha ka abdi?" Ustad Amar kerung.

Derekdek Ipah ngadongeng, ti mimiti pepegatan jeung Didin, nepi ka dicaram panggih jeung budak. Dipikangewa ku kulawarga Didin, jeung lalampahan Ipah neneangan anakna. Nahan rasa kasono, kapeurih jeung katunggaraan, jadi awewe nu geus dicap awewe tukang salingkuh.

"Abdi tos tobat! Tos jangji moal nyieun kasalahan nu sarua! Abdi hoyong nulungan Wiwin keur nebus kasalahan abdi, kumaha wae carana."

"InsyaAlloh abdi mung tiasa  ngabantos sakadugana, sing yakin elmu Alloh moal aya nu ngelehkeun!" Tembal Ustad Amar.

Ipah ngarasa reugreug, rek mercayakeun ka ieu ustad pikeun nulungan Wiwin, sangkan leupas ti pangaruh Sari nu ngamanpaatkeun budak jeung Didin keur males kanyeri ka kulawarga Juragan Karta.

Hujan raat oge, nungtutan arasup ka jero mobil, ti dinya ngajugjug ka imah Bah Rukma. Anita rek ngayakeun tahlil tujuh peuting pikeun Sari jeung bapana. Diayakeun di imah Bah Rukma, sakalian ngondang urang lembur di dinya.

"Masing seueur nya Bah, supados pangdu'ana afdol! Wios waragadna mah ti abdi, Ustad Amar ge nyandak santrina ti pasantren!" Ceuk Anita.

"Mangga Bu!" Bah Rukma unggeuk.

Mimiti peuting ieu rek diayakeun tahlil,  urang lembur daratang, nu jauh jeung nu deukeut pada ngadeugdeug rek tahlil. Santri bawa Ustad Amar ngaleut ka imah Bah Rukma. Nepi ka nyieun tenda jeung nyewa korsi sagala.

Bada Isya tahlil dimimitian, Ustad Amar jadi dalangna. Ipah ge milu tahlil, bari hate mah teu jongjon inget ka Wiwin.

Ustad Amar mingpin tahlil, diuk di jero imah Bah Rukma, teu bisa usik kusababa jalma loba nu milu tahlil. Ipah geus teu genah cicing, ngareretan kana jam dina hape, sok sieun Wiwin kumaha onam. Mangkaning Ipah cicing di luar, Ustad Amar di jero. Kumaha rek nganteur nepungan Wiwin, sakalian hayang ngelehkeun Sari. Sugan sasieureun sabeunyeureun, Ustad Amar bisa nulungan.

"Hayu Teh!" Aya nu nepak taktak Ipah ti tukang.

Ipah ngalieuk, "Ustad? Ari itu?" Ipah olohok, ret kanu nepak, ret deui ka jero imah. Sidik duanana ge Ustad Amar, Ipah ngahuleng.

"Hayu, ulah geruh! Keun nu di lebet mah sina jongjon!" Ustad Amar seuri, nempo Ipah jiga nu bingung.

"Naha aya dua?" Ipah kerung.

Ipah dibonceng ku Ustad Amar, motor jiga nu ngahaja dikebut muru waktu. Ipah can dodongeng dimana imah Sari nu dicicingan ku Wiwin. Tapi Ustad Amar mah tapis mawa motor nepi ka palebah galengan sawah.

"Palih ditu nya Teh!" Ceuk Ustad Amar.

"Geuning uninga?" Ipah kerung deui wae. 

Ustad Amar ukur keom, motor ditunda disarandekeun kana tangkal nangka nu aya di dinya, "hayu Teh tuturkeun abdi!" 

Ustad Amar leumpang pangheulana, bari luak lieuk ka sabudeureun sawah nu paroek, euweuh lampu atawa obor pikeun nyaangan. Sababaraha kali Ipah tikosewad na galengan, hadena mineng muntang ka Ustad Amar.

"Duh punten Kang ustad nya!" Ipah kaeraan.

Nepi ka buruan imah Sari, kaayaan paroek jeung simpe. Dina tetempoan Ipah mah lain imah tapi guha anu dibeulit ku akar caringin nahun. Akar gantungna ngarambat matak hieum. Ustad Amar ngabedega hareupeun lawang guha, bari ngaluarkeun Al-Qur'an leutik.

"Teteh, calik wae bari ngadu'a, InsyaAllah du'a indung keur anakna diijabah ku Alloh. Masing yakin, puserkeun ka Wiwin, ulah hariwang, nu tahlil ge sami ngadu'akeun kasalametan Wiwin katut Kang Didin!" Ustad Amar papagah.

Ipah unggeuk, rada anggang ti palebah nangtung Ustad Amar, diuk bari nyerangkeun imah Sari.

Dimimitian ku surat Alfatihah, Ustad Amar khusu ngaji bari curukna diarahkeun ka guha. Tamat sasurat, kadenge aya sora ngaguruh ti jero guha, Ipah ampir kapangaruhan pegat wirid, ngan sakolepat Wiwin nembongan keur pada ngarejeng. Ipah ngawirid deui beuki manteng.

Ti jero guha kaluar haseup bodas, mulek mangrupa awak awewe, lila-lila haseup beuki kandel, jleg ngajangelek jadi Sari, wujudna pikagilaeun, awakna jujul ampir sapantar jeung tangkal caringin, buukna panjang ngarumbay nepi kana taneuh, beungeutna mah mangrupa jelema, ngan pias taya getihan.

"Rek naon anjeun? Ngaganggu imah kaula!" Sari molotot, leungeuna nu ranggoas, kukuna paranjang bari sareukeut lir peso balati, ngaragamang kana beuheung Amar. Ngan acan ge antel kana beuheung, Sari ngagoak, nepi ka awakna ngajengkang. Amar angger manteng ka Gusti Nu Maha Suci, Qur'an teu pegat dibaca, bari curuk angger diarahkeun ka Sari.

Awak Sari ngaleutikan, saukuran jelema biasa. Pek robah jadi Wiwin, Ipah nu nyaksian nguniang rek hudang bakuna mah hayang nyampeurkeun, ngan dikodeuan ku Amar, sangkan angger diuk bari ngadu'a. Ipah ngarandeg, gek diuk deui, nuluykeun wiridan.

Sari nyakakak seuri jiga nu ngahaja sangkan Amar jeung Ipah kabagi konsentrasina, ngarah babari ngelehkeun elmu Ustad Amar.

"Ipah! Kaula nyaho anjeun indungna Wiwin, ku Kuring awak Wiwin rek dipake males kanyeri kuring ka kulawarga Juragan Karta!" Ceuk Sari.

"Anjeun ngan saukur setan nu nginjeum ngaran Sari pikeun males kanyeri! Sari mah geus pasrah, rido! Naha Anjeun pipilueun?" Amar eureun heula ngajina.

"Aya manusa jiga Karta, nu boga perjangjian jeung bangsa kami, geus sulaya! Ayeuna katurunan manehna anu ngasaan amisna, sumpah kaula katurunan Karta bakal tumpur! Anak incuna teu nyahoeun, timana harta banda anu ayeuna diwariskeun ka maranehanana, kaula menta wadal parawan! Karta sulaya, geus dipiheulaan manten." Ceuk Sari bari ngageuleuyeung ngurilingan Amar.

Ti jero guha, kadenge sora Wiwin ngagoak, "Mamaaahh! Wiwin sieun Mah!"

Bag 1 Bag 2 Bag 3 Bag 4 Bag 5 Bag 6 Bag 7 Bag 8 Bag 9 Bag 10 Bag 11 Bag 12 Bag 13

Artikel keren lainnya:

Air Kopi Menyiram Hutan Karya Taufiq Ismail

Puisi berjudul "Air Kopi Menyiram Hutan" karangan Taufiq Ismail.

Air Kopi Menyiram Hutan

Tiga juta hektar
Halaman surat kabar
Telah dirayapi api
Terbit pagi ini
Panjang empat jari
Dua kolom tegak lurus
Dibongkar dari pik-ap
Subuh dari percetakan
Ditumpuk tepi jalan
Dibereskan agen koran
Sebelum matahari dimunculkan
Dilempar ke pekarangan
Dipungut oleh pelayan
Ditaruh di meja makan
Ditengok secara sambilan
Dasi tengah diluruskan
Rambut isteri kekusutan
Empat anak bersliweran
Pagi penuh kesibukan
Selai di ujung tangan
Roti dalam panggangan
Ketika tangan bersilangan
Kopi tumpah di bacaan
Menyiram tiga juta hektar koran
Dua kolom kepanjangan
Api padam menutup hutan
Koran basah dilipat empat
Keranjang plastik anyaman
Tempat dia dibuangkan
Tepat pagi itu
Jam setengah delapan.

1988 

Artikel keren lainnya:

Contoh Pantun Bahasa Sunda (Sisindiran) Yang Lucu dan Gokil

Wilujeng patepang deui sareng pribados!
Banyak sekali pantun bahasa Sunda atau dalam bahasa Sunda disebut dengan sisindiran. Salah satu tema yang banyak dibahas adalah tentang kelucuan dan keluguan orang Sunda. Biar kita gak ruwet dengan memikirkan masalah hidup, mending baca aja sisindiran di bawah ini dizamin senyum sendiri. 

Manga para wargi:

Kacikadu Pamipiran
ka Cipadang ka kersamanah
Hayu Urang Sisisndiran
pangbeberah kana manah

Meuli jagong keur japati
jagongna teh di awurkeun
Eta beungeut jiga peti
Anu erek di kuburkeun

si abah bade ka cai
mawa odol mawa anduk
ulah tanggah na tangkal kai
bisi kapodolan manuk

Kaso ponok kaso panjang
kaso ngaroyom ka jalan
kumis pondok jangot panjang
siga embe nu di jualan

Di arab mah seeur onta
Onta na teh mawa keusik
cenah mah pejuang cinta
Mun ditolak langsung ceurik

Pucuk tiwu akar bangban
amis mata disusukan
Mun rék milu geuwat dangdan
cimata geura susutan

Caang bulan opat belas
teu kaduga ku poékna
Aya bujang baju bodas
teu kaduga ku korétna

Cau naon cau naon
cau kulutuk di juru
Bau naon bau naon
bau nu hitut di juru

Ki Hiang nu meunang nuar
disugu pikeun jualeun
Kahayang meunang nu beunghar
puguh mah jalma kuuleun

Manuk gaak macok kupat
kecok deui kecok deui
Diwedak reujeung disipat
dekok deui dekok deui

Pa Suma gawéna dahar
mun bedug bakal ditéwak
Percuma dibéré beunghar
mun budug saawak-awak

Pipiti dibunga wari
téténong dibobokoan
Lalaki jaman kiwari
hadé omong pangoloan

Sada ketuk sada kenong
sada suling eujeung goong
Huntuna nyénghol katémbong
lamun ngomong bau jigong

Ulah hayang mawa panci
mawa panci rejeung cai
ulah hayang ka lalaki
ka lalaki nu tara mandi

Samangka siki samangka
kacapiring kai kopi
teusangka geuning teusangka
taya kuring mani sepi

Tangkal kangkung daun manggu
di korangan jeung sarikaya
kirang langkung tos saminggu
teu nepangan ka baraya

Bieu saha anu ka lebak
bajuna mani kuleuheu
ieu saha nu acan ibak
bauna dugi ka dieu

Samangka siki samangka
cangkaléng mawa ti Serpong
teu sangka geuning teu sangka
si néng waosna ompong

Piring héjo wadah kuya
boros huni jeung katapang
kuring sono ka baraya
nu tos lami teu patepang

Hangasa johar jeung hui
nyikat geutah urut si Anya
teu karasa geus lohor deui
bakat betah hirup di dunya

Mulung baju anu kumel
hanjuang seureuh diala
kanu nuju barangdamel
hayu urang reureuh heula

Nyepeng piring naha tibalik
saga nu doyong kahujanan
meungpeung kuring boga milik
saha nu hoyong dijajanan

Mani caang bulan purnama
Gedena sagede ban kapal
Kahayang jadi sarjana
Raraban teu apal apal

cau kepok keur rumégang
dieunteupan bondol héjo
keur dekok katambah égang
ditambahan olol lého

Artikel keren lainnya: